Assalamualaikum, Akhi : 10

147 4 8
                                    

Warning ❗❗❗
Mohon maaf, di chapter ini ada bagian yang 'kurang pantas'.
Sudah saya peringatkan sejak awal ni ya🙏
.
.
Selamat membaca❤❤
.
.
–—–––

Ages : Selamat, Van. Lo berhasil mengacaukan dunia kecil gue. Big aplaus for you, men!

–––––

Back...

"Ages.." panggil Devano kepada Ages. Ages pun menatapnya dengan serius.

"..balikan sama gue, please!"

~*~

[*Masih Ages POV]

APA?! Dia nyuruh gue dateng cuman buat ngomongin ini?

"Gue ga salah denger?" tanya gue, tersenyum meremehkan.

Sepertinya dia tidak paham apa maksud pertanyaan yang gue lontarkan, tersirat dari raut wajahnya.

",setelah yang dulu lo lakuin sama gue?" gue memperjelas maksud sindiran tadi.

Air mukanya berubah, menunjukkan berjuta rasa bersalah.

"Sorry, gue ga bermaksud nyakitin hati lo waktu itu. Gue minta lo ke sini karena gue pengen kasih penjelasan sejelas-jelasnya biar lo ga salah paham lagi..." kata dia panjang dan lebar.

"Apa lagi yang mau lo jelasin, hm? Semuanya udah jelas kok. Lagipula.." ucap gue menggantung.

"..semua itu udah terurai lama, Mr. Devano" gue tersenyum miris.

Shit! Bahkan cuma manggil nama dia, hati gue jadi makin sakit, seolah tubuh ini semakin terhimpit. Atau dunia yang menjadi begitu sempit?

"Gak! Gue yakin, Lo salah paham.." ucapnya masih keukeuh ingin menjelaskan sesuatu yang bahkan menurutku sudah basi:).

"Kalo cuma salah paham, kenapa Lo baru dateng sekarang? Kemana aja Lo selama ini, hm?" ucap gue sengaja menekan di kata 'salah paham'.

Dia pun terdiam, menunduk. Tak berani menatap kedua manik mataku
Gue menghela napas, berat. Capek. "Ck, gue heran. Bukannya Lo udah hidup dengan tenang dan bahagia sama cewek lo itu?"  Tutur gue menahan rasa nyeri di ulu hati.

Perlahan, dia angkat kepalanya. Kedua bola matanya terpaku menatap manik mataku. Namun di sana, dalam bola mata itu, tersirat berjuta-juta kesedihan. Entah karena apa.

Sesaat dia hanya terdiam. Menghela nafas berat, kemudian perlahan membuka mulutnya. "Eisha.. Dia meninggal beberapa bulan yang lalu. Dia itu anak yang baik, kamu harus tau semua tentang dia.."

Hh, jadi ini alasannya? Huh! Dasar f*ckboy!!

Tanpa merespon perkataannya, gue berdiri, balik badan berniat pergi. Untuk apa gue bertahan tetap di sini? Dengerin penjelasaanya yang udah basi? Percuma.

Namun tanpa bisa gue cegah, dia pegang tangan gue. Kenceng banget, sakiit..

Di situ pun gue udah tahan mati-matian air mata yang dengan laknatnya mau terjun gitu aja.

"Dengerin gue dulu Ges, please.." rintihnya, memohon.

"Gak mau! Lepasin tangan gue!!" raung gue, mencoba memberontak namun percuma. Dia terlalu kuat:)

"LEPASIN!! GUE BENCI KE LO, VAN!!!" teriak gue, ga peduli lagi sama keadaan sekeliling. Sakit tangan gue, coy...:)

Akhirnya, dia pun melonggarkan pegangannya. Tangan gue udah merah:)

Assalamualaikum, AkhiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang