7

457 44 5
                                    

Saat melihat sekeliling, aku melihat ibuku yang tengah berjalan keluar dari pasar, aku pun segera menghampirinya.

"Sebentar, aku akan segera kembali." Steven terlihat bingung, dia hanya mengangguk meng-iyakan.

Aku berlari kecil mengejar ibu ku sampai tapak kaki ku setara dengan ibu ku. "Ibu, maaf aku tidak bisa pulang sekarang, temanku butuh bantuanku," mataku tertuju pada belanjaan ibu yang tidak banyak, padahal saat dirumah tadi beliau berkata akan berbelanja banyak namun kenyataannya tidak, jadi aku pikir aku tidak terlalu merepotkannya. "Ibu tidak apa-apa?" tanya ku memastikan.

"Baiklah kalau begitu, jaga dirimu baik-baik dan jangan pulang terlambat." ujar nya, lalu aku mengangguk pelan sambil tersenyum dan melambaikan tangan pada ibuku.

Kemusian aku berlari kecil kembali ke toko roti untuk menemui Steven.

"Tadi siapa?" Tanya nya.

"Ibu ku." jawabku, Steven hanya ber~oh ria.

***

Kami sekarang sedang berjalan kaki menuju sebuah toko, karena tokonya tidak terlalu jauh jadi Steven memutuskan untuk berjalan kaki saja, katanya sih dia ingin membelikanku sebuah dress, tetapi aku masih belum mengerti untuk apa dress itu diberikannya padaku apalagi menyadari bahwa aku hanyalah seorang Pribumi, merasa tidak pantas memakai pakaian mewah bak perempuan-perempuan Eropa. Sebenarnya aku merasa seperti sangat merepotkannya tetapi saat aku menolak dia malah semakin memaksaku, jadi aku memilih untuk menurut saja padanya.

Bersyukur yang memiliki toko ini adalah seorang Pribumi. Jadi, aku merasa leluasa. Tetapi yang membuatku risih adalah, orang-orang yang bekerja disini selalu melihat dan memperhatikan kami berdua, mungkin mereka mengira aku adalah seorang Njai karena aku sekarang bersama seorang Eropa.

"Aku bukan gundiknya." aku berbisik pada salah satu pekerja disini berharap agar mereka tidak salah paham.

Kami sekarang sedang berkeliling untuk melihat dan memilih dress yang cocok untukku, lalu hatiku berkata bahwa aku tidak akan pernah pantas memakainya.

Sedari tadi aku hanya melihat-lihat saja tanpa meminta pada Steven mana yang ku mau. Aku tidak berani dan aku merasa tidak pantas memintanya. Jadi aku membiarkan Steven sendirilah yang memilihkan.

"Pilih saja mana yang kau mau." ujarnya menawarkan.

"Aku tidak tahu." jawabku.

"Bagaimana dengan yang ini?" tanya Steven. Dia menunjuk sebuah dress berwarna abu-abu dan high heels berwarna hitam dengan hiasan manik-manik berkelap-kelip warna putih yang menambah kesan mewah. Benar-benar indah sekali.

"Itu terlalu bagus untukku, yang lain saja." ujarku.

"Jangan berkata seperti itu, aku tahu kau pasti suka ini, sangat bagus jika kau yang memakainya." dia mengambil dress itu kemudian membawanya ke kasir lalu membayarnya.

Setelahnya kami keluar dari toko, aku masih dibuat bingung olehnya, apa maksud semua ini dan untuk apa dress itu, dan menyadari bahwa harga dress beserta yang lainnya itu cukup mahal membuatku berpikir keras.

"Untuk apa dress itu? Itu mahal dan mengapa kau memberikannya padaku?" Aku bertanya-tanya padanya.

"Besok adalah hari ulang tahunku yang ke-17 jadi aku mau kau hadir dalam pesta." ujarnya

"Aku tidak bisa. Aku Pribumi, mereka akan menghinaku." aku menjawab dengan wajah lesu.

"Tak apa, teman-teman ku baik dan mau berteman dengan Pribumi. Apa kau seorang Indo? Lihatlah rambutmu berwarna coklat." Steven memegang rambutku pelan.

"Aku tidak tahu, setahuku kami tidak memiliki keluarga dari Eropa. Kemungkinan sewaktu kecil aku sering bermain dibawah sinar matahari." Ujar ku.

"Oh begitu ya. Lagipula aku tidak memandang seseorang dari latar belakangnya. Aku tidak peduli dari mana dia berasal dan ber-ras apa dia, aku tidak peduli tentang itu. Jika dia baik, maka dengan senang hati aku akan menjadikannya sebagai temanku." jelas Steven.

"Benarkah? Baiklah jika begitu". Aku tersenyum lega.

Steven memberikanku selembar kertas yang berisi alamat jalan rumah nya. "Apa kau berani pulang sendiri?" tanya nya.

"Tentu saja," Aku terseyum padanya. "Terimakasih banyak." aku berterima kasih banyak padanya.

"Ya sama-sama, sampai jumpa." Steven melambai-lambaikan tangan nya kepadaku, aku pun membalas lambaian tangan nya.

•••

Tempo DoloeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang