Happy reading.
Thx votmen.+ + +
Mean berniat mengatakan semuanya. Tidak peduli jika lelaki kecil itu akan percaya atau tidak, setuju atau tidak bahwa dirinya telah memilihnya, lelaki kecil yang bernama Plan Rathavit.
Dia bahkan harus menekan ego ketika Jingjing terus menahannya disana, supaya tidak pergi meninggalkannya setelah mendapati Plan pergi bersama Earth.
Mean butuh penjelasan.
Sial, Mean bahkan tidak menghiraukan panggilan Tuan Harnet maupun Meen yang terdengar begitu marah. Tidak juga peduli kepada Jingjing yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
Sesuatu mengganjal dalam hatinya dan butuh untuk dikeluarkan sekarang juga sebelum masalah semakin bertambah. Jika terus dibiarkan maka dirinya dan Plan hanya akan berakhir salah paham.
Pria itu membuka Condo milik Plan tanpa kendala, tempat yang sudah menjadi rumah kedua baginya. Entah sudah berapa lama Mean tidak menginjakan kaki disini sejak terakhir kali.
Dia tidak begitu peduli dengan keadaan tempat itu yang terlihat sedikit berantakan, kakinya terus melangkah melewati ruang tamu, menuju kamar yang Mean yakini Plan berada disana.
"Shhhh, jangan berisik."
Tubuh Mean membeku, langkah kakinya terhenti ketika indera pendengarannya mendengar suara pria yang berada tak jauh disebelahnya."Rathavit sedang tidur."
Ucap pria itu.
"Sangat sulit untuk membuatnya bisa tertidur. Aku mohon kepada siapapun kamu, untuk tidak membuat suara berisik yang bisa membuatnya terbangun."Mean memberanikan diri untuk menoleh, saat sudah mengetahui identitas pria yang kini tengah tersenyum, Mean tidak bisa menyembunyikan amarahnya.
Tangannya terkepal kuat, rahangnya mengeras, giginya saling beradu marah. Earth sedang berdiri disana, dibelakang pantry dapur, mempertontonkan bagian tubuh atasnya yang tidak menggunakan apapun.
"Who is that?"
Seru Earth ketika mata mereka bertemu.
"Oh I know you. My lovely brother, Mean."Tangan Mean semakin mengepal hingga buku-buku jarinya memutih, membiarkan kuku-kukunya melukai telapak tangannya.
"What..are..you..doing..here...?"
Desis Mean penuh penekanan.Alis Earth terangkat, mendengar kata demi kata yang diucapkan Mean. Pria itu terlebih dahulu meminum air digelasnya, menopang satu tangan diatas pantry sebelum menjawab.
"Apa aku butuh alasan berada di Condo kekasihku sendiri?"
Kali ini suara Earth terdengar datar, sorot matanya berubah tajam.
"Pergilah, pecundang. Dia tidak membutuhkanmu lagi."Ketegangan sangat jelas diantara mereka berdua, seakan-akan saling mengintimidasi satu sama lain.
"Dan sekali lagi aku katakan jangan berisik. Dia butuh banyak istirahat. You know, Rathavit terlalu banyak mendesah menyebut namaku malam ini."
Kata Earth kembali dengan nada suara santai seperti semula.Sekuat apapun Mean bertingkah layaknya lelaki, tetap saja Mean tidak bisa menahan dirinya ketika memandang senyum meremehkan dari wajah Earth.
Kakinya melangkah lebar setengah berlari menuju tempat pria itu berada. Sebelum tiba di tempat Earth, Mean mengambil gelas yang tadi digunakan pria itu, mengangkat tinggi-tinggi dan mengarahkannya tepat pada kepala Earth.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙳𝙴𝚂𝙸𝚁𝙴
Romance"Plan!" "I need to talk to you." "Bullshit!" "Kenapa aku harus memaafkan seseorang yang sudah memasukan ku ke dalam rumah sakit jiwa?" WARNING ⚠️ SAD ENDING Cerita ini di lengkapi dengan dua simbol yang sama [ Boy X Boy ] 21+