BAB 3 - PANAS JILID 2

25 2 0
                                    

(TANTE RIRIN)


"Tanteee, boleh yah" rengek Aulia sambil memegang tangan tantenya.

Bunda nya Ica mengambil nafas panjang, yang dinanti nanti Aulia. "Iyah" sahut bunda sebentar.

"Yeeee..mphh"mulut Aulia ditutup bunda dengan jari telunjuknya. "Tapiii.. kamu jangan kasih tau Ka Ica tentang pembicaraan tante di telepon tadi ya" kata bunda memberi syarat.

"Siap deh tantee" jawab Aulia dengan semangat. Saat ia hendak membalikan badan nya, dia terkejut bahwa Ica sedari tadi dibelakang nya.

Tetapi bunda memang sudah cepat berbicara karena mendengar langkah kaki Ica sudah dekat.

"Aulia mau ngapain bun?" Tanya Ica heran

"Ituu, dia mau ngajak temen2 nya bakar ikan sore ini di pantai" jawab bunda tenang.

"Ooo.." sambil mengangguk2 Ica pun melangkah menuju toko karena fajar sudah menyinsing dua jam yang lalu.

Ya sekarang tepat pukul 8 pagi, dan sekitar satu jam yang lalu bunda dapat telepon dari keluarganya, tepat nya bisa dibilang sepupu dari bunda, namanya bu Laila, suami beliau bekerja sebagai kepala madrasah, dan bu Laila sendiri cuma ibu rumah tangga yang juga mengisi kegiatan rumah beliau dengan mengajar anak anak mengaji.

Bu Laila memberi kabar, satu minggu lagi dia akan bersilaturahmi. Sekaligus membawa anak beliau yang bernama Fahri untuk dikenalkan kepada Ica, dan tentu saja point pertama tentang perjodohan

Itu sebabnya bunda tak ingin memberi tahu Ica langsung, karena bunda yakin kali ini semoga Fahri bisa diterima Ica.

Apa?? Aulia setengah terkejut mendengar percakapan tantenya.

Rupanya keberadaan Aulia tak disadari oleh tantenya, sehingga tantenya berusaha agar keponakan satu satunya ini bisa menutup mulut dulu. Maklumlah Aulia tidak bisa mendengar sedikit kabar tentang sebuah lamaran, rasanya ia sangat bergidik tidak sabar memberi tau kakanya.

Untung lah bunda sigap, dan langsung mendapat akal, mumpung Aulia sedang memohon mohon agar ia dan teman temannya di izinkan ke pantai, dengan syarat untuk tidak mengabari Ica masalah lamaran kali ini.

_____

9.30

Bunda Ica yang sedang menyiram tanaman menghentikan kegiatannya saat melihat tante Ririn bersama Fikri datang.

"Eeh Rin, mau kemana?" tanya bunda lembut kepada tante Ririn.

"Mau ke rumah ibu, ada tamu disana"sahut tante Ririn santai.

Dari dalam toko, Ica segera menghampiri bunda nya, ia punya firasat tidak enak akan bundanya.

Benar saja, melihat Ica datang menghampiri bundanya, tante Ririn memasang muka sangar.

Ica sudah menduga, tenter Ririn bersiap memberikan jurus dari mulutnya untuk menyindir Ica.

"Ekhm, oh iya, besok ada acara selamatan di rumah, Ica datang ya sama bunda kamu, ini si Fikri mau tunangan sama Dinda anak nya pak Basuki yang kerja di Thailand ituu" ucap tante Ririn dengan nada yang sedikit dikeraskan agar tetangga yang lain juga mendengar.

"Ooo.. Alhamdulillah, semoga lancar lamaran nya ya Fik, Insya Allah saya datang" jawab Ica lembut sambil menatap Fikri tajam.

"Amiin,, pinter saya punya anak satu ini, udah kerja dan udah mampu, ngapain ditunda tunda kalo mau kawin." kata tante Ririn lagi,

Sabar Caaaa, ucap Ica di dalam hati menenangkan dirinya sendiri.

"Gak takut perawan tua Ca" ucap tante Ririn terkekeh dan memukul bahu Fikri memberi kesan bahwa ia sedang mengajak Fikri bercanda, tapi wajah Fikri berubah tegang dengan perkataan ibu nya yang menyindir Ica.

"Mah" ujar Fikri yang tak enak.

"Hmmm gak papa Fik, tante Ririn sayang sama saya,"ucap Ica tenang kepada Fikri. Sedangkan tante Ririn mendengus kesal, di dalam hati nya Siapa juga yang peduli sama kamu,

"Makasih ya tante, sudah perhatian sama Ica, tapi kalau tante gak ngurus hidup Ica, Ica makin seneng dan berterimakasih sama tante" tanpa sadar Ica mengucapkan kalimat itu dan berhasil membut mata tante nya melotot. Fikri pun tercengang mendengar perkataan Ica.

"Tante gak takut ditunggu tamu nya karena terus perhatian sama Ica disini?" sengaja Ica teruskan agar nenek sihir ini segera enyah dari hadapan nya dan bunda.

"Eh Ca, kamu itu dibilangin orang tua jangan ngebantah, apalagi ngelawan, kamu kan dulu sekolah agama, gak di ajarin apa? Terus jilbab kamu cuma simbol doang?"

"Sampai kapan kamu diem dan nurutin kemauan anak kamu yang suka ngelawan ini heh?" sambung tante Ririn dan menatap bunda Ica setajam silet.

"Udah mah kita berangkat aja" kata Fikri meraih tangan tante Ririn.

"Iya, kamu harus aman-in ibu kamu, gak baik selalu ikut campur urusan orang, kasian udah tua tobat nya kapan" ucap Ica tegas. Kemudian bunda menarik tangan Ica agar segera masuk.

Tapi..

Plakk

Tamparan di pipi mulus Ica oleh tante Ririn kini seperti cap 5 jari bertinta merah. "Astaghfirullah" gumam Ica dalam hati, dia memang sudah keterlaluan dengan berkata begitu, tapi itu semua keluar dari mulut nya karena ia sudah geram dengan tante Ririn.

"Ya ampun Rin, kamu sampai segitu nya sama anak saya"kata bunda yang sangat ingin marah akan tetapi ia sangat kasihan melihat anaknya.

"Udah bun, kita masuk aja Ica gapapa kok." Sambil memalingkan badan nya dan melangkah, Ica kembali buka suara.

"Fikri, biasanya buah jatuh gak jauh dari pohonnya, semoga calon istri kamu juga gak jauh bedanya sama ibu kamu, yang selalu perhatian sama semua orang dan selalu ngurusin hidup orang. Semoga kamu bahagia ya"kata Ica yang hanya membuat Fikri membatu.

_____

"Kamu kok berani banget sih Ca, ngomong kaya tadi sama tante Ririn" tanya bunda sambil memegang pundak Ica.

"Bun, Ica gerah sama omongan orang ke kita, ini semua juga gara-gara Ica yang nolak lamaran-lamaran itu berkali kali, apalagi lamaran si Fikri, pasti itu yang bikin tante Ririn kesel banget.
Tapi Ica gimana bun, Ica belum pengen nikah,"kata kata Ica menggantung.

Mendengar kata-kata Ica bunda langsung menyambar ucapan nya. "Belum pengen kawin nak? Bahasa kamu salah sayang, bunda tau kamu nunggu Zaki kan? Tapi mau sampai kapan? Belum cukup lama ya kamu nunggu dia, kenapa bunda aja yang ngerasa kasian sama Ica, sedangkan Ica sendiri merasa kasian gak sama diri Ica sendiri? Merasa gak kalo Ica itu sudah lama nunggu, dan yang Ica tunggu kemana?". Mendengar kalimat bundanya. Ica tersentak.

Degg

Kata kata bunda seakan menghentikan jantung nya. Langit hati nya bergemuruh, pikirannya bercampur aduk, "benar tidak-benar tidak" gumam nya dalam hati.

Bayangan akan Zaki pun untuk kesekian kalinya membuat dirinya dilanda kebingungan, dan sekarang Ica diam bak patung di samping bundanya

🌻🌻🌻


Maaf ya kalau ada kata kata yang gak nyambung, typo atau sebagainya.

Mohon dimaklumin karena ini baru pertama kali berani nulis di sini. Jadi wajar kalo masih banyak salah yaa. ❤

Jangan lupa kasih ⭐⭐😚

CONTINUE

TUNGGU YA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang