"Radit...." safira memanggil radit pelan, tetapi radit masih bisa mendengarnya.
"Hm?" dia hanya berdehem singkat, tidak seperti radit yang dulu, yang selalu menyambut sapaan safira dengan hangat.
"B-boleh anterin aku pulang? Supir nggak bisa jemput" cicit safira, ini adalah ide gila sherly yang menyuruh safira memanfaatkan kesempatan ini untuk bicara pada radit.
"Ya" jawabnya singkat, safira mengikuti radit menuju motor sport kuning milik raditya.
Safira ingin berpegangan pada bagian belakang motor tetapi tangannya dicekal radit.
"Kamu mau ngapain?" tanya radit, oh my! Radit memanggil dengan Aku-kamu lagi.
"Pegangan kebelakang" jawab safira polos.
"Pegangan sama aku aja, beruang"
Deg. Radit kembali memanggil nama safira dengan sebutan beruang, rasanya senang saat radit menyebut itu. Safira tersenyum dan mengangguk kemudian dia memegang pinggang radit.
"Mau langsung pulang?" tanya radit.
"Eumm..." safira tampak berfikir.
"Beliin aku martabak tempat biasa ya!" radit melihat raut wajah antusias safira, ia tersenyum dan mengangguk.
"Masih suka martabak Oni ternyata..." radit membuka suara lagi, mereka jadi bernostalgia.
"Iiii dit, martabak Oni itu nggak bisa dilupain begitu ajaaa...." safira jadi ngiler saat membayangkan martabak dengan isi cabe dan daging sapi itu. Safira kerap memesan isi cabe rawit setengah kilo, karena dia menyukai pedas. Biasanya dia dan elvina akan memesan isi cabe 1 kg secara diam-diam tetapi selalu ketahuan dengan indira.
"Aku jadi inget muka kamu merah karena Nahan pedas, hahahahah" safira tergelak saat mengingat bahwa semasa SMP dia dan radit sering membeli martabak oni, dan melihat wajah kepedasan radit. Radit terkekeh pelan, ia juga jadi bernostalgia.
Radit dan safira sampai sampai didepan tokoh penjual martabak oni, radit memarkirkan motornya dan turun dengan gaya cool nya.
"Ih, sok ganteng" ketus safira, ia merasa tidak suka saat para cewek menatap radit dengan tatapan memuja, radit tersenyum dan menggandeng tangan safira. Safira sempat terkejut namun pada akhirnya dia juga menautkan tangannya pada tangan radit.
"Duduk sini, biar aku yang pesen" ucap radit, safira mengangguk.
Oh tuhannnn, ganteng-ganteng beli martabak.
Ganteng bangettt.
Cool.
Banyak pujian yang didapati radit tetapi dia hanya memberikan senyum tipis kepada para pengunjung lainnya.
Selesai memesan radit kembali pada safira."Makan sini atau bawa pulang?" tanya radit.
"Makan sini" jawab safira, radit mengangguk dia berjalan ke kulkas disampingnya untuk mengambil minuman kaleng.
Safira dan radit mulai menyantap martabak super pedas itu, berkali-kali radit menegak minuman kaleng dia memang agak kurang suka dengan makanan pedas, sementara safira tertawa melihat wajah radit yang merah padam.
"Lanjutin dirumah aja ya makannya, habis makan nasi biar nggak sakit perut" ucap radit setelah rasa pedasnya mulai hilang, safira mengangguk dan menutup kotak martabaknya.
Radit mengantar safira pulang, kalau pas SMP safira terus meminta untuk diantar batas gang komplek saja, sekarang dia ingin diantar benar-benar didepan gerbang rumahnya. Radit tersenyum dan berpamitan pulang pada safira, safira melambaikan tangannya saat motor radit sudah menjauh. Tanpa ia sadari sejak tadi mamanya melihat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Future
Fiksi RemajaPersahabatan bukan sekedar membayar makan, membeli gelang couple, berjalan bersama, tetapi ada disaat dia duka. Ada disaat ia membutuhkan kekuatan dan sedang merasakan kesakitan luar biasa dikehidupannya. Ini cerita random yaaa;) Cinta itu bukan sek...