Terbangun di pagi hari seperti ini sama sekali bukan bagian favoritnya, sudah menjadi hal yang sangat biasa apabila ia mengawali pagi hari dengan sebuah dengkusan sebal ditambah lagi alarm ponselnya yang ada di atas meja terus berdering nyaring. Bukan hanya itu saja, terbangun seperti ini membuatnya harus lebih banyak bersabar dengan kenyataan bahwa gadis itu bukanlah anak konglomerat lagi. Ia adalah Park Chaeyoung, seorang gadis berusia 23 tahun yang menetap di sebuah apartemen kecil di daerah Hongdae.
Keputusannya untuk menetap di tempat ini tidak bisa ia sesali, meskipun sejak hari pertama ia melihat apartemennya tersebut Chaeyoung sudah tahu bahwa ia tidak akan betah untuk menetap di sana selama 4 tahun ini. Awal-awal memang sungguh menyusahkan, ia masih ingat betapa sulitnya untuk tidur di minggu-minggu pertamanya di apartemen tersebut dan juga kenyataan yang membuatnya amat takjub bahwa ia bisa bertahan di sana selama bertahun-tahun dengan tetangga yang selalu berisik karena menyetel musik terlalu kencang. Hidupnya selama 4 tahun ini sungguh jauh dari kehidupannya selama di Auckland, Selandia Baru.
Gadis itu memaksakan diri untuk beranjak duduk di tepi ranjangnya, terdengar suara decitan tempat tidur yang membuat gadis itu semakin kesal. Seperti biasanya, Chaeyoung selalu merasakan tubuhnya begitu pegal karena kasurnya terasa amat keras. Sekujur tubuhnya terasa seperti beku sampai-sampai gadis itu menggigil kedinginan, ia melirik sebal ke arah satu-satunya penghangat ruangan tua yang ada di apartemen tersebut. Lagi-lagi mesin penghangat ruangan itu rusak dan fakta bahwa di kamarnya hanya ada satu buah selimut saja semakin membuatnya ingin mengumpat saja.
Tangannya meraih ponsel untuk menghentikan suara alarm tersebut sebelum gadis itu melihat sebuah reminder di sana yang mengingatkannya bahwa hari ini ia tidak ada jadwal bekerja ataupun pergi kuliah. Hanya saja, Chaeyoung sudah membuat janji untuk bertemu dengan Jung sajangnim sejak seminggu yang lalu di restoran sekitar pukul 11 siang. Mungkin atasannya itu akan memberikan salam perpisahan seperti pada umumnya sebelum menyerahkan gaji terakhir gadis itu dikarenakan Chaeyoung memilih untuk tidak memperpanjang kontrak kerjanya lagi.
Oh, tidak, jangan pernah berpikir bahwa Chaeyoung memutuskan untuk tidak kembali bekerja di restoran tersebut dikarenakan gadis itu tiba-tiba menjadi kaya raya lagi atau bagian terbodoh bahwa ada seorang pria kaya raya yang ingin menikahinya sehingga ia tidak perlu susah-payah bekerja lagi. Sama sekali tidak. Chaeyoung memutuskan untuk keluar dengan tekad untuk menemukan pekerjaan yang jauh lebih baik lagi, baik dari segi gaji ataupun lingkungannya. Yah, setidaknya, gaji yang ia dapatkan selama bekerja menjadi pelayan untuk 4 tahun terakhir ini bisa melunasi biaya kuliahnya hingga lulus dan termasuk membayar sewa apartemen kecil ini.
Kalau boleh jujur, ia benci rutinitasnya setiap hari-khususnya dari pagi hingga sore. Hal itu dikarenakan Chaeyoung harus banting tulang untuk mengumpulkan uang-uangnya demi mengubah masa depan yang ia pikir masih memiliki harapan untuknya. Terserah jika ingin menyebut impiannya tersebut sebagai sebuah halusinasi, bagaimanapun juga halusinasi tidak akan terwujud jika tiada usaha yang dilakukan. 4 tahun ia habiskan untuk mengumpulkan biaya kuliah sehingga suatu hari gadis itu tidak perlu hidup susah seperti saat di mana ia dan Seyoung, mendiang Kakaknya, harus hidup berdua saja setelah kedua orang tua mereka meninggal dunia.
Bicara soal rutinitasnya setiap pagi, Chaeyoung bersyukur karena hal-hal seperti ini tidak perlu ia lakukan lagi mulai besok. Ia tidak perlu bangun pukul 8 pagi, pergi bekerja dalam keadaan perut kosong, memaksakan senyum setiap kali ada pelanggan-pelanggan pria yang secara terang-terangan memberinya kode untuk pergi ke gudang belakang. Oh, bahkan tak jarang dari mereka yang menawarkannya pulang bersama setiap kali Chaeyoung mendapatkan jadwal shift malam.
Satu-satunya hal yang patut ia syukuri adalah Jung Soojung, atasannya, sangat mempercayainya. Hal lain yang perlu disyukuri lagi adalah fakta bahwa Jung sajangnim jarang sekali berkunjung ke restoran tersebut mengingat wanita itu memiliki ada begitu banyak usaha restoran di Seoul. Setidaknya, Chaeyoung tidak perlu melihat wajah Jung Soojung lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTRESS (Ebook) ✅
FanfictionAU. Romance/Angst/Tragedy. 🔞 Sejak awal sudah cukup jelas betapa kokohnya batas pembeda di antara mereka. Ini bukan hanya sekadar harta dan harga diri. Nyatanya tujuan hidup mereka berbeda. Entah apa yang membuat mereka sama. Barangkali hasrat...