05 - Minggu Sore

204 41 7
                                    

"Pacaran sama gue itu gampang Ra. Gak ada bahan obrolan, kita bisa gibah bareng!"

•••••

Minggu sore, Jean sudah berdiri di depan rumah Yera dengan setelan casual yang membuatnya kelewat tampan. Merapikan tatapan rambut di depan jendela, Jean tak sadar jika Yera sudah berdiri di balik punggungnya dan tengah menatapnya dengan pandangan tak terbaca.

"Ekhem," Yera berdehem, menarik perhatian Jean yang tengah bertingkah sok tampan di depan jendela rumahnya.

"Eh Yera sayang," ujar Jean sambil tersenyum manis, sumpah itu nyebelin banget di mata Yera.

"Ayo berangkat," ucap Yera dengan nada cueknya.

Jean tersenyum, sudah terbiasa menerima sikap cuek Yera itu. "Ini helmnya dipake," ujarnya sambil menyerahkan helm berwarna merah muda yang sengaja ia bawakan untuk Yera.

Yera menerima helm itu, lalu memakainya dengan benar. Jean menaiki motornya, lalu memakai helm full face miliknya. Yera masih berdiri di samping motor klx merah milik Jean. "Loh, ayo naik Ra!" seru Jean membuyarkan lamunan Yera.

Gadis itu melamun, berpikir bagaimana cara menaiki motor tinggi di depannya ini. "Um, Je, ini gimana naiknya ya?" tanyanya dengan wajah polos.

Jean nyaris terbahak mendengar pertanyaan polos itu, tapi sebisa mungkin ia menahannya. Jean mengulurkan tangannya, "Sini pegang tangan gue, terus tangan satu lagi pegang pundak gue sambil kakinya nginjak ini." ujar Jean menjelaskan tata cara menaiki motornya.

Yera mengangguk patuh, menerima uluran tangan Jean sedang tangannya yang lain memegang bahu pemuda itu. Yera berhasil duduk di bangku penumpang, merasa bangga pada dirinya sendiri karena berhasil melakukan tutorial menaiki motor Jean dengan baik.

"Pegangan dong Ra, nanti kalau lu jatuh gimana?" tegur Jean.

Yera mengangguk patuh, hampir saja dirinya lupa tutorial keselamatan berkendara. Gadis itu memegang pundak Jean dengan erat.

"Ya ampun sayang, kalau lu pegang dipundak gini, gue berasa kang ojek." protes Jean. Pemuda itu meraih tangan Yera yang berada di pundaknya lalu menarik tangan gadis itu menjadi melingkari perutnya. "Gini pegangan yang bener," ucapnya.

Ada yang memanas tapi bukan knalpot. Ini wajah Yera memerah tanpa diminta, dan jantungnya berdebar tak karuan. Yera tak pernah memeluk orang lain selain anggota keluarganya, terlebih memeluk lelaki seperti ini.

Yera mengeratkan jemarinya yang saling tertaut melingkari tubuh Jean, mengatupkan bibirnya dengan erat sambil melihat-lihat keadaan sekitar selagi Jean tengah fokus mengendari motornya.

Jadi begini rasanya jalan-jalan sama lawan jenis? Begini ya rasanya pacaran? Yera baru tau.

Sesampainya di taman kawasan jakput, Jean memakirkan motornya dan membantu Yera untuk turun dengan selamat. Jean juga membantu Yera melepas helm yang dikenakan gadis itu dan merapikan helaian rambut Yera yang sedikit berantakkan.

Yera tak keberatan saat Jean menyentuh kepalanya dan merapikan helaian rambutnya. Mungkin Yera sudah terbiasa karena Jean sering melakukan skinship dengannya, entah itu mengusap kepalanya seperti ini ataupun mencubit gemas pipi bulatnya.

Jean dan Yera melangkah beriringan, berjalan menelusuri jalan setapak sambil melihat keadaan sekitar mereka yang terlihat ramai.

"Ra, mau makan gak?" buka Jean.

Yera menoleh ke arah pemuda itu, lalu mengangguk dengan semangat. "Mau!" serunya.

Jean tersenyum, benar-benar merasa gemas pada gadisnya ini. "Yuk, di sini ada kang bakso yang terkenal enak!"

"Masa?"

"Tuh kan lu gak tau! Katanya teknologi udah maju, semua bisa tau lewat internet. Tapi kang bakso enak aja lu kagak tau!"

"Kang baksonya gak masuk internet tuh,"

"Masuk tau. Nih ya," Jean merogoh saku celana jeansnya, mengeluarkan ponsel pintar miliknya dan mengetik sesuatu di sana. "Nih, kang baksonya masuk jakarta food festival tau." Jean menunjukkan ponselnya di depan wajah Yera.

Yera meraih ponsel Jean, menatap tak percaya sambil membaca deretan kalimat yang tertulis di caption foto itu. "Wah beneran nih?" gumamnya tak percaya.

"Beneran dong! Yuk ke sana, dijamin enaknya mama mia lezatos!"

Yera tertawa kecil mendengar candaan Jean barusan, tawa yang sangat jarang Jean lihat. Pemuda itu tersenyum puas melihat tawa gadisnya, merasa bangga karena dirinyalah sumber tawa bahagia Yera.

Sesampainya di tempat kang bakso yang Jean ceritakan, keduanya langsung disambut ramah karena ternyata si mamang baksonya sudah best friend sama Jean. Tanpa menunggu lama, pesanan bakso mereka berdua sudah dihidangkan dan aromanya langsung membuat perut Yera berbunyi.

Jean terbahak, begitupun dengan Yera. Biasanya, saat lapar sekalipun perut Yera tak pernah bunyi sekeras itu, tapi hanya karena mencium aroma bakso yang menggugah selera, perutnya langsung berbunyi dengan keras dan sialnya mengundang perhatian beberapa pengunjung.

Jean tak henti-hentinya menatap wajah manis Yera yang tengah tertawa sambil meracik saus ke dalam mangkuk bakso miliknya. Gadis itu tertawa hingga matanya menyipit dan pipinya membulat sempurna, Jean benar-benar merasa gemas, ingin mencubit pipi itu, bahkan kalau perlu menciumnya.

"Jean mau pakai sambal gak?" tanya Yera yang berhasil membuyarkan lamunan Jean tentang pipi menggemaskan milik gadis itu.

"Boleh," jawab Jean dengan nada gugup.

"Berapa? Lima sendok?"

"Wah jangan dong! Nanti gue sakit perut,"

"Hahaha gak papa dong! Kan cowok itu harus stong!"

"Masalahnya Ra, sakit perut itu bukan urusan kuat gak kuat, tapi urusan kesehatan."

"Iya-iya, serius amat sih? Gue kan cuma bercanda,"

"Eh lu bisa bercanda?"

Yera mendengus, lalu menuangkan tiga sendok sambal ke dalam mangkuk bakso Jean dengan perasaan kesal. "Bisa dong!" serunya kelewat kesal.

Jean tersenyum melihat wajah kesal gadisnya, lalu mengaduk bakso miliknya dan mulai melahapnya. Keduanya mulai menikmati bakso mereka masing-masing.

"Je,"

"Heum?"

"Itu mereka ngapain?"

"Mereka sapa?"

"Itu yang baju item."

"Oh, itu lagi pemanasan mau main bola."

"Oh, pemanasannya gitu?"

Jean mengangguk.

"Kok gerakkan aneh sih?"

"Aneh gimana? Emang gitu tau,"

"Ya masa kakinya dipelintir-pelintir gitu?"

"Itu bukan dipelintir sayang, itu ditekuk supaya pas main bola nanti ototnya gak kaku."

"Oh gitu?"

Jean mengangguk, sedang Yera hanya menggedikkan bahunya acuh. Ya ampun gemes, sumpah gemes, Jean mau bungkus Yera untuk dibawa pulang bisa tidak?

•••••
09/08/2020

•••••09/08/2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✔️Ma Twins [JUNGRI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang