"Kemana orang tua mu?" Tanya ku.
"Ibuku di Belanda, sedangkan ayah dan kakak ku sudah tewas pada peristiwa Perang Jawa yang berlangsung selama lima tahun di Pulau Jawa. Perang Jawa adalah perang paling besar yang pernah terjadi. Dipimpin oleh Bendara Pangeran Harya Dipanegara yang biasa disebut Pangeran Diponegoro." Jelasnya.
"Kita memiliki alur kehidupan yang hampir sama, perbedaan nya hanya saja ibu mu masih hidup dan aku sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi" Aku menunduk sedih.
"Kau ini berbicara apa? Kau tidak punya siapa-siapa? Kau punya aku, aku adalah milikmu. Dan kau adalah milikku." Frans mendekat padaku lalu memeluk ku erat. Dia membirakanku menangis di dekapan nya.
***
Pada sore hari, aku dan Frans berkeliling di kota Batavia (Jakarta) menggunakan Delman.
"Baru kali ini, aku menaiki Delman bersama gadis tercantik yang pernah kutemukan di Hindia Belanda." Ujarnya sambil melihat kearahku. Aku membuang muka karena pipiku sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Kau bicara apa?" Tanya ku pura-pura tidak mengerti. Dia mendekatkan wajahnya padaku lalu mengulang kalimatnya.
"Baru kali ini, aku menaiki Delman bersama gadis tercantik yang pernah kutemukan di Hindia Belanda." Frans semakin mendekatkan wajahnya padaku dan berhasil mencium pipi kananku dengan sempurna.
Mataku mendelik menatap Frans yang baru saja menciumku. Seakan tidak percaya dengan apa yang telah terjadi beberapa detik yang lalu. Mataku berkaca-kaca saat menatapnya.
"Apakah dia cinta pertama ku?" Tanyaku dalam hati. Air mataku mulai menetes satu persatu. Frans menyeka air mataku dengan kedua tangannya lalu membelai pipiku lembut. Perlahan aku mendekatkan diri padanya lalu memeluknya. Dia membalas pelukanku dengan sangat erat. Aku tahu, banyak mata-mata yang melihat kami dengan tatapan tidak suka. Tetapi aku bahkan tidak peduli, Frans berbeda dari yang lain. Dia adalah orang yang baik, jika dia bukan orang baik sudah dipastikan saat ini aku tidak sedang bersamanya.
"Apa kau mencintaiku?" Aku mendongakkan kepalaku untuk melihat wajahnya.
"Sangat. Sangat mencintaimu" Ujarnya lalu mengecup keningku sekilas.
Aku melepaskan pelukanku lalu kembali sibuk memperhatikan orang-orang yang sedang berlalu-lalang. Terlihat noni-noni Belanda yang cantik dengan gaun indahnya, mereka sedang bercengkrama dengan anak-anak pribumi. Aku tersenyum saat memperhatikannya, kurasa dia adalah orang yang baik seperti Frans. Kuharap begitu.
Saat melihat sekeliling, aku mendapati seorang wanita yang tidak asing bagi ku. Aku menyuruh pengendara Delman ini agar berhenti. Frans terlihat bingung apa yang terjadi padaku. Aku menuruni Delman itu disusul Frans di belakang ku.
"Ibu" Teriakku memanggilnya. Ternyata wanita itu memang benar-benar ibuku, aku segera menghampirinya lalu memeluknya erat.
"Ibu, kemana ayah dan adik-adik ku?" Tanya ku. Ibuku membelai pipiku lembut. Tidak ada jawaban yang kuterima. "Kemana mereka, bu?" Tanya ku sekali lagi. "Mereka baik-baik saja kan?" Tanya ku memastikan.
"Kau yang sabar ya nak." Ibuku meneteskan air matanya yang membuat mataku berkaca-kaca. Tubuhku terkulai lemas di tanah. Frans menghampiriku berniat menolongku berdiri, namun ibuku melarangnya.
"Hei, siapa kau? Jangan pernah menyentuh putriku!" Tegas ibuku. Karena ibuku menyadari, laki-laki yang hendak menolongku berdiri ini ialah orang Eropa yang pastinya adalah seorang penjajah.
Aku masih terduduk diam di tanah. Tidak mampu bergerak dan berucap.
"Kawan sebangsamu lah yang telah membunuh anak-anak dan suami ku." Ujar ibuku lantang.
"Maaf, saya telah menolongnya." Aku mendengarkan suara Frans sangat sopan menjawab pertanyaan ibuku.
"Lalu kau menjadikan putri ku sebagai gundikmu? Tanya ibuku. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi" Ujar ibuku.
"Dia kekasihku. Aku mencintainya, dan dia juga mencintaiku. Benar kan, Maya?" Frans bertanya, kemudian melihat kearahku berharap aku mengangguk menjawab iya.
"Sudahlah! Mulai hari ini jangan pernah mendekati putriku lagi." Ibu ku menarik tanganku dan membawa ku pergi, namun Frans menahanku.
"Frans, aku akan selalu mencintaimu sampai kapanpun." Aku berusaha tersenyum padanya meskipun setelahnya tangsiku meledak dengan sempurna.
"Dan aku akan setia menunggumu, aku mencintaimu. Aku akan selalu mencintaimu, Tulip ku yang cantik." kata-kata Frans benar-benar meledakkan tangisku.
Disini lah kita berpisah, aku tidak tahu apakah kita bisa bertemu lagi setelah ini.
Aku melihat Frans yang masih mematung ditempat. Melihatnya saja sudah membuat air mataku berjatuhan semakin banyak. Semakin jauh aku menjauh dari hadapan Frans, semakin tidak terlihat jelas pula sosok laki-laki yang sangat kucintai itu.
"Frans, Tuhan telah merencanakan sesuatu yang lebih indah setelah ini. Ini adalah proses." Ucap ku dalam hati.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempo Doloe
Historical FictionMaya Sari, gadis pribumi yang diselamatkan oleh Frans de Houten, seorang tentara Belanda. Hingga di suatu masa dimana yang dijajah menjalin cinta dengan sang penjajah. Rank #1 Batavia (24-07-2020)