Aku dan ibu sekarang tinggal di rumah nenekku, rumah sekaligus desa kami sudah dikuasai oleh Belanda, dan barang siapa yang berani pergi kesana maka orang itu menawarkan nyawanya untuk dicabut.
Sesampainya dirumah, aku hanya mengurung diri dikamar. Perkataan ibu memang ada benar nya namun aku tetap membela Frans juga, dia berbeda dengan yang lain. Ya aku tahu dia orang Belanda dan yang pasti seorang penjajah namun lihatlah, dia tidak pernah melukai para pribumi, kalau dia benar-benar seorang penjajah sudah dipastikan detik ini juga aku sudah tidak menginjakkan kaki di Hindia Belanda.
Sesekali aku mendengar suara ibuku yang sedang mengoceh. "Bisa-bisa nya kau jatuh cinta dengan seseorang yang menjajah negeri mu, dia itu musuhmu, kalian tidak akan pernah bisa bersatu." Itulah kata-kata yang dilontarkan ibuku.
Terdengar suara pintu terbuka, ternyata nenekku. Beliau membawakan nampan yang berisi sepiring nasi goreng dan air putih ditangannya yang terlihat sedikit gemetar. Aku segera menghampirinya.
"Ah nenek, tidak perlu repot-repot. Aku bisa mengambilnya sendiri nek." Ujar ku tidak enak, aku menaruh nampan yang berisi nasi goreng dan air putih itu diatas meja kamar.
"Ku dengar kau jatuh cinta dengan penjajah Londo? Apa itu benar?" Beliau bertanya dengan wajah penasaran.
"Mengapa nenek bertanya hal itu"? Tanya ku.
"Aku mendengar ocehan ibu mu tadi, bagaimana bisa kau jatuh cinta dengan penjajah Londo? Apa kau terpesona dengan wajah tampan nya? Cerita saja dengan nenek, nenek akan menjadi pendengar yang baik untukmu."
"Iya nek, aku jatuh cinta dengan pria Nederland itu." Aku berkata jujur.
"Apa kau tidak takut apabila kau dijadikan sebagai seorang Njai nantinya?" Tanya beliau.
"Dia tidak menjadikan ku sebagai gundiknya nek, dia mencintaiku, dia adalah cinta pertamaku. Apa nenek ingin tahu hal yang lebih spesial dari ini?" Tanya ku yang dijawab nenek dengan anggukan. "Dia menyelamatkan ku saat Belanda menyerang desa kami lalu dia membawaku ke rumahnya dan dia merawatku dengan baik." Jelas ku.
"Aku tahu perasaanmu sekarang, tapi kisah cinta mu penuh dengan rintangan sayang. Apa kau yakin dia benar-benar mencintaimu?" Tanya beliau. Aku mengangguk yakin. "Kalau begitu kau harus menceritakan yang sebenernya kepada ibu mu agar tidak salah paham . Makan lah sampai kenyang dan tidurlah dengan nyenyak, nenek pergi dulu." Sebelum beliau pergi, sesekali beliau mengusap rambutku pelan.
Perutku sudah berbunyi sedari-tadi. Tanpa pikir panjang aku segera menyantap nasi goreng yang dibuat oleh nenek ku. Rasanya sangat enak. Tentu saja, karena nenek ku ahli dalam hal memasak.
***
Hari sudah mulai gelap. Aku duduk di dekat jendela kamar yang kubiarkan terbuka. Semilir angin menerpa tubuhku, menggigil dalam kediaman, berharap Frans datang dan memberikan pelukan hangat sebagai selimut bernyawa ku. Aku begitu merindukan nya, padahal belum genap satu hari aku meninggalkannya. Lalu hatiku berkata, apakah dia juga merindukanku? Kuharap begitu. Oh angin titipkan rindu ku padanya.
Aku tersentak saat menyadari ada sebuah tangan yang menyelipkan bunga Tulip di atas telingaku lalu memelukku dari belakang. Aku menoleh dan kudapati sosok laki-laki yang sedang kurindukan saat ini, apa angin benar-benar menyampaikan rindu ku padanya? Ah aku tidak tahu. Tanpa pikir panjang aku segera memeluknya dengan erat, dia membalas pelukanku sambil mengelus rambutku lembut.
"Aku merindukanmu, Tulip!" Ujar nya.
"Aku lebih merindukanmu, kau tahu! Aku tersiksa karenamu!" Aku meggerutu.
"Kalau begitu, tetaplah bersamaku! Dan jangan pernah pergi lagi!" Frans mengecup kening ku sekilas dan menggendongku ke tempat tidur.
"Ceritakan sebuah dongeng untukku, Alstublieft (tolong)." Perintah ku.
"Lucu sekali! Kau seperti anak kecil." Tanpa kusadari dia telah mengejekku.
"Alstublieft (tolong)." Aku memohon dengan wajah memelas.
"Kau ini lucu sekali!" Frans mencubit hidungku pelan. "Baiklah" Dia menghela napas lalu mulai bercerita.
"Pada suatu hari, Belanda mulai menyerang dan ingin menguasai sebuah desa, namun salah satu tentara Belanda itu menyelamatkan nyawa gadis pribumi yang cantik, tentara Belanda itu membawa gadis itu kerumahnya," Aku menaikkan alis sebelah kananku. "Ketika tentara Belanda itu mengajaknya berkeliling di kota Batavia, gadis itu dicium oleh tentara Belanda tersebut, karena dia merasa telah jatuh cinta padanya. Gadis itu memalingkan wajahnya karena malu wajahnya telah memerah akibat perlakuan tentara Belanda tersebut. Namun semua tidak berjalan dengan lurus, banyak rintangan yang harus mereka hadapi. Inilah cinta, harus diperjuangkan.""Itu cerita tentang kisah kita, Frans." Aku memukul lengan nya pelan.
"Memang! Aku menulis tentang kisah cinta kita dan aku akan menyelesaikannya, suatu saat buku itu akan kuberikan padamu, Tulip!" Frans mengelus pipiku lembut. "Ayo tidur! Sudah larut malam." Frans menyelimutiku dan menyelimuti tubuhnya. Dia memelukku kedalam dekapannya kemudianaku memejamkan mataku dan akhirnya tertidur pulas.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempo Doloe
Historical FictionMaya Sari, gadis pribumi yang diselamatkan oleh Frans de Houten, seorang tentara Belanda. Hingga di suatu masa dimana yang dijajah menjalin cinta dengan sang penjajah. Rank #1 Batavia (24-07-2020)