DESIRE 09

1K 156 29
                                    


Happy reading.
Thx votmen.

+ + +

"Baby.. are you ok?"

Plan melirik Mean yang berada di depannya. Kemudian Plan mengangkat kedua sudut bibirnya, ketika melihat Mean tersenyum.

Bagaimana mungkin Plan menolak pria seperti Mean, hanya orang bodoh yang mampu mengabaikan.

Dan sialnya Plan masih terngiang-ngiang masa lalu.

Tangan nya masih bergetar saat Mean secara tidak langsung mengajaknya untuk menikah. Plan masih mengingat tatapan khawatir Mean yang kemudian berusaha menenangkannya.

Lelaki mungil itu benar-benar tidak bisa mencegah ketika doktrin pada otaknya mengatakan bahwa pria itu sedang melakukan sesuatu yang dapat membahayakan dirinya.

Seberapa banyak sugesti yang Plan berikan, mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. Plan tetap harus kembali menerima kenyataan bahwa dirinya masih takut.

Takut jika semua ini hanya ilusi dan ketika sadar Mean akan pergi meninggalkannya.

Seperti seorang pria yang tidak ingin Plan ingat lagi. Ah, Plan sungguh membenci pria itu, yang sudah menghancurkan hidupnya.

"Baby...."

"Baby...."

"Baby...."
Mean memanggilnya lembut.

Plan kembali mengangkat wajahnya, tidak sadar jika sudah melamun terlalu lama. Plan mengamati wajah Mean yang begitu teduh memandangnya.

Cukup lama mereka terdiam dengan pikiran masing-masing, Plan merasakan Mean mencium bibirnya, pelan dan sangat berhati-hati.

Plan menarik bibirnya lalu mengatup rapat. Menatap kesal pada Mean yang tersenyum lebar ketika melepaskan ciuman mereka.

"Mesum...."

"Terus kenapa tutup mata."

"Ya—- karena kamu main nyosor duluan!"

Mean mengangkat tangan tidak peduli, kembali menggenggam tangan lelaki mungil itu dan memasukan ke dalam saku jaketnya.

"Makan yuk?"

"Tapi aku belum lapar."

"Nanti juga lapar, baby. Atau kamu temenin aku makan tanpa perlu makan. Yang perlu kamu lakukan hanya diam sambil memandang wajah tampan aku. Gimana?"

Plan tersenyum kecil.
"Boleh. Tapi aku mau itu....."
Plan mengerakkan tangan Mean, menujuk sebuah kedai es krim.

"Enggak mau. Seingat aku di London juga ada. Nanti aku beliin pas kita udah pulang."

"Maunya sekarang."

"Dari semua jenis makanan, ngapain jauh-jauh ke Norwegia cuma beli es krim?"

"Karena aku pengen."
Jawab Plan asal.

Mean mengela nafas.
"Untung pacar nya aku."

𝙳𝙴𝚂𝙸𝚁𝙴Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang