13

181 34 0
                                    

Arumi Nasha Basyir

"Levin dan segala ketulusannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Levin dan segala ketulusannya."



Malam sebelum terlaksananya sebuah pernikahan yang bodohnya aku terlambat menyesalinya, dan itu membuatku terus meremas ujung dress panjang yang ku kenakan.

Ingin rasanya aku bilang pada Abi agar membatalkannya, tapi aku terlalu takut, aku takut Abi marah, dan takut membuat keluarga Isan kecewa walau aku tau Isan akan senang mendengar keputusan ku namun sepertinya tidak untuk keluarganya.

Tanpa ku sadari, air mata yang menetes di pipiku, membayangkan seorang laki-laki yang sudah beberapa hari ini mengisi hari-hari ku walau aku tau kita berbeda berhasil membuatku bingung akan sebuah perasaan.

Tingkahnya yang gantle dan konyol di waktu yang bersamaan, membuatku nyaman berada di dekatnya, dia yang tidak mengerti agama ku dan terus memaksaku menceritakan apa itu Islam padanya dengan semangatnya membuatku terus tersenyum.

Wajah yang tampan, namun akan bertingkah konyol padaku itu, berhasil membuat hatiku berdebar untuk kesekian kalinya.

Mata yang terus menatapku dengan lembutnya membuat pipiku memanas dibuatnya.

Masih ku ingat perkataanya padaku saat kami berada di rumah singgah tempatnya dan teman-temannya tinggal, namun saat itu hanya ada kami berdua, karena teman-temannya waktu itu sedang keluar mencari teman mereka.

"Aku ingin kecup dahi mu, menghapus keringatmu, tapi aku gak bisa,"

"Bukan Muhrim kan?" Lanjutnya, yang membuatku tersenyum.

Kulihat nya dia mengambil buku dan mengipas kan nya tepat di depan wajahku yang saat itu berkeringat karena hawa yang sedang panas.

"Aku tau kamu gerah." katanya, masih mengipas kan buku di hadapan wajahku yang membuatku tersenyum.

Sebenarnya aku tau ini salah, namun aku juga seorang manusia dan tanpa ku sadari aku jatuh pada pesona nya, aku jatuh cinta dengan Levin Theodorus Phillip.

Seorang anak Tuhan dengan kalung salib yang selalu dia kenakan sekaligus seorang laki-laki yang berhasil membuatku berdebar dengan senyum tampannya setiap kali menatapku.

"Laper gak?" Tanya nya, yang ku jawab anggukan lalu kulihat dia mulai melangkah menuju dapur.

"Mau kemana?" Tanyaku, yang membuat Levin menghentikan langkahnya.

"Masak, buat kamu."

Baru kali ini aku menemui seorang laki-laki yang bisa memesak seperti Levin, kepiawaiannya dalam berkutat di dapur membuatku bertambah mengaguminya dalam segala sisi darinya.

"Gimana?" Tanya nya, saat aku mulai mengicipi makanan yang di masaknya.

"Enak, enggak terlalu buruk." jawabku, yang membuat nya tersenyum tampan memperlihatkan gigi gerahamnya yang menambah ketampanannya.

ALGHAISAN | Lee Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang