BAB 1 - TOLAK AJA TERUS

61 4 0
                                    

(PENOLAKAN)

13.00 Wita

Matahari diluar sedang terik-teriknya, seperti tak ada tanda tanda akan hadirnya hujan. Ditengah cuaca yang panas seperti ini Ica pening sekali, mendapat banyak pesanan kue dan sudah dua orang hari ini yang datang melamar nya.

Bagaimana tidak pening, ditengah sibuknya membuat adonan datang laki-laki sekitar 30 tahunan bersama om-om yang mungkin ayah dari laki-laki itu.

Ica mengira dua laki-laki ini akan membeli kue, akan tetapi entah sudah berapa kali ia mendengar kalimat "Nak Ica, ada bundanya?, om mau ngobrol sama Ica dan bunda" yang membuat mood nya seketika hancur.

Untung lah pekerjaan nya sedikit ringan ditengah kepala nya yang terasa seperti ditekan-tekan dua dinding, karena dia dibantu oleh adik sepupunya Aulia yang selalu cekatan dalam membantunya membuat kue.

Aulia berumur 17 tahun, ia sudah seperti adik sendiri oleh Ica dan Ka Farah (Kaka kandung Ica). Aulia tak mempunyai saudara kandung, ia anak tunggal yang saat umurnya 10 tahun, kedua orang tua nya beserta ayahnya Ica meninggal karena sebuah kecelakaan.

13.30

Ica menghela nafas panjang, selang 30 menit saja datang lagi seorang pria bersama ibunya yang jauh jauh sudah memasang muka masam.

Tak lain laki laki itu adalah teman nya sejak Sd sekaligus tetangga nya. Fikri, ya namanya Muhamamd Fikri, dia berani mengutarakan perasaan pada teman karib nya sejak kelas 10 Madrasah Aliyah, tapi dengan keadaan bahwa Ica sudah lebih dulu mencintai seseorang sejak Ica masih Smp.

Fikri tahu akan hal itu, tetapi ia masih percaya diri akan perasaan nya, sudah pernah di tolak semasa Aliyah, tak menyurutkan tekad nya kali ini untuk menyampaikan niat baik nya kepada keluarga Ica. Dalam pikir nya "Toh, aku sudah bekerja, siapa tau dengan keadaan ku sekarang Ica mau menerimaku"gumam Fikri untuk memberi semangat pada dirinya sendiri.

Bukan, bukan itu sebenarnya point utama Ica dalam berkeluarga. Baginya, tak masalah jika harus membantu suaminya nanti dari nol dulu. Karena yang paling Ica junjung adalah suaminya nanti bisa mengayomi dan juga berbakti kepada orang tua nya.

Sama seperti yang lain, kali ini Ica kembali menolak lamaran itu dengan sopan. Bunda memang tak bisa apa-apa
"Maaf ya Rin, bukannya apa apa, sepertinya memang Ica yang belum siap" kata bundanya Ica yang sebenarnya tidak nyaman akan penolakan kali ini, karena bunda Ica dan Ririn masih terhitung keluarga, akan tetapi keluarga jauh.

"Emang nya anaknya situ mau cari yang kaya gimana sih, setau saya sudah tiga kali lamaran dan ini yang ke empat, semuanya ditolak Ica. Heran saya," ucap tante Ririn ketus.

"Ya mau bagaimana Rin, saya juga gak bisa maksa kalau dia belum mau nikah" sahut bunda dengan lembut.

"Kamu itu ya, nurutin kemauan anak terus, kurang siap apa lagi anak mu itu, umurnya sudah 23, sudah pantas untuk di kawinkan, lagian ya, kamu beruntung harusnya kali ini Ica dilamar sama Fikri yang sudah sarjana S1, sedangkan anak kamu cuma tukang kue, sombong nyaaa minta ampun"omel tante Ririn lagi.

Tiinn, Fikri membunyikan mobil

"Mah, ayo pulang" ujar Fikri saat mobil nya sudah di pekarangan rumah Ica.

"Kita pamit dulu ya tantee" sambung Fikri yang berpamitan hangat kepada bunda Ica.

"Iya hati hati nak" jawab bunda.

Bunda memang lembut orang nya, berbeda dengan Ica yang mudah jengkel dan sensitif, apalagi sedari tadi ia hanya sesekali duduk disamping bunda nya untuk mendengarkan pembicaraan ibu nya Fikri dengan bunda, karena ia lebih mementingkan pesanan kue nya daripada harus mendengar ocehan ibu ibu lambe turah seperti ibu nya Fikri yang sering membuat orang lain kesal dengan kata katanya, ibu nya Fikri memang berani dan biang gosip di kampung, kadang ia berkata tanpa berpikir dulu, sehingga sering jika ia sedang menyindir seseorang kata katanya itu sangat menjurus dan tepat melukai hati orang lain, itu juga salah satu sebab mengapa Ica menolak, Ica juga tak mau punya mertua seperti nenek sihir seperti itu

Ica sering menangis sendiri karena masalah sepele, kadang jika ia tak tahan ia akan mengadu kepada bunda atau Aulia, tapi jika ia masih sanggup menahan nya sendiri ia akan diam karena tak ingin bunda kepikiran mendengarkan masalah anaknya.

Selain itu, walaupun dia cengeng, tapi ia pandai menutupi masalahnya seperti tadi, karena memang dia akan memendam masalahnya sendiri jika bagi nya tak terlalu penting untuk orang tahu. Sehingga orang lain mengira dia gadis biasa, padahal dia sudah rapuh untuk beberapa kalinya.

Pertama, peristiwa kecelakaan ayahnya silam yang membuat hatinya seakan tertusuk tombak jika tiba tiba mengingat dan rindu akan ayahnya

Kedua, saat ia harus rela berpisah dengan seseorang yang ia cintai karena orang itu harus pergi menuntut ilmu di sebuah penjara suci yang jauh dari tempat tinggal Ica.

🌻🌻🌻

Gimana, semoga gak ada masalah ya temen2😊
Jan irit irit vote nya yaa temen semuaaah😚😚

Lanjut dah abis iniii🤣

TUNGGU YA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang