Aku berjalan dengan pelan memasuki sebuah lorong kecil disamping rumah Steven, karena aku tidak berani masuk melewati pintu depan rumah nya. Mataku menyapu sekeliling berusaha mencari keberadaan Steven namun aku tidak menemukan nya.
"Hei." Tiba-tiba seseorang mengagetkanku dari arah belakang, aku pun menoleh.
Mataku melotot tidak percaya dengan sosok yang kulihat didepan mataku sekarang. Seorang laki-laki yang selama ini kurindukan hadir kembali didalam hidupku.
"Maya?" Laki-laki itu menyebut namaku dengan tatapan tidak percaya. "Apa kau benar-benar Maya Sari?" dia mulai mendekat padaku lalu memegang kedua pundakku dan mengelus rambutku dengan lembut. "Kau sangat cantik, tulip yang sangat cantik yang kutemukan di Hindia-Belanda". Dengan cepat laki-laki itu memelukku kemudian perlahan mengangkat daguku dan mengecup bibirku dengan lembut. Namun aku tidak bereaksi apapun, aku hanya membisu sedari tadi. Menyadari prilaku ku yang seperti ini, laki-laki itu melepaskan pelukan dan ciuman nya karena aku tidak membalas pelukan dan ciuman dari nya.
"Maya, apa yang membuatmu bersikap seperti ini? Kau tidak merindukanku? Atau kau sudah memiliki kekasih baru?" Frans bertanya dengan wajah bingung dan tampak penuh amarah.
"Kau kemana saja selama ini?" aku memberanikan diri untuk menatap mata biru nya, padahal aku sangat takut dia akan membunuhku jika aku bertingkah semena-mena padanya. Karena aku tahu sendiri, aku hanyalah seorang Pribumi dan Frans adalah laki-laki bangsa kulit putih, derajat nya jauh lebih tinggi dariku.
"Aku tidak kemana-mana, Tulip! Aku masih di sini, di tanah Hindia-Belanda dan masih menghirup udara yang sama denganmu". jelasnya.
"Lalu mengapa kau tidak mencariku? Apa kau sudah berubah pikiran dan lebih memilih memiliki pasangan yang sebangsa denganmu?" aku bertanya padanya.
"Kau sedang membicarakan apa? Kau tahu sendiri kan bahwa ibu mu tidak menyukai ku, itu lah alasan mengapa aku tidak berani menemuimu". ujarnya sembari memegang kedua pundakku. Aku tersenyum manis padanya. "Kau mengapa tersenyum?" tanya nya dengan raut wajah bingung. "Bagaimana kau bisa berada disini?" tanya nya lagi.
"Steven mengundangku, kami bertemu di sebuah pasar." jawabku singkat.
Aku mulai berjalan pelan memasuki rumah berukuran besar milik Steven melalui pintu belakang. Frans masih membuntut dibelakangku dan tidak berbicara lagi.
***
"Ahh- Maya ya?". Ucap Steven sambil menunjuk ku dengan jari telunjuknya. "Bagus sekali, kau terlihat cantik sekali". Steven memujiku dan menyambut kedatanganku dengan ramah.
Ternyata tidak hanya aku yang berada disini, cukup banyak gadis-gadis Pribumi dan mereka sedang sibuk dengan dirinya masing-masing. Saat hendak menghampiri Steven tiba-tiba Frans muncul dan menarik tanganku dengan paksa.
"Aww sakit Frans". Aku menarik paksa tanganku dan meringis kesakitan sambil memegangi pergelangan tanganku. Steven hanya memasang wajah bingung saat melihatku dan Frans saling mengenal.
"Ikut aku sekarang". Ucap Frans dan lagi-lagi dia menarik tanganku dengan paksa, aku hanya pasrah dan mengikuti kemana dia membawaku. Namun sebelumnya aku sudah mengatakan kepada Steven bahwa aku harus pergi dengan Frans sebentar dan Steven pun meng-iyakan.
•••
Maaf ya author baru up, hehe karna author lupa akun wattpad :( dan alhamdulillah sekarang udah bisa balik lagi :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempo Doloe
Historical FictionMaya Sari, gadis pribumi yang diselamatkan oleh Frans de Houten, seorang tentara Belanda. Hingga di suatu masa dimana yang dijajah menjalin cinta dengan sang penjajah. Rank #1 Batavia (24-07-2020)