1

1.6K 109 3
                                    


Aku terbangun ketika mendengar suara tembakan dan peluru yang jatuh diatas atap rumahku, disertai dengan teriakan dari warga yang tinggal disini. Pertanda Belanda akan menyerang dan menguasai desa kami. Aku langsung teringat dengan orangtua ku beserta adik-adik ku. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan bergegas keluar dari kamar berniat untuk mencari mereka, namun dengan cepat salah satu tentara Belanda itu menarik tanganku dan membawaku pergi entah akan dibawa kemana diri ini.

Kami melalui hutan yang rindang, tetapi masih terdengar suara tembakan dan teriakan seseorang, padahal kami sedang melewati hutan yang rindang dan jauh dari pemukiman. Aku terus berteriak meminta tolong dan memberontak karena aku takut nyawaku akan melayang tidak lama lagi.

"Hoe je mond! Of je mordt gedood (Diam! Atau kau akan terbunuh)". Tegas tentara Belanda itu, membuatku diam tidak berkutik. Aku tidak tahu dia akan membawaku kemana, yang ada di pikiran ku adalah bagaimana jika aku akan dibunuh setelah ini atau dia akan menjadikanku sebagai gundiknya. Membayangkannya saja sudah mengerikan.

Aku mendapati sebuah permukiman kecil yang bergaya khas Eropa. Mungkin rumah-rumah yang ada disini bisa dihitung jari. Apakah penghuni rumah itu adalah orang-orang Belanda atau pribumi yang kaya raya? Aku tidak tahu.

Dia membawaku masuk ke dalam rumah yang paling ujung di sebelah kanan. Rumah ini tidak terlalu besar namun jika dibandingkan dengan rumah ku, rumah ini lebih layak untuk dihuni.

"Blijd hiee, en ga nergens heen! Begrijpen? (Tetap disini, dan jangan kemana mana! Mengerti?)" Ujarnya dengan penuh penekanan sambil memegangi pundak ku erat.

"Je hebt me niet vermoord (Kau tidak membunuhku?)" Aku bertanya padanya namun dia sudah melesat pergi.

Kemudian aku masuk kedalam rumah ini, bibirku membulat sempurna karena dibuat terkejut oleh keindahan rumah ini, terlihat barang-barang antik yang tertata rapi. Aku berpikir pasti barang-barang antik tersebut harga nya sangat mahal sekali. Mataku tertuju pada tanaman bunga tulip yang tampak cantik berada diruang tamu, aku berjalan mendekatinya lalu menghirup aroma nya, harum.

Sedari tadi aku hanya berjalan kesana-kemari dengan perasaan yang tidak enak, aku sangat khawatir dengan orang tua ku beserta adik-adik ku. Aku sudah membayangkan yang tidak-tidak, bagaimana jika mereka tewas atau mereka di culik. Aku tidak bisa menerima kenyataan itu jika firasatku memang benar-benar terjadi.

Aku duduk di kursi ruang tamu yang terbuat dari kayu jati berwarna cokelat itu, menangis tanpa suara, itu sungguh menyakitkan. Aku ingin sekali menyusul mereka namun nyali ku sangat ciut, ditambah ancaman tentara Belanda tadi yang mengancamku aku harus tetap berada di rumah ini. Membuatku semakin bingung dan gelisah.

Mataku sudah sembab dan mulai mengantuk, ada sebuah kursi yang agak panjang di ruang tamu ini, tanpa pikir panjang akupun merebahkan tubuhku di kursi itu dan tertidur, berharap saat aku bangun nanti aku sudah kembali berada dirumah bersama keluarga kecilku.

***

Cahaya matahari sudah mulai menembus masuk ke dalam kamar melalui jendela.
Aku menguap lalu membuka mataku pelan, memejamkan mata beberapa kali karena saat ini aku tidak sedang berada di ruang tamu melainkan di dalam kamar. Siapa yang membawaku kesini? Apa jangan-jangan ada makhluk astral disini? Berpikir bahwa dirumah tidak ada siapa-siapa, lalu terlonjak kaget saat melihat jam menunjukkan pukul 07.55 pagi.

"Ya ampun May, kau bodoh sekali! Lancang sekali kau berbuat seenaknya, setidaknya bangun pagi dan mengerjakan sesuatu. Bagaimana jika pria jangkung itu membunuhmu hidup-hidup setelah tahu kelakuan mu yang lancang padahal kau hanya seorang Pribumi. Itu mengerikan!" umpat ku dalam hati sambil menepuk dahi penuh penyesalan.

Aku berlari menuju kamar mandi. Aku tidak mengganti pakaian karena hanya yang kupakai inilah satu-satu nya. Dengan rok dibawah lutut dan kemeja berwarna putih.

Ketika aku melewati kamar yang bersebelahan dengan kamar tidur yang kutempati tadi, aku melihat pintu kamar itu sedikit terbuka, siapa yang berada disana? Bukankah aku sendirian di rumah ini, kemarin saja pintu kamar ini tertutup.

"Apa jangan-jangan Meneer  sudah kembali?" Aku menebak-nebak

•••

Tempo DoloeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang