06 - Pulang Bareng

176 40 5
                                    

Jean berdiri di depan kelas Yera, sengaja ingin pulang bersama gadis pujaannya. Sebelumnya dia sudah minta izin sama Yeri, yah, walaupun harus mendapatkan berbagai petuah dulu dari Yeri.

Kata Yeri, si Yera itu gak bisa bawa kendaraan sendiri, makannya mereka selalu bareng. Selain itu Yera punya trauma soal kecepatan, jadi Yeri tadi ngomel gak boleh kebut-kebutan ini dan itu, sebelum akhirnya memberikan izin untuk bisa mengajak Yera pulang bersama. Well,Yeri memang cukup bawel untuk orang yang udah lama dikenalnya.

"Jean?" tegur Yera dengan raut wajah bingungnya. Pasalnya yang seharusnya ia temui itu sosok Yeri, saudari kembarnya, bukan si Jean ini.

"Nyari Yeri ya?" balas Jean basa-basi.

Yera mengangguk, "Yerinya mana?"

"Udah balik duluan tadi,"

"Loh? Kok? Terus gue gimana?"

"Balik bareng gue dong!"

Yera mengerucutkan bibirnya, "Gak mau, motor Jean itu susah naiknya!"

Jean terkekeh mendengar nada merajuk milik Yera, ini pertama kalinya ia melihat sisi manja gadis itu. "Hari ini gue bawa motor matic kok," balasnya sambil mengusap kepala Yera dengan lembut.

"Beneran?"

"Bener dong, gue ini lelaki, dan lelaki sejati gak suka bohong ataupun ingkar janji."

Yera hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, mengiyakan ucapan Jean yang kelewat percaya diri itu.

"Ya udah, yuk balik. Keburu kesorean ini, ntar lo dicariin sama Mommy Wenda lagi." Jean mengulurkan tangannya di hadapan Yera, "Sambut dong, masa Yera dan Jean jalannya bareng tapi gak gandengan?"

"Idih, norak! Lo kira kita lagi meranin film kupu-kupu apa?" ujar Yera sebelum akhirnya menerima uluran tangan Jean.

Jean tersenyum saat Yera menerima uluran tangannya, segera ia merapatkan jemarinya. Menenggelamkan tangan mungil Yera dalam genggaman hangatnya. Kenapa rasanya tangan Yera begitu pas dalam genggaman tangannya ya? Apa ini yang namanya jodoh? Halah.

•••••

Jean menghentikan motornya tepat di depan pagar rumah Yera. Perlahan gadis itu turun dari bangku penumpang, lalu membuka helm yang sengaja Jean bawakan untuknya.

"Jean mau mampir dulu?" tawarnya sambil mengembalikan helm milik pemuda itu.

"Emangnya boleh?"

"Gak boleh."

Jean mengerucutkan bibirnya, membuat wajah merajuk sambil mengaitkan helm pemberian Yera di gantungan motor. "Ngapain nawarin kalau gak boleh, huh!" gumamnya.

Yera terkekeh kecil, lalu menepuk pundak pemuda itu. "Boleh dong, yuk masuk!" ujarnya sambil tersenyum manis.

Sumpah, kalau ini mimpi jangan bangunin Jean! Ini Yera ngomong ke dia sambil tersenyum manis. Ya ampun, kapan lagi coba?

Jean mengangguk dengan semangat, sedang Yera sudah membuka pagar rumahnya. Segera pemuda itu memarkirkan motornya dengan benar di halaman rumah Yera, lalu ikut masuk ke dalam rumah mengekori gadisnya dari belakang.

"Mom," sapa Yera dengan nada manjanya sambil memeluk Mommy-nya dari belakang.

"Hey, anak Mommy sudah pulang? Kok pulangnya lambat sih?" balas Wenda sambil mengusap tangan putrinya yang melingkari perutnya.

"Iya, tadi Yera gak ada guru, tapi dikasih tugas banyak banget." Jawab Yera dengan nada manjanya.

Perlahan Wenda melepas pelukkan Yera sambil memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan putrinya. "Eh, ada Nak Jean?" tegur Wenda saat atensinya menangkap sosok Jean yang tersenyum kecil menatap keduanya.

Jean tersenyum kikuk, "Selamat siang Tante Wenda," sapanya dengan sopan.

Wenda tersenyum lalu berjalan mendekati Jean, "Ini sudah sore," balasnya dengan nada bercanda.

Jean tersenyum malu sambil menggaruk tengkuknya, "Eh iya, salah. Maaf ya Tan, grogi nih ketemu camer."

Yera melotot, menatap galak pada Jean yang hanya tersenyum malu-malu di hadapan Mommynya.

Wenda tertawa kecil, lalu menepuk bahu Jean pelan. "Ini calon menantu Tante sudah makan belum? Kalau belum, makan dulu yuk sebelum pulang."

Rasanya Jean saat ini tengah menjelma seperti jelly, kakinya terasa lemas. Jean sampai berpegangan pada meja yang berada di dekatnya untuk menopang tubuhnya saat ini.

"MOMMY IHHHH!!" teriak Yera merajuk.

Yeri langsung membuka pintu kamarnya saat mendengar teriakan Yera, "Kenapa woy?" tanyanya penasaran dengan kepala yang menyembul dari balik pintu.

Yera mengerucutkan bibirnya, menatap kesal pada Jean yang wajahnya sudah memerah sampai ke telinga.

"Yeri mau ikut makan lagi?" tanya Wenda menatap Yeri yang hanya memunculkan kepalanya, sudah dipastikan gadis itu tak memakai pakaian yang pantas untuk dilihat oleh orang lain.

"Enggak, Yeri mau tidur aja. Bye." Gadis blonde itu menutup pintu kamarnya, membuat saudari kembarnya mendengus malas. Bisa-bisanya Yeri tak membantunya dalam situasi sialan ini.

Yera tau Mommynya itu suka bercanda, tapi bercanda soal calon menantu itu sama sekali tak lucu. Mommynya itu seperti memberi harapan pada Jean. Padahal selama ini Yera tak pernah menggubris apapun ucapan Jean yang selalu menggodanya.

"Ayo Nak Jean, sini Tante siapkan makanannya." Ajak Wenda sambil menuntun tubuh Jean menuju ruang makan. "Oh, Yera. Cepat ganti pakaianmu dan kita makan bersama," ucapnya sebelum benar-benar menghilang dari hadapan putrinya itu.

Yera menunduk lesu, menatap ujung kakinya dengan pandangan putus asa. Dalam hati ia berharap semoga Jean tak menganggap serius ucapan Mommynya, kan kasihan kalau Jean jadi benar-benar berharap padanya.

"Semoga saja," gumamnya dengan putus asa.

Yera, Yera, memangnya apasih kurangnya Jean Pramono?

•••••
12/08/2020

•••••12/08/2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✔️Ma Twins [JUNGRI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang