Happy reading.
Thx votmen.* * *
Rasanya Plan sangat merindukan pria ini. Saat dirinya membuka mata tadi, orang pertama yang Plan pikirkan adalah Mean.
Plan merasakan Mean mencium bibirnya didalam mimpi atau mungkin dirinya memang dicium.
Apalagi saat dirinya tahu Mean sekarang berdiri didepannya. Menatap dengan pandangan khawatir. Plan sangat yakin itu bukan sekedar bunga tidur belakang.
"Come here. I wanna hug you."
Plan hendak berdiri. Namun Mean mencegahnya."Baby, stay here. Biar aku yang nyamperin. Kamu tuh baru sadar, jangan banyak bergerak nanti pusing."
Protes Mean kemudian duduk disamping Plan.
"Udah nggak panas."
Mean memeriksa suhu tubuh si mungil.
"Masih pusing?"Plan menggeleng.
"Mual?"
Lagi, Plan hanya menggeleng.
"Ada yang sakit? Butuh sesuatu? Tubuh kamu udah enakan nggak?"
Plan mendekat pada Mean. Meletakan dagu di atas bahu Mean dan memeluk pinggangnya, membiarkan kulitnya bersentuhan dengan tubuh Mean.
"What are you doing?"
Tanya Mean risih. Tubuh Mean itu selalu beraksi jika bersama lelaki mungil itu. Dan Plan ini seenaknya bernafas di lekuk lehernya, membuat Mean menjadi resah dan panas dalam satu waktu."Meluk kamu. Aku lagi mengisi tenaga agar cepat pulih."
Sepertinya Plan pun mulai ketergantungan dengan Mean, dirinya harus mencegah hal itu karena pertahanan yang selama ini di bangun akan runtuh mengalahkannya.
Sepertinya Plan sudah kalah.
Plan menginginkan Mean.
"Are you okey, baby?"
Mean dapat merasakan Plan mengecup lehernya sebelum melepas pelukannya."Aku? Emang aku kenapa?"
Plan menatap Mean heran bingung dengan pertanyaan Mean.Mean terdiam. Bingung harus menjawab apa. Mean memang belum terlalu sering melihat Plan mendapat gangguan.
"Kamu kemarin pingsan."
Jawab Mean seenaknya.
"Keracunan puding stroberi dari pacar kamu kayaknya."
Lanjut Mean ketika melihat wajah khawatir Plan, kemudian Plan tertawa."Kamu cemburu?"
Kata Plan mengejek Mean dengan tawa."Biasa aja. Dilihat dari manapun nggak ada sesuatu yang bikin aku cemburu sama cowok kayak dia. I'm the best."
Plan tertawa nyaring. Seakan bahwa kejadian kemarin malam hanya angin lalu saja.
"Mungkin aku kambuh lagi. Tapi aku udah nggak papa. Udah biasa."
Ucap Plan lalu meminum air digelas pemberian Mean."Udah biasa? Tapi kamu nggak ingat apa-apa' kan?"
Tanya Mean heran.Plan mendesah menatap Mean sayu.
"Kadang aku memang nggak ingat. Kadang juga aku nggak lupa. Emang nggak sepenuhnya ingat. Alam bawah sadar aku kayak ngasih tau kalau aku dapat serangan lagi. Bisa dari mimpi atau kilasan balik yang muncul gitu aja. Tapi kamu nggak usah khawatir, sekarang udah nggak sesering dulu. Aku cuman seperti itu kalau serotonin dan dopamin dalam otak aku berkurang."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙳𝙴𝚂𝙸𝚁𝙴
Romance"Plan!" "I need to talk to you." "Bullshit!" "Kenapa aku harus memaafkan seseorang yang sudah memasukan ku ke dalam rumah sakit jiwa?" WARNING ⚠️ SAD ENDING Cerita ini di lengkapi dengan dua simbol yang sama [ Boy X Boy ] 21+