Chapter 4: Pride

1.9K 155 5
                                    

Suara dentingan yang saling bersahutan antara sendok dan garpu terdengar mengiringi jalannya acara sarapan pagi di ruang makan itu. Tak ada satupun dari mereka bertiga yang berminat untuk membuka obrolan santai meskipun mereka sudah resmi menjadi keluarga sejak 2 tahun yang lalu. Bahkan Chanyeol pun rasanya tidak sanggup menghabiskan sarapannya pagi ini mengingat yang memasak sarapan untuk mereka barusan adalah Jennie. Meskipun mereka sudah 2 tahun menikah, nyatanya pria itu tidak pernah sekalipun menyicipi masakan sang istri jika itu bukan karena keadaan terpaksa. Salah satu contohnya keadaan seperti yang terjadi pagi ini.

Tidak jauh dari sisi kanannya terdapat sosok Park Chanwook, sang Ayah, yang sedang menikmati sarapan pagi beliau tanpa sedikitpun mengeluarkan suara. Sementara itu, di hadapan Chanyeol ada Jennie yang tak jauh berbeda dengan Ayahnya itu.

Terlihat sosok istrinya itu tengah menyesap minumannya secara perlahan sebelum kembali menyantap suapan terakhir sarapan paginya dengan begitu elegan. Sebuah gestur yang sangat mencirikan seorang wanita berkelas seperti Jennie terlepas dari kenyataan bahwa usaha keluarga wanita itu mengalami kebangkrutan. Seharusnya Jennie berterima kasih padanya, berkat pernikahan sialan ini secara otomatis kelas wanita itu kembali naik ke atas puncak kejayaan.

Lalu, bicara soal Ayahnya, kebetulan beliau sudah menginap di rumahnya sejak kemarin sehingga keberadaan pria paruh baya itu membuat Chanyeol dan Jennie mau tidak mau harus bisa menghilangkan ego mereka dengan berpura-pura bahwa keduanya memiliki hubungan yang sangat harmonis layaknya pasangan suami-istri pada umumnya.

Semalaman ia tidak bisa tidur dengan tenang lantaran harus berada di kamar yang sama dengan Jennie dikarenakan kamar Tuan Park berada di lantai yang sama dengan kamar mereka berdua. Jika ia dan Jennie tidur di kamar yang terpisah dan diketahui oleh pria itu, tentunya akan memicu konflik baru dan sudah pasti Chanyeol sedang tidak berminat untuk berdebat dengan Ayahnya.

Sepanjang sarapan pagi tersebut, ia seperti kesulitan untuk menelan masakan Jennie di dalam mulutnya sementara kedua matanya diam-diam memperhatikan sang Ayah yang sekarang sedang mengajak Jennie bicara mengenai kegiatan wanita itu belakangan ini. Terlihat sangat jelas bahwa sama sekali tidak ada kecanggungan di antara Ayahnya dengan Jennie seolah-olah mereka memang memiliki hubungan darah, berbeda sekali apabila ia yang bicara dengan pria paruh baya itu. Bisa dibilang kalau sampai saat inipun Chanyeol merasa bahwa hubungannya dengan sang Ayah masih terbilang sangat kaku seolah-olah mereka adalah orang asing untuk satu sama lain.

Entah kata apa yang tepat untuk menyebut hubungan di antara mereka, hubungan ini sangatlah rumit. Di satu sisi sejak dulu Chanyeol tidak pernah menyukai Ayahnya yang sangat otoriter, selalu mau menang sendiri dan merasa paling benar dibandingkan semua orang khususnya di keluarga mereka. Tapi, di sisi lain Chanyeol menghormati pria itu sebagai seorang pendidik alih-alih sebagai seorang Ayah.

Benar sekali, ia tidak pernah merasakan adanya hubungan yang hangat layaknya Ayah dengan anak laki-lakinya. Meski demikian, ia harus berterima kasih kepada mendiang Ibunya yang mengajarkan Chanyeol untuk bisa menghormati pria itu. Jika bukan karena beliau, barangkali Chanyeol akan menghabiskan seluruh hidupnya untuk membenci Ayahnya sendiri.

"Omong-omong, terima kasih untuk makanannya. Seperti biasa, masakanmu selalu sangat enak, Jennie-ya," puji Ayahnya setelah menghabiskan sarapan paginya. "Padahal kau pun sibuk bekerja sebagai fashion designer dan kau tetap bisa menjalankan peranmu sebagai seorang istri pula di rumah, biasanya perempuan jaman sekarang banyak yang tidak pandai memasak. Bukan hal yang mudah untuk seorang wanita karir yang telah menikah bisa melakukan pekerjaan rumah tangga dan aku bangga karena kau adalah menantuku."

Jennie tersenyum tipis mendengar pujian tersebut. "Terima kasih kembali, Ayah. Aku senang jika Ayah menyukai masakanku."

Senior Park melirik putranya yang hanya diam saja sedari tadi. "Lalu, bagaimana dengan bisnis hotel yang pernah kau bicarakan waktu itu, Chanyeol-ah? Kudengar kalau besok malam adalah hari peresmian hotel barumu itu."

MISTRESS (Ebook) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang