10 - Orang Baik [END]

289 43 5
                                    

"Loh Yera?" tegur Rama saat melihat putrinya itu pulang ke rumah tak sendirian, melainkan ada sosok Jean yang mengekor di belakangnya.

Seingatnya putrinya itu pamit untuk membeli camilan karena persediannya sudah habis, dan Yera tak suka menonton film tanpa menikmati camilan. Karena mini market berada dekat di area rumah, Rama tentu saja mengizinkan putrinya itu berpegian sendiri. Tapi, kenapa tiba-tiba putrinya pulang membawa seorang pemuda?

"Dad, can you talk with him? I thought he had a problem."

Rama tersenyum kecil, lalu mengangguk paham. Pria itu mengangkat tangannya, membuat isyarat agar Jean mendekat padanya. "Nak Jean kan?" tanyanya begitu Jean duduk di hadapannya. Rama ingat, istrinya pernah bercerita bahwa ada pemuda bernama Jean yang tengah mendekati Yera.

"Dad, Yera ke dapur dulu ya? Mau bikinin minum," pamit Yera yang diangguki oleh Rama.

Jean menunduk malu, jantungnya berdebar tak karuan karena berhadapan dengan sosok ayah dari gadis pujaannya. Rasanya seperti ia tengah meminta restu, padahal Yera saja tak menaruh rasa apapun padanya.

"Nak Jean kabur dari rumah ya?" buka Rama sambil memperhatikan penampilan Jean yang masih mengenakan seragam sekolah.

Jean hanya mengangguk kecil sambil meremas jemarinya.

"Nak Jean ada masalah? Kalau Nak Jean mau cerita silahkan, Om tidak akan maksa kalau Nak Jean tidak mau."

Jean mengangkat sedikit kepalanya, menatap sendu wajah Rama yang tengah menatapnya dengan tatapan hangat.

"Je, ini minum dulu." ujar Yera yang baru saja datang membawakan teh hangat untuk sang ayah dan cokelat hangat untuk Jean. "Yera nggak tau Jean suka cokelat apa nggak. Tapi kalau Jean nggak suka, biar Yera buatin teh—"

"Suka kok, apapun yang Yera buatin untuk Jean, pasti Jean suka!" potong Jean dengan cepat yang membuat Rama terkekeh di tempatnya.

Yera sendiri hanya bisa meringis mendengar ucapan Jean barusan. Gadis itu memilih diam sambil mendudukan diri di samping ayahnya.

"Um ... sebelumnya Jean minta maaf karena bertamu malam-malam begini."

"Enggak papa, saya yakin pasti Yera yang ngajak kamu ke sini."

Yera hanya menampilkan cengirannya pada sang ayah, membuat Rama mencubit gemas pipi putrinya itu. Seandainya di sini tak ada ayahnya Yera, Jean juga akan mencubit pipi bulat gadis itu karena merasa gemas. Kenapa Yerasa ini sangat menggemaskan sih? Kira-kira begitu suara hati Jean saat ini.

"Jadi?" tegur Rama memecah suasana hening diantara mereka.

"Om benar, saya kabur dari rumah." ujar Jean sambil melirik pada Yera yang tengah menatapnya. "Saya kabur karena saya bertengkar dengan Ayah saya," lanjutnya.

"Kenapa bertengkar? Jean dimarahin ya gara-gara pulang telat hari ini?" tanya Yera dengan nada bersalah.

Rama menoleh pada putrinya, menatap bingung karena ia tak tau jika putrinya itu pulang terlambat hari ini. "Yera pulang jam berapa tadi?" tanyanya.

"Jam lima, Dad. Tadi Yera sama Jean makan bakso dulu heheh," jawabnya diakhiri kekehan lucu yang menggemaskan.

Rama mengusap kepala putrinya itu dengan lembut, "Kalau pulang terlambat, izin sama Mommy, ya. Jangan bikin Mommy khawatir," ujarnya.

Jean merasa hatinya menghangat melihat sepasang ayah dan anak itu. Andai saja dirinya bisa merasakan hal itu, dipehatikan oleh kedua orang tuanya. Tapi rasanya itu terlalu mustahil mengingat hubungannya dengan sang ayah yang jauh dari kata baik.

✔️Ma Twins [JUNGRI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang