Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dunia yang merubah, atau keegoisan yang meluap?"
"Pulang San, walaucumasebentar,"
"Ibu inginketemu kamu."
Seperti itulah akhir ucapan bang Fathan setelah berbincang denganku melalui via telepon, yang mengabarkan sebentar lagi akan melaksanakan pernikahan nya dengan putri pertama Kiyai Basyir.
Bang Fathan yang terus memaksaku pulang itu, membuat hatiku tidak tenang. Aku tidak siap jauh dengan Ava sekaligus tidak siap bertemu Bapak, Ibu dan tentu saja gadis itu.
Sebagai seorang abang, bang Fathan kerap menghubungiku setelah percakapan terakhir dengan Ibu waktu itu.
Bang Fathan yang bisa mengerti segalanya tentangku, nyatanya di luar ekspektasi ku.
"Isan, kamu kenapa?!"
"Kenapa kamu sekarangjadi kayak gini?"
Katanya waktu itu, yang membuatku menghela nafas.
"Kamu beruntungmendapat Arumi, kenapa kamu seolah-oleh di paksamenikah saat kamu punya seorang kekasih?!"
"Memang itu kenyataannya bang."
Jawabku waktu itu, yang membuat bang Fathan terdiam cukup lama.
"Apamaksudmu!"
"Bang, Isan mencintai seorang gadis,"
"Seorang gadis cantik di saat dia tersenyum sekaligus seorang anak Tuhan dengan salib yang melingkari lehernya."
Kataku, yang ku yakini membuat bang Fathan terkejut di sebrang sana.
"Apa maksud kamu Isan, abangndakpaham!!"
"Bang, Isan sama dia beda. Tapi Isan cinta dia."
"Jangan gila, Isan!!"
"Tapi emang itu kenyataannya bang." Jawab ku, yang membuat bang Fathan menghela nafas di sebrang sana begitu panjang.
"Ini yang abangtakutin saat kamu mengejarcita-cita di luarnegeri, Isan!"