DESIRE 12

934 145 28
                                    


Happy reading.
Thx votmen.

+ + +

"Romantis your ass! Yang benar saja!!"
Mark berkata penuh emosi. Lalu melirik pada Plan yang sedang berusaha mengabaikan keadaan.

Perth dan Meen hanya memandang Mark bingung. Kenapa Mark yang malah terdengar menggebu-gebu?

"I know. Tapi bukannya jingjing juga jahat karena sudah meninggalkan Mean?"
Ceplos Mark. Dan Meen hanya mengangkat bahunya santai.

Mark mengatup mulut. Dadanya terasa panas, emosinya naik begitu saja. Ingin sekali dirinya menyumpah pada Mean atau pada Meen yang tidak merasa bersalah.

Mark benar-benar menyesal karena sudah mempercayai pria yang bernama Mean. Mark tahu bahwa Mean tidak pernah benar-benar serius dengan adik kekasihnya itu.

Mark kemudian melirik kembali pada Plan yang sedang berusaha menahan mati-matiin agar air matanya tidak tumpah.

Sekali lagi Plan berusaha susah payah untuk mencoba melihat ke arah Mean yang sudah berdiri di tengah ruang.

Deng!

Plan merasa jantungnya untuk seperlima detik berhenti berdetak. Tiba-tiba denyut jantungnya berdetak cepat, memompa aliran darahnya tidak beraturan sehingga menyakiti dada kirinya.

Keringat dahi lelaki mungil itu perlahan turun. Giginya mulai menggeletuk tidak karuan kemudian mengginggit bibirnya sendiri hingga berdarah.

Mean tersenyum, bahkan tertawa mendengar ucapan wanita di sampingnya.

Plan memejamkan matanya kuat-kuat, berharap bahwa ini hanya mimpi yang dulu sering terjadi.

Tapi saat dirinya membuka mata, Mean masih tertawa. Merangkul wanita itu mesra seperti menujukan pada banyak orang bahwa mereka adalah pasangan yang paling serasi di ruangan ini.

Harapan muncul di hati Plan, saat Mean melihat dirinya. Mungkin Mean hanya ingin membuatnya cemburu, seperti biasa, mungkin Mean sedang mengerjainya.

Dan harapan itu musnah, Mean mengalihkan pandangannya seperti tidak mengenal dirinya. Seperti Plan bukanlah siapa-siapa.

Sunyi.

Tiba-tiba suara ramai tidak terdengar lagi. Plan mengedarkan pandangannya melihat orang-orang yang masih sibuk berbicara tanpa suara.

"Oh iya. Sebenarnya aku tidak boleh mengatakannya, tapi mulut aku sudah gatal ingin bicara sekarang. Cepat atau lambat kalian yang berada disini juga akan tahu."
Meen terkekeh.
"Iya kan Phi Earth?"
Imbuh Meen menatap Earth yang tetap duduk tak pedulikannya.
"Pho sudah memutuskan untuk segera menikahkan Mean dan jingjing. Segera."
Lagi-lagi Meen terkekeh tanpa dosa.

Suara Meen menggema di kepala Plan padahal lelaki mungil itu sangat yakin bahwa dirinya tidak mendengar apa-apa seperti orang tuli, tapi kenapa hanya suara Meen yang terdengar.

𝙳𝙴𝚂𝙸𝚁𝙴Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang