Jam 02.30 Zea bangun, dia menggeliatkan tubuh untuk meregangkan urat yang kaku, pikirannya masih belum normal, dia masih menyesuaikan dengan ruangan disekitarnya, ternyata bukan mimpi, dia ingat kemaren kalau sudah bukan gadis lagi, lagi-lagi tersenyum miris, akhirnya dia melangkah menuju kamar mandi untuk wudlu dan menunaikan sholat malam, dalam doanya dia melangitkan semua uneg-unegnya, semoga skenario yang diberikan kepadanya akan tabah menjalaninya, ia sadar kalau takdir yang sedang dijalani saat ini bukan tiba-tiba, semua adalah campur tangan sang Ilahi Robbi.
Sambil menunggu subuh dia mengambil al-qu'an murojjaah.
Selesai sholat subuh Zea bingung mau kerja apa, karena kesepakatan semalam tidak ada acara masak untuk makan berdua, mungkin di dapur belum ada apa-apa, ah.... sudahlah, mending nyusun rencana untuk ke cafe hari ini.
Suaminya masih belum bangun, Zea sengaja tidak membangunkannya, sebenarnya dia sadar kalau ini dosa suaminya dibiarkan melewati sholat subuh, tapi dia mau tau reaksinya kayak apa.
Benar juga setelah suaminya bangun langsung ngomel.
"Heh... kok aku gak dibangunin sih?".
"Semalem ada dalam pembicaraan nggak?", jawab Zea cuek, Fathir diam.
"Lagian kalo sudah biasa bangun malem nggak usah dibangunin otomatis bangun sendiri", tanpa babibu lagi Fathir langsung ke kamar mandi wudlu untuk melaksanakan sholat shubuh walau terlambat.
Zea masih tetap di depan laptopnya, sesekali membalas chat asistennya kalo hari ini mau ke cafe.
Pernikahannya sengaja nggak dipublikasikan untuk khalayak ramai termasuk karyawan cafenya, karena ia tidak mau ada gosip yang berlebihan, apalagi pernikahannya memang tak diinginkan, setelah cukup berkutat dengan pekerjaannya Zea membenahi semua barang yang akan dibawa ke cafe.
Dia menyusuri tiap-tiap sudut ruang apartemen Fathir, karena kemaren malam sehabis akad Fathir langsung memboyong ke apartemennya.
Tidak ada asisten rumah tangga, dapur keliatan bersih karena jarang dipake walau peralatanya lengkap, setelah puas dia kembali masuk kamar dan meliat Fathir sudah rapi dengan baju kantornya.
Zea bingung mau ngerapihin tempat tidur tapi takut salah, dia diam nunggu Fathir selesai semua.
"Oh iya....?".
"Namaku Zea", jawab Zea singkat, tanpa sadar Fathir tersenyum
"Zea.... kamu bebas melakukan apa aja di apartemen ini, kita kan teman, asal jangan merubah tatanan diseluruh ruangan ini, kamu boleh membersihkan kalau sempat, kalo nggak sempat nggak papa biar aku nanti yang beresin setelah pulang kerja, pokoknya jangan dibuat ruwet ya, santai aja, dan pasword pintu aku ubah pake nama kamu barusan aku ganti, takut ada temanku nyelonong, Z nya huruf kapital, aku berangkat dulu",
katanya sambil berlalu, Zea hanya menatap punggung Fathir dengan tatapan yang sulit di artikan, tak ada cium tangan diantara keduanya .Tak menunggu lama dia membereskan kamar, selesai beberes masuk kamar mandi sholat dhuha dan berangkat ke cafe, jam 08.30 Zea sampai di cafe.
@@@@@@
Sementara ditempat lain, Fathir disibukan dengan pekerjaan yang menumpuk, apalagi sekretarisnya resign karena ikut suaminya keluar negeri, terpaksalah harus mencari pengganti sekretaris yang baru.
Saat Fathir memeriksa CV pelamar pintunya diketuk dari luar.
"Masuk".
"Maaf pak, sekretaris yang baru sudah datang, semoga sesuai dengan harapan kantor ini" kata pak Azlan kepala HRD perusahaan ini.
"Oh.... suruh masuk pak, makasih ya", pak Azlan mengangguk dan menyilahkan sekretaris barunya masuk.
"Selamat pagi pak".
"Pagi, silahkan duduk, panggilan siapa mbak?".
"Vita pak".
"Ok... selamat bergabung ya... langsung minta arahan ke pak Azlan, agenda saya hari ini apa".
"Tadi pak Azlan sudah ngasih tau pak, jam 02.00 siang ada kunjungan ke PT Cipta karya".
"Ok makasih, silahkan kembali".
Fahtir melanjutkan kesibukan memeriksa dokumen yang harus ditandatangani sampai tak terasa jam makan siang pun terlewati.
Merasakan perutnya mulai berbunyi dia menghentikan pekerjaannya.
Setelah sholat di musholla dia pamit pada sekretarisnya untuk keluar sebentar.
15 menit mobilnya membelah jalanan menuju cafe langganannya, seperti biasa dia memesan menu favoritnya dan pelayan pun mengerti pesanan pak Fathir.
"Siang pak, seperti biasa?", Fathir memberikan kode tanganya membentuk huruf O, terlintas dalam benaknya kalau dirinya sudah menikah tapi masih abu-abu, dia membayangkan wajah istrinya yang sudah berumur satu hari satu malam, sekilas nampak istrinya nggak jelek-jelek amat, tubuh proporsional, nggak tinggi juga nggak pendek, tapi semalem tidurnya masih pake baju lengkap.
"Ini pak, selamat menikmati".
"Oh iya... makasih mas", lamunan Fathir terpotong dengan datangnya menu makan siangnya, dia tersenyum sendiri mengingat keadaan dirinya saat ini, akhirnya dia makan dengan lahap karena memang sudah sangat lapar.
Jam 16.00 WIB kantor sudah sepi, Fathir masih berkutat dengan berkas-berkas yang masih menumpuk sampai pintunya diketuk dari luar.
"Pak saya pulang duluan ya", sekretaris Fathir berdiri didepan pintu.
"Oh ya mbak silahkan!".
Sampai jam 19.00 WIB Fathir masih belum kelar dengan berkas yang masih dikoreksi. Sementara itu di cafe, Zea juga sedang rame-ramenya. Karena di salah satu tempat, tepatnya di lantai dua sedang di sewa oleh anak yang sedang ultah, jadi mau tidak mau Zea juga masih belum bisa pulang.
Baru jam 22.00 WIB semua beres, dan Zea sampai di apartemen Fathir dengan letih. Setelah membuka akses pintunya dia kaget karena ternyata Fahtir masih nunggu diruang tamu.
"Kok baru pulang dari mana?".
"Emang penting ya, saya harus laporan dari mana?", jawabnya cuek.
"gila... pedes juga omongan nih cewek". Batinnya.
"Ya.... kan cuman tanya".
"Semalem kan jelas nglgak usah urusin kita masing-masing", Jawab Zea sambil masuk kamar mandi, selesai mandi Zea langsung sholat isyak, setelah selesai sholat dia mengambil selimut untuk tidur karena sangat lelah, belum sampai bokongnya mendarat di shofa, Fathir memanggilnya.
"Bisa kita bicara?".
"Apalagi?, yang samalem masih kurang?". Fathir mengerutkan alisnya.
"Sebenarnya....".
"Aku ngantuk banget, besok ajalah", katanya.
Belum lima menit dengkuran halus sudah terdengar di telinga Fathir, dia hanya mampu menggelengkan kepala.
" Jutek banget nih orang".
Kena lo Fathir.... maunya lo jutekin, eh kebalik. Syukurinnn.... 😂😂
Segini dulu ya... Mohon like n komen
Cek jika typo 🙏🙏🙏Fat
Pmk, 25-04-20
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan yang tak diinginkan
Ficção AdolescentePernikahan yang tak diinginkan Fathir dan Zea adalah korban perjodohan, Fathir tidak bisa mengelak dari perjodohan tersebut walau hatinya berontak, tapi mengingat kondisi kesehatan ibunya yang kurang stabil, dengan terpaksa harus menerima perjodohan...