Chapter 3: Graduation

2.2K 176 17
                                    

Kalo kalian nemu kalimat mepet-mepet maklumi, ya. Gue udah cek dari yang kemaren-kemaren, sering banget kayak gitu padahal di words baek-baek aja. Mungkin efek dicopas dari words ke wattpad kali, ya? Semalem gue juga nemu di bagian ini, tau deh masih ada apa nggak walau udah direvisi.
.
.
.
.
.
Riasan di wajahnya telah selesai, begitu pula dengan tatanan rambut hitam panjangnya serta balutan dress mewah berwarna hitam yang merupakan produk dari brand fashion terkenal. Beberapa pelayan di rumah yang barusan membantunya untuk mempersiapkan penampilannya tersebut mulai meninggalkan kamar itu satu per satu, ia hanya perlu untuk memakai hiasan lain seperti anting yang cukup indah untuk menghiasi kedua telinganya. Tangannya membuka kotak perhiasan di atas meja rias tersebut hingga menemukan sepasang anting yang ia inginkan untuk dipakai sepanjang acara nanti.

Kini penampilannya sudah nyaris sempurna, ia sudah cukup puas melihat tampilannya sekarang. Hanya saja ia masih merasa ada yang kurang. Wanita cantik tidak akan lengkap jika tidak ada pria tampan di sampingnya, kira-kira begitulah yang sering dikatakan oleh orang-orang. Menyadari itu membuatnya otomatis melihat ke arah jam dinding di kamar, waktu yang tersisa tidak begitu banyak sebelum pergi ke acara yang harus mereka hadiri sebentar lagi. Ia sedikit penasaran, apakah suaminya itu sudah selesai mempersiapkan diri?

Ia beranjak bangun dari posisi duduknya, berjalan keluar dari dalam kamar dan melihat beberapa pelayan yang sedang sibuk membersihkan rumah tampak menyapanya ramah. Kedua langkah kakinya berhenti tepat di depan sebuah pintu kamar yang letaknya tidak begitu jauh dari lokasi kamarnya barusan. Ia mengetuk pintu di hadapannya itu beberapa kali sampai terdengar sahutan dari dalam sana, tepat pada saat itulah ia membuka pintu tersebut dan hal pertama yang ia lihat adalah situasi hening di dalam kamar di mana sosok suaminya sedang sibuk melihat pemandangan musim dingin pertama melalui jendela kamar.

Pria itu tidak sendirian, ada 2 pelayan lainnya di kamar tersebut. Sorot matanya beralih pada setelan jas yang telah disiapkan berikut dengan kemeja, dasi, bahkan sepasang sepatu pantofel yang sudah disemir hingga tampak seperti sepatu baru. Entah sudah ke berapa kalinya ia menghela napas sejak mereka telah resmi menikah, ia tak habis pikir dengan sikap pria itu meskipun ia sangat tahu kalau kepribadian seorang Park Chanyeol tidak mungkin diubah. Alhasil, sebagai seorang istri yang baik, ia hanya bisa tetap tersenyum dalam keadaan apapun dan berusaha bersikap sebaik mungkin kepada suaminya.

"Sepertinya kau belum bersiap-siap," sahutnya dengan nada santai. Ia memberi kode melalui lirikan matanya kepada 2 pelayan di kamar itu untuk meninggalkan kamar dan untungnya kedua pelayan itu segera memahami kodenya tersebut. Kini hanya ada mereka berdua saja di dalam kamar itu. "Kuharap kau tidak lupa dengan jadwal kita siang ini, yeobo."

Kali ini Chanyeol mengalihkan pandangan pria itu dari jendela ke arahnya, hal itu mampu membuat Kim Jennie merasa puas karena kehadirannya setidaknya dianggap oleh suaminya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini Chanyeol mengalihkan pandangan pria itu dari jendela ke arahnya, hal itu mampu membuat Kim Jennie merasa puas karena kehadirannya setidaknya dianggap oleh suaminya itu. Bagaimanapun juga ia masih berusaha untuk memahami karakter suaminya dengan cara yang lebih baik walau terkadang Jennie nyaris kehilangan kesabarannya.

MISTRESS (Ebook) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang