Happy reading
Thx votmen"How do you feel?"
"Nothing. I feel nothing,"
Plan menarik nafas.
"Saat ini aku tidak bisa merasakan apa-apa selain kekosongan.""Tell me more, Rathavit. Aku bisa menjadi seorang pendengar yang baik. Kamu bisa menganggapku sebagai salah satu teman dekatmu,"
Kata dokter muda yang bernama Titlekrt itu.Sudah cukup lama tidak bertemu dengan pasien yang duduk dihadapannya itu semenjak kejadian terakhir ketika Plan menyerang dirinya.
Bisa dikatakan Tit sedikit terkejut ketika Mark yang merupakan adik dan juga orang terdekat Plan menghubungi jika lelaki yang bernama lengkap Plan Rathavit Kijwaralak itu ingin bertemu.
Selama ini Tit hanya memantau perkembangan lelaki mungil itu yang selalu menolak bertatap muka dengannya melalui Mark.
Mata Tit dengan ahli memperhatikan semua pergerakan Plan sekecil apapun. Wajah datar, pucat seperti tidak bernyawa, buku-buku jari yang memerah, tergores dan masih meninggalkan bekas luka.
Sudah dipastikan lelaki mungil itu sendiri yang melakukannya dengan mencekram tangannya kuat. Bagian bawah mata yang menghitam meski sudah ditutupi riasan tebal sekalipun.
Namun begitu, tatapan matanya tidak bisa berbohong. Dari gerakannya yang terkadang menghindar lalu tiba-tiba menatap Tit langsung, cukup membuktikan bahwa lelaki mungil itu butuh pertolongan.
"Kalau boleh jujur. Aku ingin terus menangis. Meluapkan semua rasa sakit yang aku terima, tapi aku tidak melakukannya. Disaat aku bisa menertawakan kebodohanku sendiri, setelah melakukan hal yang sama berulang kali tapi aku tidak bisa tertawa. Marah? Aku terlalu lelah untuk membuang emosiku dengan percuma, bahkan aku hanya diam disaat suara-suara itu masih mengangguku."
"Apa yang kamu dengar, Rathavit?"
"Everything. Aku bisa mendengar semua orang menyalahkan diriku. Mengatakan jika aku tidak pantas untuk dilahirkan, tidak pantas untuk dicintai."
Plan mulai bergerak gelisah.
"Aku penyebab orang tuaku berpisah karena memiliki mental yang tidak sehat. Pho menyalahkan Mae karena sudah melahirkan anak cacat sepertiku. Mae menyakiti Phi Perth karena berusaha melindungiku. Lalu Phi Perth——"
Nafasnya tercekat, air matanya yang tertahan sejak tadi mulai mengalir dan Plan mulai terisak.
"Phi Perth-—""Rathavit aku tidak akan memaksa jika kamu—"
"Tidak. Aku harus mengatakannya. Aku tidak bisa menyimpannya terlalu lama lagi, ini begitu menyesakkan. Sebelum kesini aku sudah berjanji pada diriku kalau aku tidak akan lari dari kenyataan lagi."
"Baiklah, kalau aku boleh tahu ada apa dengan Perth?"
"Dia Kakak terburuk. Tapi aku tidak bisa membenci orang itu. Seharusnya aku pergi sejauh mungkin dari dia, tapi dia adalah satu-satunya keluarga yang aku punya. Aku bisa saja membunuh Phi Perth sendiri. Tapi aku begitu mencintainya."
"Jadi yang kamu maksud, kamu mencintai Phi kamu sendiri?"
Plan tersenyum sinis.
"Aku tidak tahu. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Karena sejak dulu kami hanya memiliki satu sama lain. Aku tidak bisa meninggalkannya karena dia masih membutuhkan aku. Begitu juga dengan diriku yang masih membutuhkannya. You know, seharusnya Pho menyalahkan Mae karena telah melahirkan Perth, karena Perth itu lebih bermasalah dibandingkan denganku. Tapi dia berhasil menutupi ketidakwarasan itu lalu membuatku menjadi seperti dirinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙳𝙴𝚂𝙸𝚁𝙴
Romance"Plan!" "I need to talk to you." "Bullshit!" "Kenapa aku harus memaafkan seseorang yang sudah memasukan ku ke dalam rumah sakit jiwa?" WARNING ⚠️ SAD ENDING Cerita ini di lengkapi dengan dua simbol yang sama [ Boy X Boy ] 21+