Happy reading
Thx votmen* * *
"Phi, tolong aku......"
Perth dengan segera menoleh dan menatap adiknya. Perth dapat melihat wajah kusut Plan yang memucat dengan air mata penuh.
Plan tengah mencengkram buku-buku jarinya sampai memutih.
Detak jantung Perth berdetak begitu cepat, dengan segera ia berdiri dan berjongkok di samping adiknya itu.
Perth dapat melihat badan Plan yang bergetar ketakutan kemudian memeluknya.
"Astaga Plan, jangan lagi. Dengerin Phi, Plan. Phi minta Maaf. Jangan salahin diri kamu lagi. Semua salah Phi."
Kata Perth menenangkan Plan yang sudah memeluknya dan menggigil.Seharusnya ia lebih memperhatikan Plan. Perth menyesal membiarkan pikiran Plan kosong. Kali ini hal apa yang menjadi penyebab serangan Plan yang jarang ia lihat, kembali datang?
"Kita bawa Plan ke klinik Phi Tit."
Kata Mark kemudian bergegas membawa barang miliknya juga barang Plan, mengikuti Perth yang sudah menggendong Plan.Sebelum pergi Mark memandang Mean yang masih terdiam mematung di tempatnya, memberi kode pada Mean agar mengikutinya.
Mean masih saja diam di tempat duduknya. Bahkan saat ketiga orang itu sudah keluar dari pintu, hatinya sakit melihat Plan lagi-lagi seperti itu.
Bahkan lelaki mungil itu meminta tolong karena kesakitan. Apa yang membuat lelaki mungil itu sakit. Kenapa Plan tidak pernah memberitahukan pada Mean?
Apakah yang menyakiti Plan adalah seorang pria yang begitu Plan cintai? Lalu untuk apa Perth yang meminta maaf?
Mean menghembuskan nafas sesak. Kaki panjangnya sedikit berlari, membuang semua pikiran buruk, mengikuti mereka dari belakang.
Mean tidak ingin peduli dengan masa lalu Plan lagi, karena sekarang yang berada disisi lelaki mungil itu adalah dirinya.
* * *
Dalam keadaan tidak sadar pun, alam bawah sadar lelaki mungil itu masih siaga akan dunia yang begitu mencekam.
Cengkraman tangan Plan menguat pada kemeja Perth. Merasakan ketakutan juga kehampaan ketika Perth meletakan dirinya di atas ranjang.
Plan sudah menutup matanya____tertidur. Dikarenakan suntikan penenang yang di berikan oleh Tit.
Tit menghela nafas lalu memijit pangkal hidungnya sampai terasa sakit, lalu menatap Mark.
Plan berbohong, tidak heran jika keadaan lelaki mungil itu kembali tidak terkontrol.
Tit akan membicarakan itu nanti berdua dengan Plan saat adik dari Perth sudah terlihat waras.
Tit juga tidak akan memberitahu Perth tentang hal ini. Itu sama saja kembali menghancurkan Perth kekasih Mark adiknya itu, yang sudah tertata rapi.
Sama seperti Plan, Perth pernah merasakan kerusakan pada jiwanya, tapi tidak separah Plan. Tapi cukup untuk menyakitinya.
"Perth, kamu nggak papa'kan?"
Tanya Mark lirih. Mark sangat yakin jika sekarang Perth tengah mati-matian menahan desakan untuk menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙳𝙴𝚂𝙸𝚁𝙴
Romance"Plan!" "I need to talk to you." "Bullshit!" "Kenapa aku harus memaafkan seseorang yang sudah memasukan ku ke dalam rumah sakit jiwa?" WARNING ⚠️ SAD ENDING Cerita ini di lengkapi dengan dua simbol yang sama [ Boy X Boy ] 21+