Part 6

1.1K 171 12
                                    

"Kita kemana?" tanya Sehun saat mobil Chanyeol sudah keluar dari pekarangan kampus.

"Menurutmu, kemana biasanya orang pacaran pergi berkencan?" Chanyeol bertanya balik.

"Hotel." jawab Sehun datar. Seolah tak ada yang salah dengan ucapannya.  Padahal, Chanyeol sampai menoleh dan mengerem mendadak saking kagetnya.

"Apa kau bilang?"

"Hotel, Kak." ulang Sehun. Chanyeol bingung, entah memang karena alexithymianya atau Sehun benar-benar polos sampai berkata demikian.

"Kau dapat dari mana ucapan itu? Kau pernah ke hotel bersama pacar sebelumnya?"

Sehun menggeleng, "Aku saja belum pernah pacaran. Tapi kakakku bilang dia pernah ke hotel bersama pacarnya. Katanya mereka berkencan."

"Apa kau tahu yang mereka lakukan di hotel?"

Sehun menggeleng lagi. "Pasti mereka tidur bersama, makan bersama, kemudian melakukan semua hal bersama dan hanya berdua. Begitu kan, kak?"

Uh, Chanyeol bisa bernafas lega. Ternyata Sehunnya masih polos. Ia bahkan bisa berpikir positif dengan apa yang dilakukan kakaknya di hotel bersama sang pacar.

"Sayang, jangan pernah sebutkan itu lagi ya?" pinta Chanyeol dengan nada memelas.

"Memangnya kenapa?" tanya Sehun.

"Sebenarnya bukan hanya itu yang orang pacaran lakukan di hotel. Nanti saja jika kita sudah menikah, kita ke hotel."

"Memangnya apa yang mereka lakukan?"

Sialan, Chanyeol bingung harus menjawab apa. Ia benar-benar tak mau merusak kepolosan Sehun. Karena itu adalah kelebihan Sehun yang tak pernah dimiliki pacar-pacarnya yang sebelumnya.

"Sayang, kau mau dimsum?" Chanyeol mengalihkan perhatian.

"Tentu! Itu makanan favoritku!" kata Sehun antusias.

Lihat, sekarang dia bahkan bisa mengekspresikan kebahagiaannya. Chanyeol benar-benar membawa pengaruh positif. Semoga saja begitu seterusnya.

***

"Kak Park," panggil Sehun. Chanyeol tampak melamun memandangi wajahnya sejak mereka duduk di bangku ini. "Ada yang salah dengan wajahku?" tanya Sehun.

"Ah? Tidak."

"Lalu, kenapa kakak memandangiku seperti itu?"

"Aku.. suka wajahmu."

Pipi Sehun merona. "Terima kasih." katanya.

"Wajahmu terlalu cantik untuk jadi laki-laki. Tapi terlalu tampan untuk ukuran perempuan."

Sehun diam saja. Dia menunggu lelakinya berbicara lagi. Dia suka mendengar suara Chanyeol, apalagi jika sedang memujinya.

"Bibirmu, matamu, hidungmu, alismu, ah semuanya aku suka sekali!"

"Aku juga suka suara Kak Park."

"Hanya suara?"

Sehun mengangguk. "Aku tidak suka kenyataan bahwa Kak Park lebih tampan dariku."

"Itu pasti." kata Chanyeol percaya diri.

"Baik. Aku menyesal mengatakannya." kata Sehun Jengkel. Chanyeol terkekeh beberapa saat.

"Sayang, berhentilah memanggilku Kak Park." kata Chanyeol mengingatkan. Serentak dengan pesanan mereka yang baru diantar oleh seorang pramusaji.

"Kenapa?"

"Terdengar aneh dan kurang spesial untuk ukuran orang pacaran."

"Kak Park, panggilan spesial tidak selalu sayang, baby, lovely, dan semacamnya. Menurutku, Kak Park itu spesial. Karena aku hanya menyebutnya padamu. Dan kau juga pasti hanya mendapat panggilan itu dariku, kan?"

Chanyeol mengangguk. Omongan Sehun ada benarnya juga. Semua junior, adiknya, atau siapapun yang lebih muda darinya, akan memanggilnya kak Chanyeol. Bukan kak Park. Dan ia baru menyadarinya.

"Nah, ya sudah. Kau itu satu-satunya Kak Park ku."

"Yakin?" goda Chanyeol.

"Twentwu.." kata Sehun dengan mulut penuh. Tolong, selamatkan Chanyeol dari kegemasan tiada banding ini.

***

"Terima kasih, Kak Park." Sehun menutup pintu mobil Chanyeol. "Hati-hati, ya." katanya sambil melambaikan tangan.

"Nanti kuhubungi jika sudah sampai. Jangan lupa mandi ya."

"Iya.."

Sehun berbalik. Memasuki gerbang yang sudah dibukakan paman Ahn untuknya.

"Malam, Paman." sapa Sehun dengan senyum ramahnya.

Paman Ahn rasanya merinding lantaran wajah tuan mudanya yang selalu datar, kini tersenyum padanya. Biasanya Sehun hanya akan menyapanya saja, tanpa senyuman.

"Malam, tuan Muda." paman Ahn menyapa balik.

Sehun melanjutkan langkah. Memasuki rumah dan bergegas menuju ke kamarnya. Baru kali ini rasanya ia ingin segera selesai mandi agar bisa langsung bertelepon ria dengan seseorang.

Setelah membersihkan diri, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk. Sehun yang tengah memakai lotion malam, langsung menyuruh orang itu masuk lantaran pintunya tidak dikunci.

"Kau habis pergi dengan siapa?"

Sehun berbalik. Memosisikan diri tepat di depan sang kakak yang tengah menatapnya ambigu. Setengah jahil, setengah menggoda.

"Teman." jawab Sehun singkat.

"Yakin?" Seo Joon semakin mendekatkan wajah mereka. Membuat Sehun spontan memundurkan kepala.

"Kak, kau kenapa sih?!"

"Aku hanya ingin memantau perkembangan adikku, kok. Sekarang dia lebih bisa tersenyum, tersipu, bahkan.. jengkel." sindir Seo Joon.

"Kau bukan dokter."

"Memang. Tapi aku juga punya logika. Aku tahu siapa yang bisa membuatmu sesenang ini. Pasti bukan teman. Pasti dia orang yang spesial. Bukan begitu?"

"Bukan!" Sehun memalingkan wajah.

"Hahaha.. See, kau bahkan memalingkan wajah. Itu adalah ciri paling menonjol dari orang yang sedang berbohong. "

"Memangnya kenapa jika dia orang spesial bagiku? Apa itu merugikan kakak?" ketus Sehun.

"Tentu tidak. Dia justru membuatku lega lantaran berhasil membuat adikku tidak sekaku dulu."

"... Jadi, benarkan dia lebih dari temanmu?"

Sial, sepertinya Sehun baru saja salah bicara.

"Benar, kan?" Seo Joon menggoda lagi.

Jalan satu-satunya supaya Sehun keluar dari lingkaran setan ini adalah berteriak, "Ibuuuu!"


Halo guys, ada disini yang ujian online juga? Gimana rasanya uas pake daster sambil makan mi ayam hahaha. Semangat ya, semoga nilai kalian bagus.



The First One • ChanHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang