Selama beberapa hari Mingyu hanya mengamati Jaehyun dari jauh. Dia tidak menyerah dalam meraih apa yang memang sudah seharusnya menjadi miliknya, yaitu Jaehyun, tetapi dia juga masih beum tau apa yang harus dia lakukan.Mengingat pertemanan selama dua bulan tidak bisa dibilang waktu yang panjang. Dan selama dua bulan itu pula Mingyu tidak pernah melakukan pendekatan pada Jaehyun, maka akan jadi sangat aneh kalau tiba-tiba Mingyu datang mengganggu Jaehyun dan mengatakan padanya kalau Jaehyun adalah milikinya. Bisa-bisa ia dicap tidak waras.
Mingyu merasa bagaikan orang paling bodoh di dunia. Bagaimana bisa dia baru sadar bahwa ternyata dia telah menaruh perasaan pada lelaki berkulit porselen itu sejak lama.
Mingyu jadi teringat akan sebuah perkataan. Terkadang, apa yang kau butuhkan sudah ada di depan mata. Terkadang, apa yang kau inginkan sudah tersedia untuk kau raih. Terkadang, orang yang kau anggap sebagai teman, berarti lebih bagi dirimu. Tetapi tidak ada yang mengatakan bahwa itu adalah hal yang mudah untuk disadari.
Dan apa yang dialami Mingyu sekarang adalah gambaran sempurna dari perkataan itu.
Mingyu hanya dapat memandang Jaehyun yang sudah mulai menghadiri kelas tetapi duduknya jauh dari dirinya. Dulu mereka akan selalu duduk bersebelahan.
Mingyu hanya dapat memandang Jaehyun yang makan di kantin. Lagi-lagi dengan beberapa meja yang memisahkan mereka. Sedangkan biasanya mereka akan makan bersama di satu meja.
Mingyu hanya dapat memandang Jaehyun yang berangkat dan pulang sendiri mengendarai mobilnya. Padahal dulunya mereka berangkat dan pulang bersama.
Mingyu hanya dapat memikirkan tentang Jaehyun saat dia tiba di apartemennya. Tempat di mana dia dan Jaehyun sempat tinggal bersama. Tidak lama memang Jaehyun tinggal bersamanya, hanya dua minggu. Tetapi kenangannya sangat membekas di hati dan otak Mingyu.
Mereka pernah sedekat nadi, tapi sekarang mereka sejauh matahari.
Seperti sekarang ini, Mingyu memperhatikan Jaehyun yang sedang jalan ke arah parkiran, sudah waktunya bagi Jaehyun dan Mingyu untuk pulang. Mingyu hanya memperhatikan Jaehyun dari jauh sampai Jaehyun pergi keluar gerbang fakultas mengendarai mobilnya, agar setidaknya dia tau bahwa Jaehyun akan pulang dengan selamat.
"Gyu! Mau sampai kapan begini terus?" Seungkwan menepuk bahu Mingyu, "Aku bosan melihat wajah lesumu beberapa hari ini. Membuat moodku jelek."
Mingyu tidak menanggapi Seungkwan. Dia berjalan ke arah di mana motornya ia parkirkan. Memasang helm dan naik ke atas motor.
"Kau mau pulang?" Seungkwan bertanya lagi.
Mingyu menoleh ke arah Seungkwan yang berdiri di samping motornya, "Katanya wajah lesuku membuat moodmu jelek. Jadi aku akan pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Alive - GYUJAE
Fanfiction[COMPLETED] Terkadang, apa yang kau butuhkan sudah ada di depan mata. Terkadang, apa yang kau inginkan sudah tersedia untuk kau raih. Terkadang, orang yang kau anggap sebagai teman, berarti lebih bagi dirimu. Tetapi tidak ada yang mengatakan bahwa...