Chanyeol memasukkan ponselnya ke dalam saku celana bahannya setelah selesai bicara dengan salah satu kolega bisnisnya dari Cina yang bernama Zhang Yixing. Kebetulan hari ini mereka berdua memang sudah memiliki jadwal sejak minggu lalu untuk membicarakan proyek bisnis terbaru mereka dan mengingat Park Group telah membuka bisnis baru di bidang perhotelan, kemarin Chanyeol langsung dihubungi oleh pihak hotel kalau koleganya itu menginap di The Royal Hotel sejak 2 hari yang lalu. Hal itupun turut dikonfirmasi oleh Yixing yang barusan menghubunginya untuk memberi tahu kalau mereka bisa bertemu di restoran hotel pada saat jam makan siang nanti.
Pria itu bergegas keluar dari ruangannya setelah memakai jasnya lagi dan masuk ke dalam ruangan Chaeyoung di mana sekretarisnya itu baru saja selesai bersiap-siap. Gadis itu turut membawa tas tangannya berisi dokumen yang sebelumnya sudah diminta oleh Chanyeol untuk disiapkan agar bisa ditandatangani langsung olehnya dan juga Yixing setelah pertemuan mereka nanti.
Selanjutnya, mereka berdua segera pergi dari ruangan itu menuju lift yang ada sekitar 2-3 karyawan yang langsung menyaap mereka berdua. Chaeyoung membalas sapaan ramah tersebut sementara Chanyeol hanya mengangguk singkat. Saat lift itu baru turun satu lantai, karyawan lainnya segera turun di lantai yang sama sehingga kini hanya ada Chanyeol bersama Chaeyoung di dalam lift yang kembali bergerak itu.
Awalnya pria itu tidak memikirkan hal lain selain obrolan macam apa yang akan ia bicarakan dengan Yixing—tentunya selain bisnis—karena pria itu tahu jika Park Group memiliki hubungan yang sangat baik dengan perusahaan Yixing selama bertahun-tahun dan rasanya kurang nyaman jika hubungan mereka sebagai sama-sama pemimpin perusahaan yang sekarang terlalu kaku.
Pemikiran Chanyeol hanya sebatas itu saja sampai udara yang mendadak panas membuatnya tidak bisa konsentrasi dan tepat pada saat itulah ia tak sengaja melihat ke arah Chaeyoung.
Gadis itu mengenakan kemeja formal wanita yang sangat pas di tubuhnya yang dipadukan dengan rok span hitam selutut sehingga memamerkan kedua kaki jenjang gadis itu. Blazer berwarna hitamnya pun ditenteng dengan salah satu tangan, tetapi bukan itu yang menjadi fokus Chanyeol sekarang. Mata pria itu diam-diam melirik ke arah leher Chaeyoung yang sedikit berkeringat. Kancing teratas kemejanya membuat leher Chaeyoung malah semakin terekspos dengan jelas karena gadis itu menguncir rambutnya menjadi ponytail.
Mari bicara jujur di sini. Chaeyoung tampak sangat menarik meski berkeringat karena gadis itu memiliki wajah yang sangat cantik. Jika wajah gadis itu jelek, tentu saja Chanyeol tidak akan sudi memperhatikan leher gadis itu selama ini. Hanya saja, leher Chaeyoung yang berkeringat karena udara di dalam lift cukup panas membuat pria itu tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari leher Chaeyoung yang tampak sangat menggoda.
Jika saja kancing kemeja Chaeyoung dibuka sedikit lagi, mungkin Chanyeol bisa menikmati pemandangan belahan dada gadis itu. Tapi, buru-buru pria itu mengalihkan pandangannya setelah sadar bahwa tidak sepatutnya ia memiliki hasrat pada seseorang seperti Chaeyoung. Damn it, gadis itu pernah menjadi seorang pelacur dan mana mungkin Chanyeol tertarik padanya?
Kemudian, lift itu terbuka saat mereka tiba di lobi kantor. Keduanya langsung melangkah keluar bersama dan pergi menuju mobil Chanyeol yang diparkir tak jauh dari arah pintu masuk menuju lobi tadi. Saat mereka sudah berada di dalam, Chanyeol mengingatkan Chaeyoung untuk memakai seatbelt sebelum mengingatkan gadis itu mengenai hal lain.
"Lehermu," Chanyeol menyahut tanpa memperhatikan gadis itu. Pria itu berusaha menyibukkan diri dengan mengemudikan mobilnya meninggalkan wilayah parkir di dekat kantornya tesebut. "Gunakanlah tisu untuk mengelap keringat di lehermu. Mungkin kau bisa sekalian memperbaiki penampilanmu juga, kau tahu ... seperti memperbaiki make up di wajahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTRESS (Ebook) ✅
FanfictionAU. Romance/Angst/Tragedy. 🔞 Sejak awal sudah cukup jelas betapa kokohnya batas pembeda di antara mereka. Ini bukan hanya sekadar harta dan harga diri. Nyatanya tujuan hidup mereka berbeda. Entah apa yang membuat mereka sama. Barangkali hasrat...