"Seungwoo. Han Seungwoo."
Aku terperangah melihatnya. Lelaki sinting yang aku temui kemarin menjadi anak baru di kelasku. Belum cukup, ia bahkan seenaknya tiduran di bangkuku.
Kursi kesayanganku.
Tempat aku memandang langit tanpa diganggu siapa-siapa.Ughh. Seenaknya saja dia tidur di bangkuku. Udah gitu ngiler lagi. Hishh tampang ganteng tapi ngiler.
Sia-sia saja ketampananmu itu sinting."---na."
Lihat saja. Aku pasti akan balas dendam. Seenaknya mengatai orang anak kecil. Sok narsis lagi.
"--Hana."
Hmm. Apa yang harus aku lakukan ya? Walaupun aku terdengar jahat tapi begini-begini aku, Hana Wijaya tuh punya hati yang sangat lembut. Apa aku tidak usah balas dendam?
"Hana Wijaya. Apakah kamu mendengarkan?"
Ucap Pak Herman sambil sedikit berdecak. Nadanya pun terdengar kesal."Ah iya pak. Tapi, itu- anu pak kursi saya diduduki oleh dia pak. Bolehkah bapak suruh dia ganti tempat duduk?"
Pak Herman melihatku dengan mata yang memandang sebelah.
"Kan disebelahnya ada kursi kosong, Hana. Tidak usah repot-repot, waktu pelajaran saya sudah terbuang hampir setengah jam gara-gara kamu. Sudah, duduk saja di sebelahnya."
Ishhh! Bukan itu maksudku! Aku sih, tidak masalah pindah tempat duduk dari hot spot ku selama ini. Kan Hana memang berhati baik. Hanya saja, duduk di sebelah dia? Cowok sinting ini? Dasar pak tua gila. Kudoakan kau sakit baru tahu.
Dengan dongkol aku membawa tasku dan duduk di sebelah lelaki sinting yang katanya bernama Seungwoo ini.
Terus terang, nama Seungwoo tidak cocok untuk orang sinting seperti dia. Nama Seungwoo terlalu bagus untuknya. Harusnya namanya anak anjing saja.
Seungwoo's POV **
Dasar cewek gajelas. Jelas-jelas kemarin dia mengagumiku sampai liurnya menetes,
***apa yang ada di ingatan Seungwoo dilebih-lebihkan*** sekarang dia malah pura-pura tidak suka duduk di sebelahku.
Tidak banyak tahu yang bisa merasakan seperti apa rasanya duduk di sebelah cowok ganteng seperti aku ini. Hehehe ~Apa aku ganggu saja dia? Dia terlihat seperti kucing kecil yang galak. Lihat saja ukuran badannya yang mini itu.
Aku tebak dia bahkan tidak sampai 165 cm.
Apa mungkin 160? Tidak. Tidak mungkin.
Sepertinya dia 158 cm. Yap, pas. 158 cm.Aku memandang cewek yang kini duduk disebelahku dengan jeli.
Lihat saja nanti, kucing kecil.
Hana's POV ***
Ugh. Berhentilah memandangiku. Aku tahu aku memang cantik tapi, tak usah begitu juga kali.
Ah bodo amat lah.
Lebih baik aku fokus pada pelajaran.Pandanganku tertuju pada papan tulis yang berisi coretan-coretan Pak Herman tentang Sosiologi.
Entah kenapa, hari ini aku merasa tulisan yang memang biasanya jelek itu lebih jelek lagi hari ini.
Seperti,
Cakar ayam.Bahkan cakar ayam masih lebih bagus daripada itu.
Duh. Kenapa aku merasa tiba-tiba pusing ya? Aku belum makan juga.. Rasanya hari ini aku tidak berenergi sekali.
Apa aku tidur saja ya? Tapi Hana Wijaya kan' seorang anak teladan. Aku tidak boleh tidur!
Tapi...
Semakin lama mataku semakin terasa berat...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Vampire
Teen FictionTidak seperti anak SMA pada umumnya, Hana lebih suka menyendiri, membaca buku sambil sekali-kali memandang langit yang luas dibalik jendela kaca sekolah yang kotor. Namun, pada tahun terakhir SMA-nya, Hana bertemu dengan seorang laki-laki yang akan...