PROLOG

6.4K 273 37
                                    

WARNING: Cerita ini mengandung unsur dewasa (adegan seksual serta sumpah serapah), akan disisipkan beberapa gif seksual dan ada unsur daddy-kink sehingga cerita ini patut diberi rating 21+, bisa dibilang cerita ini adalah cerita yang alur ceritanya paling rumit dari seluruh cerita-cerita yang pernah gue buat. So, sangat amat wajar jika gue bilang cerita ini mengandung unsur dewasa juga karena tingkat kerumitan alurnya. Fyi, gue bikin plot MISTRESS sejak Oktober 2019 dan baru selesai April kemaren wkwkwk.

MISTRESS akan tetap jadi ebook, gue belom tau ini bakal sampe chapter berapa di wattpad. Yang pasti sih nggak mau banyak-banyak wkwk. Gue nggak memaksa kalian untuk beli ebooknya, jadi semisal kalian nggak beli at least gue mohon apresiasinya. Nggak susah kan kasih votes ataupun komen? Kalo bisa follow sekalian wkwkwkwk kan sekalian gue promoin sama kabar-kabarin soal ebook.

Oh iya, khusus Jennie Stan, Rosé Stan, Chanyeol stan, gue minta izin sama kalian semua untuk bikin mereka bertiga punya karakter antagonis semua di cerita ini yaaaaw. Inget, ini cuma karangan fiksi, kagak ada unsur apa-apa karena gue nulis ya karena gue demen. Ya kali gue bikin plot dari Oktober 2019 cuma buat bikin nama mereka jelek? Wkwkwk, just chill intinya. Nikmatin aja alur yang disediakan.

Btw, ini bener-bener gue rekomen ke kalian sih. Playlist wajib untuk MISTRESS. Di antaranya lagu-lagu Two Feet kayak I Feel Like I'm Drowning, I Want It, Love Is A Bitch, Lost The Game, dll. Sumpah, klop banget erotic vibesnya a.k.a cocok buat scene ChanRosé ngeue. Eh, nggak masalah kan gue ngomong begini? Ini lapak dewasa cuy, kalo lo permasalahin mending out aja. Oh iya, sebelum lo baca, mending cekidot dulu 2 trailernya.

Okaaay, selamat menikmati.
.


.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Suasana di sekitar rumah mewah itu sudah amat sepi, begitupun dengan suasana di dalamnya. Sekilas rumah itu seperti tidak berpenghuni meski tampak terawat sekalipun, hal itu dikarenakan seluruh lampu di rumah tersebut dibiarkan padam. Hanya ada satu ruangan saja yang lampunya masih menyala terang. Sebuah kamar di lantai teratas rumah tersebut. Barangkali bukan hanya lampu saja yang menjadi satu-satunya pembeda ruangan itu dengan ruangan-ruangan lain di rumah tersebut, mungkin suasananya pun juga bisa dibilang berbeda dibanding ruangan yang lainnya.

Suara decitan ranjang di kamar itu mengalahkan suara deru AC, saling bersautan dengan desahan yang mengalun dari bibir seorang gadis yang sedang menungging sembari memejamkan kedua matanya. Berusaha keras untuk menikmati alur permainan di kamar tersebut. Tubuhnya terhentak maju-mundur setiap kali pria yang tengah menyetubuhinya itu menghujamkan kejantanannya dalam-dalam dengan tempo yang cepat. Hentakan demi hentakan membuat gadis itu harus berpegangan pada dipan ranjang.

Hingga tak lama kemudian, ia mendengar pria melenguh dan tanpa perlu dijelaskan pun gadis itu sudah tahu kalau pelanggannya itu telah mencapai klimaks. Ia bisa merasakan kejantanan yang sudah lemas itu mulai dikeluarkan dari dalam kewanitaannya, bersamaan dengan itu pula cairan itu menetes keluar. Lalu, ia mengubah posisinya untuk rebahan setelah pria itu lebih dulu merebahkan diri di sampingnya. Tubuh gadis itu sangat pegal sekarang, terutama di bagian selangkangannya karena sudah 'dipakai' sejak 1 jam yang lalu tanpa henti.

"Kau puas?" tanya pria itu dengan tatapan sayu. "Kau terlihat amat lelah, Chaeyoung-ah."

Gadis itu memaksakan senyum. "Puas atau tidak bukanlah hal yang penting untukku. Seharusnya aku yang bertanya padamu. Apa kau puas dengan pelayananku hari ini, Tuan Kim?"

"Panggil aku Jongin saja," ujar pria itu sembari mengelus lembut pipinya. "Kau tidak pernah mengecewakanku. Kau tahu sendiri kalau sejak tadi siang aku menahan diri untuk tidak menyerangmu di depan publik, apalagi mereka tahu kalau aku sudah beristri. Aku tahu kalau hari ini aku akan selalu puas denganmu. Untung saja kau menerima tawaranku yang mendadak itu."

"Bila begitu, artinya aku tidak salah mengambil keputusan untuk memuaskanmu seharian ini," tutur Chaeyoung sambil tersenyum manja. "Lain kali, usahakan jika pemesananmu itu tidak mendadak lagi. Bukan hanya kau saja yang harus kupuaskan. Ada banyak pria yang menunggu giliran mereka."

Jongin tertawa mendengarnya. "Akan kuingat itu, kecuali jika kau sengaja memancingku setiap kali aku berkunjung ke restoran tempat kau bekerja."

"Kupikir itu tidak akan terjadi," Chaeyoung beranjak duduk untuk menuangkan sedikit champagne ke dalam gelas yang sudah kosong di atas meja. Ia meneguk pelan minumannya sebelum kembali bicara. "Aku akan resign. Artinya aku harus mencari pekerjaan lain—"

"Kau bisa di kantorku—"

"Ah, tidak," Chaeyoung menggeleng cepat. "Aku tidak ingin membuat orang-orang curiga. Kau bisa menghubungiku lagi meskipun aku sudah tidak di restoran milik istrimu."

"Lalu, apa rencanamu untuk pekerjaan selanjutnya?" tanya Jongin penasaran.

"Entahlah," ia mengedikkan bahu. "Aku harus konsultasi dengan Jisoo eonnie. Kalau begitu, sebaiknya aku pulang sekarang. Kau bilang istrimu akan pulang dari Jeju besok pagi, kan?"

"Tidak bisakkah kau di sini lebih lama lagi?" Jongin berusaha menawar. "Ini masih gelap, setidaknya kau bisa istirahat dulu. Aku akan mengantarmu pulang nanti pagi."

"Tidak perlu. Lagipula aku ada shift siang hari ini. Jarak dari sini ke restoran lebih jauh daripada apartemenku. Aku juga lebih nyaman jika istirahat di tempatku sendiri karena rumahmu ini membuatku merasa sedang diawasi oleh Jung sajangnim," tiba-tiba Chaeyoung mengecup pipi Jongin. "Jangan khawatir. Aku bisa pulang dengan selamat."

"Apa Sabtu ini aku bisa meminjam waktumu lagi?" tanya Jongin.

"Sepertinya tidak. Maaf," Chaeyoung kembali melanjutkan. "Aku ada jadwal menemani seorang pebisnis bernama Oh Sehun untuk menghadiri sebuah acara di hotel bintang 5. Sepertinya acara yang cukup terkenal di kalangan pebisnis. Pria itu sudah mem-booking kamar untuk kami berdua di malam yang sama. Mungkin lain kali kalau kau mau."

Jongin menghela napas kecewa. "Baiklah. Kalau begitu aku akan meminta supirku untuk mengantarmu pulang ke apartemen—dilarang menolak."

Chaeyoung mengenakan pakaiannya lagi, ia mengeluh saat melihat salah satu kancing kemeja kerjanya ada yang hilang. Setelah merapikan penampilannya, ia diantar oleh Jongin ke teras rumah bersamaan dengan pria itu memanggil supirnya untuk mengantar Chaeyoung pulang. Tak lama kemudian, gadis itu masuk ke mobil dan memberi kecupan singkat di bibir Jongin sebagai salam perpisahan mereka hari ini.

Perjalanan dari rumah Jongin menuju apartemennya memakan waktu setengah jam, ia pikir sebaiknya ia tidur di mobil sebentar. Tetapi, getaran pada ponselnya membuat Chaeyoung kembali terjaga. Gadis itu mengecek ponselnya sebentar dan menemukan sebuah pesan singkat dari Sehun. Ia menaikkan sebelah alisnya karena cukup heran, ia memikirkan apa yang menjadi alasan Sehun belum tertidur sekarang.

From: Oh Sehun (Pebisnis)

Aku merindukanmu. Rasanya hari Sabtu lama sekali. Aku ingin cepat-cepat bertemu dan menghabiskan waktu semalaman denganmu.

Rindu? Chaeyoung mendengkus lucu setelah membacanya. Sejak kapan seorang pelacur dirindukan oleh pelanggannya? Oh, tentu saja ia paham maksud Sehun sekarang. Tentu saja pria itu merindukan aktivitas ranjang mereka. Chaeyoung hanyalah pelacur untuk pria-pria semacam Oh Sehun ataupun Kim Jongin. Bagi mereka, Chaeyoung tak lebih dari barang pemuas nafsu seksual mereka. Ya, mereka yang bosan dengan pasangan mereka. Pria-pria itu datang kepadanya di saat mereka dalam hubungan yang tidak baik atau merasa kecewa dengan istri mereka. Jika mereka datang padanya, maka Chaeyoung wajib menjadi pelipur lara pria-pria itu. Meskipun nyatanya ia sempat membenci pekerjaan ini dulu.

Yang jalang maka akan tetap jalang, pikirnya miris sebelum membalas pesan dari Sehun penuh dengan kepura-puraan. Bagaimanapun juga Chaeyoung sadar, inilah konsep simbiosis mutualisme.

TBC

MISTRESS (Ebook) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang