07

194 37 0
                                    

Alghaisan Hafiz Thabrani

"Dia cantik, namun semesta tidak merestui

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia cantik, namun semesta tidak merestui."


Sudah terhitung 212,917 hari, aku berada di pesantren, Bapak yang melarang ku kembali ke Istanbul dengan menyita pasport milikku dan di sembunyikan nya, membuatku tidak tenang.

Bukan hanya pasport, ponsel pun ikut di sita oleh Bapak.

212,917 hari juga, aku sangat merindukan sosok Achava Alexandra Belva, gadis yang paling ku cintai.

Dalam hati, aku begitu menghawatirkan sosok gadis ceroboh dengan senyum mematikan yang sialnya bisa membuat jantungku berdegup sangat kencang.

Aku takut, dia melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya seperti dua tahun yang lalu saat Ava masih membenci Papanya.

Ava yang saat itu ingin mengakhiri hidupnya dengan banyak mengkonsumsi obat tidur dengan dosis tinggi, membuatku takut jika dia melakukan hal itu lagi.

Benar-benar takut.

Selama disini, aku melakukan aktifitas seperti sebelumnya, pergi ke masjid jika mendengar seruan adzan yang berkumandang, lalu kembali ke kamar dan mengurung diri tanpa menemui siapapun dan tak ingin ditemui siapapun.

Disinilah, di kamar yang tak terlalu besar dan tidak semegah apartemen saat aku berada di Istanbul, tengah memandang sebuah foto.

Memandang seseorang yang berada di dalam foto itu, senyuman manis yang akan membuat matanya membentuk garis lurus dengan aku yang berada di sampingnya tidak kalah tersenyum manis menghadap ke kamera.

"Ava, aku kangen kamu,"

"Kamu lagi apa sekarang?"

"Sabar ya, sayang. Tunggu aku dateng temuin kamu."

Gumamku, sembari terus memandang potret cantik Ava.

Hingga aku mengingat sesuatu yang membuatku bangkit dari berbaringku dan mencari koper, lalu mulai mencari sesuatu di dalamnya.

"Ini!"

Gumamku, saat aku melihat benda berbentuk persegi pipih berwarna hitam itu membuatku tersenyum lebar.

"Ada gunanya juga Lo jadi temen, Vin."

Gumamku lagi, setelah menemukan ponsel lama milik Levin yang dengan sengaja melemparkan ke koper ku saat berberes-beres kepulangan ku saat itu.

"Nih buat Lo,"

"Siapa tau di jalan Lo kehabisan duit dan butuh duit, bisa di jual tuh,"

"Gue gak butuh lagi, gue udah punya yang baru."

Seperti itu katanya dengan sikap sambong khas Levin yang melempar ponselnya dengan malas kearah koperku.

ALGHAISAN | Lee Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang