Chapter 10: Parents

1.2K 88 10
                                    

Suasana berkabung masih sangat terasa di rumah itu meskipun pemakaman sudah dilakukan sejak seminggu yang lalu. Akan tetapi, duka mendalam yang dirasakan oleh penghuni rumah masih belum bisa hilang meski sudah saling berusaha untuk mengikhlaskan kepergian Park Chanwook untuk selamanya.

Beberapa hari yang lalu para sepupu hingga kerabat berkunjung untuk menunjukkan rasa berbelasungkawa mereka, begitu pula dengan rekan-rekan kerja yang tetap meluangkan waktu untuk datang. Banyak yang turut berduka cita dengan kabar bahwa Ayah Chanyeol sudah meninggal dunia.

Rasanya masih sulit dipercaya bahwa seminggu yang lalu saat ia berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk Ayah mertuanya adalah masa kritis terparah yang akan dialami oleh mendiang. Dokter dan perawat mengerahkan semua kemampuan mereka, akan tetapi takdir sudah berkata lain. Nyawa Ayah mertua tidak tertolong dan hari itu adalah hari di mana mendiang mengembuskan napas terakhirnya di hadapan Jennie.

Tentu saja ia merasa kehilangan sekali mengingat ada begitu banyak kebaikan yang diberikan Ayah mertuanya itu kepadanya dan orang tuanya selama ini, satu-satunya hal yang Jennie lakukan setelah mendengar itu dilontarkan oleh dokter Yeri adalah menangisi kepergian Tuan Park.

Butuh beberapa menit sampai Jennie berhasil mengontrol dirinya dan setelah itu barulah ia menghubungi Chanyeol untuk memberikan kabar duka yang baru saja dikonfirmasi oleh dokter Yeri. Setelah mengetahui bahwa Chanyeol akan datang ke rumah sakit bersama Chaeyoung, barulah Jennie memutuskan untuk menghubungi orang tuanya sehingga mereka pun segera memesan tiket penerbangan dari Auckland ke Seoul setelah mendapatkan berita duka tersebut.

Sejak Jennie menikah dengan Chanyeol, kedua orang tuanya yang semua utangnya di Seoul telah dilunasi oleh Park Chanwook memutuskan untuk kembali ke Auckland. Di sana mereka memutuskan untuk kembali membuka bisnis kecil baru di bidang perikanan, bahkan mendiang Ayah mertuanya membantu mereka dengan membelikan sebuah pelabuhan agar memperlancar bisnis kedua orang tuanya di Auckland.

Itulah salah satu alasan yang membuat Chanyeol semakin memandang Jennie dan kedua orang tuanya sebagai penggali emas. Tapi, terlepas dari pandangan Chanyeol itu, ia bersyukur karena sang suami tidak memberikan kalimat mencela kepada orang tuanya ketika mereka menginap di rumah ini selama masa berkabung.

Kini mereka baru saja selesai sarapan bersama, kedua orang tuanya terlihat sedang berbincang akrab dengan Chaeyoung mengingat mereka pun sudah cukup lama tidak bertemu dengan gadis itu setelah pindah dari Auckland ke Seoul. Hanya saja, tidak semuanya berkumpul di ruang makan ini.

Jennie melihat ke arah kursi kosong di ujung meja makan yang seharusnya ditempati oleh Chanyeol selama mereka semua sarapan pagi, hanya saja pria itu cukup sering mendekam di dalam kamarnya dan hanya keluar jika memang ada tamu yang berkunjung. Padahal ia harap Chanyeol mau sarapan bersama mereka semua apalagi Jennie dan kedua orang tuanya akan segera pergi.

"Jennie-ya," panggil Ibunya. "Ke mana suamimu? Belakangan ini aku jarang melihatnya keluar dari kamar kalian."

Jennie meringis. "Terakhir kutengok kalau ia masih tidur, Bu."

"Biarkan saja, sayang," kata Ayahnya ikut menimpali perbincangan mereka. "Chanyeol pasti masih sangat berduka dengan kematian Ayahnya, tentu ia butuh waktu untuk bisa bersikap normal seperti biasanya karena sekarang menantu kita itu sudah tidak memiliki orang tua lagi. Yang penting, Jennie-ya, kau bujuk Chanyeol saja untuk sarapan karena tidak baik jika ia menunda-nunda makan."

"Aku mengerti," Jennie mengangguk pelan. "Apa Ayah dan Ibu mau pergi ke bandara sekarang? Kebetulan jam penerbanganku ke Paris sekitar 2 jam lagi."

Ayahnya menghela napas. "Apa kau benar-benar harus bekerja sekarang? Bukannya aku ingin melarangmu, hanya saja Ayah mertuamu baru saja dimakamkan."

"Aku tidak bisa, Ayah," kata Jennie seraya menyesap air mineralnya sebelum kembali bicara. "Aku akan bertemu dengan beberapa rekan bisnis di sana yang bisa memberi banyak pengaruh untuk pekerjaanku, apalagi aku diundang langsung oleh penyelenggara acara fashion show tersebut. Lagipula aku sudah minta izin pada suamiku mengenai ini dan ia memberi izin, toh aku di sana hanya selama seminggu saja dan setelah urusanku di sana selesai barulah aku akan langsung kembali ke Seoul."

MISTRESS (Ebook) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang