Chapter 12

633 51 4
                                    

Tak terasa pernikahan Zea dan Fathir sudah berjalan 2 bulan, mereka masih tetap merahasiakan identitas karena permintaan Fathir, dan sampai saat ini Fatir masih belum tahu pekerjaan dan nomor HP istrinya.

Fathir belum ngeh saat istirahat di cafe senja satu bulan lalu. Zea enjoy aja karena dia tidak mau baper dengan perubahan sikap Fathir. Zea sadar diri siapa dirinya.

Dia masih beranggapan pernikahannya karena perjodohan, toh Fathir nantinya akan melepas dirinya. Jadi nikmati aja hidup ini. Fikir Zea.

Sedang perasaan Fathir sudah mulai luntur , dia mulai suka sejak mereka tinggal bersama, bahkan Fathir sudah membeli rumah dengan harga yang fantastis dan mereka sudah melihat cuman Fathir belum bilang kalau itu rumah mereka.

Seperti siang ini, karena hari jum'at, setelah sholat jum'at Fathir tidak kembali ke kantor karena mau melihat finishing rumahnya, dia sengaja pergi sendiri , akhirnya rumahya selesai tinggal mencari hari untuk pindahan . Pulang dari melihat rumah nya dia langsung ke apartemen dan di sana sepi.

"Zea kemana ya?". Dia merogoh ponsel di saku celananya.

"Sial... aku nggak punya nomor kontak Zea", rutuknya.

Akhirnya dia keluar bingung mau ke mana, dan pilihanya pasti ke cafe senja.

Sampai di sana Fathir duduk di tempat biasa, dan pelayan menghampiri.

"Selamat siang pak, seperti biasa?".

"Cake 1 es jeruk 1 ya".

"Siyap pak".

"Kok rame ada apa mas?".

"Ooo... itu pak. ada yang penasaran sama cake Sumenep, satu kantor kesini semua".

"Gitu ya... ".

"Mari pak saya ke dalam dulu".

Tak lama pesanan pun datang. Fathir makan dengan lahap tanpa gangguan walau lebih rame dari biasanya, bahkan sampai ada pengunjung yang nunggu di luar.

Karena membludaknya pengunjung akhirnya Zea turun tangan untuk membantu melayani pengunjung.

"Ly.... kok tumben rame begini?".

"Itu kak, ada yang penasaran sama cake kita di sini, dan satu kantor pada kesini semua pengen tau , tempatnya layak apa nggak, katanya makanannya beda ".

"Oooo... gitu, ya udah kita layani dengan baik".

"Siyap kak".

Saat Zea sibuk melayani pelanggan tiba-tiba ada rombongan reporter TV swasta masuk ke area cafe.

"Permisi mbak, boleh tanya?", katanya pada Lily.

"Iya.... Mas, ada yang bisa saya bantu?".

"Boleh ketemu sama pemilik cafe ini mbak?".

"Boleh mas... silahkan tunggu ya!".

Setelah ketemu dengan Zea dan berbincang sambil berswafoto reporter mau pamit.

"Tunggu dulu mas, cicipi dulu yang lagi trending oni, biar nggak penasaran", kata Zea.

"Ze.. ngapain kamu di sini?", tiba-tiba Fathir sudah di samping Zea dan menatap crew TV dengan tajam.

"Eh... Kakak, sudah lama disini?", balas Zea tak menjawab pertanyaan suaminya.

Merasa canggung dengan keadaan, salah satu crew berdiri dan menyalami Fathir dengan sopan.

"Maaf mas, kami dari salah satu stasiun TV swasta penasaran dengan kuliner yang ada di sini, dan kami ditawari untuk mencicipi makanannya, oh ya... dengan mas...?".

"Saya suami Zea", katanya dengan mantap. Zea kaget bukan kepalang, tapi cepat menetralkan situasi.

"Maaf kalau nggak salah ini pak Fahir ya?". Kata salah satu crew TV tersebut.

"Kok mas tau saya?", Fathir balik bertanya.

"Saya putra pak Burhan stafnya bapak".

"Ooo... maaf".

"Ok.. Kalo gitu kakak temani mereka dulu biar Zea ke dalam". Tidak menunggu respon dari suaminya Zea masuk menuju dapur.

"Nikahnya udah lama pak? ", tanya anak pak Burhan.

"Baru dua bulan".

"Kok nggak ngundang".

"Istri saya yang nggak mau di ramein mas", jawabnya diplomatis.

Akhirnya makananpun datang.

"Ayo selamat menikmati semoga suka", kata Zea.

"Tunggu dulu mbak, sebelum di makan mas dan mbak foto dulu biar pelanggan tambah yakin kalau cafe ini milik istri pengusaha muda sukses".

Akhirnya sesi foto dengan berbagai ekspresipun selesai.

"Silahkkan dinikmati, kami ke dalam dulu, ayo sayang", kata Fathir sambil memeluk pinggang istrinya.

Sementara Zea masih bingung dengan sikap Fathir tapi diam aja menunggu di rumah ntar malem. Fathir masih memeluk pinggang Zea sampai ke lantai atas.

"Kakak kesini tadi ngapain?".

"Lapar, aku cari kamu di rumah nggak ada, mau telepon nggak tau nomornya, akhirnya aku ke sini, nggak taunya dapat surprise", Zea mengerjapkan mata menatap suaminya sambil tersenyum.

"Udah makan?".

"Udah makan cake".

"Masih lapar?", Fathir tersenyum sambil memandang istrinya.

"Mau makan sate?", tanya Zea sambil mendekatkan ke wajah suaminya , Fathir mengangguk sambil tersenyum.

Disinilah Fathir makan sate dengan lahap.

"Doyan apa lapar?".

"Dua-duanya", jawab nya sambil nyengir.

"Kamu punya hutang penjelasan", katanya lagi. Zea hanya mengerling.

"Aku turun ya kak, kasian yang lain, pengunjung masih banyak".

"Tunggu aku temani".

Selesai makan mereka menuju dapur untuk melayani pembeli yang sedang membludak.

"Kakak nggak risih melayani pembeli dengan pakaian gini, gimana dengan reputasi kakak nanti?". Fathir membuka Jasnya disampirkan di bahu Zea. Zea hanya menggelengkan kepala dengan kelakuan suaminya.

"Santai mumpung lagi semangat, nggak usah dipikirkan masalah reputasi toh tadi udah swafoto di depan wartawan tipi", katanya sambil membawa nampan ke tiap-tiap meja pengunjung.

Mereka dengan semangat dan senyuman tulus melayani pelanggan.

Jam 15.00 akhirnya pengunjung sudah mulai berkurang.

"Alhamdulillah, akhirnya bisa santai, katanya barengan dengan senyum yang mengembang.

"Capek ya kak?".

"Lumayan, tapi seneng kalo gini terus". Katanya lagi.

Akhirnya kelar juga.
Apa yang akan terjadi selanjutnya??
kita tunggu di part berikutnya
Jangan lupa vote dan komen ya 🙏🙏

Fat
Pmk 17-07-20

Pernikahan yang tak diinginkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang