"UHUK! UHUK! GILA!" mulut Arka setengah menganga dan hampir tersedak memakan baksonya.
"HAMPIR DI TELEN IDUP-IDUP LU NAD." timpal Luki yg tak kalah terkejut.
Arka menyenggol lengan Luki dengan senyum yg ia lempar kepadaku. "Jangan gitu la, pacar gua satu-satunya itu."
"Yee maaf. Reflek gua tadi."
"Yah gitu deh. Untung aja bukan cuma gua yg nggak meratiin dia kencan sama papan tulis, kalo nggak udah abis gua."
"Lagian tumben banget pak Hamid meratiin anak kelas. Biasanya cuma mandangin papan tulis." kata Kiara dengan wajah sok penasaran.
"Lagi berantem kali, soalnya tiap diajak ngobrol papan tulisnya cuek sih." celetuk Arka dan disambut gelak tawa.
Beberapa obrolan santai, gelak tawa sampai saling mengejek mengiringi waktu yg berjalan. Dan ....
KRINGGGG!
Bel masuk berbunyi kami pun langsung beranjak dari kantin menuju ke kelas masing-masing.
Pelajaran matematika dimulai dengan bu Risma yg sekaligus wali kelasku mulai mengajar. Sedikit rasa syukur terucap dari beberapa siswa. betapa senangnya ternyata pak Hamid tidak menghukum dan mengadukan kami ke wali kelas. Namun, aku tidak tahu apakah yg akan terjadi minggu depan? Mungkin akan banyak surat izin, sakit atau bahkan alpha yg mengotori absen.
Saat bel pergantian jam bu Risma memberi tahu bahwa bu Wati yg mengajar pelajaran SBK sedang sakit dan tidak sempat memberikan tugas, jadi kami diperbolehkan mengobrol asal jangan membuat suara bising sampai ke luar kelas karna akan mengganggu proses belajar mengajar di kelas lain. Bu Risma menunjuk Nando yg berpangkat ketua kelas dan aku seorang wakil ketua kelas untuk mengawasi saat pelajaran SBK pada satu jam sebelum pulang sekolah nanti.
Akhirnya sampai juga jam kosong yg menjadi surga dunia bagi anak SMA Perdana dan sekarang di anugrahkan kepda kelas 10 IPA 3.
5 menit, 10 menit sampai 15 menit situasi masih terkondisikan. Hingga 20 menit kemudian ada suara ribut dari kelas sebelah yaitu kelas IPA 4, yaa kelasnya Arka dan Luki. Kufikir mereka juga mendapatkan jam kosong sama seperti kami. Dan aku berani memastikan bahwa akar pencetus ribut di kelas itu pasti Arka. Karna Arka sama seperti kak Galih yg sangat menyukai dan tidak membuang waktu saat jam kosong. Sifat yg satu ini juga sama sepertiku, dikarenakan aku adalah adik dari kak Galih maka wajar saja sifat kakakku itu menurun kepadaku, bahkan saat ini aku sedang balapan pesawat terbang bersama Kiara.
Namun, belum sampai 10 menit keributan di kelas IPA 4 barubah menjadi rusuh dan gaduh. Aku sedikit merasa apakah hal seperti itu wajar dikatakan sebagai keributan di jam kosong? Dan benar saja secara tiba-tiba terdengar seperti suara pintu yg diterjang kuat. Anak-anak di kelasku langsung berhamburan melihat jendela. Aku pun sama, berdesak-desak hanya untuk melihat ada apa diluar sana. Namun, teman-teman yg lain sudah memenuhi jendela kaca. Akibatnya aku hanya mampu bertanya dengan salah satu teman sekelasku
"Eh ada apaan sih?" tanyaku pada Rena.
"Itu Nad ada yg lagu berantem di lapangan, seru banget tau." jawab Rena dengan menggebu-gebu.
"Seru gimana Ren?" kiara juga ikut bertanya sambil celingukan melihat jendela yg masih dipenuhi anak-anak kelas.
"Ya seru, soalnya mereka bener-bener baku hantam dan nggak ada ampun deh, trus berantemnya pasti lama soalnya diluarkan lagi hujan."
"Bener tuh Ren. Mana mau guru BK ujan-ujanan pasti mereka cari payung dulu itu, hahaha. Eh pake senjata nggak? Kalo nggak pake senjata belum seru."
"Setuju gua Nad, kalo udah pake senjata kita harua dan wajib buat nonton." Kiara menambahkan dengan semangatnya.
"Pake dongk. Mereka sama-sama bawa kayu, kayanya bekas patahan kursi gitu."
"Waduhh gila kalo gini namanya seru banget Ra."
"Bener Nad, yuk ah keburu kelar." Kiara antusias dan menarik tanganku.
Namun, tiba-tiba ....
BRRAAKK!!
Suara keras mengagetkanku beserta teman-teman, semua langsung menoleh ke asal suara yg berasal dari Nando ketika menepuk mejanya dengan kencang.
"Balik ke tempat duduk. SEKARANG!" tegas Nando yg membuat semua anak di kelas kembali ke tempat duduknya, begitupula aku dan Kiara.
"Yah gagal nih Ra liat film action gratis." kataku saat sampai di tempat duduk.
"Bener Nad, gara-gara Nando nih."
"Yuk ikut gua." ajakku kepada Kiara ke tempat duduknya Nando.
"Nandoooo, ketua kelas IPA 3 yg baik hatinya, pinter anaknya, hari ini kamu ganteng banget sih." bujukku kepada Nando.
"Kesambet Nad?"
"Nggak tuh. Aku mau izin boleh aku liat orang yg bunuhan di depan?"
"Cuma mau izin liat orang berantem doangk pake aku kamu haha...." ledek Nando dengan tawa lepas. "Gua takut ah ntar gua dimarahin Arka lagi"
"Eh Nad lu yakin mau liat yg lagi berantem di depan? Pake acara bilang pembunuhan lagi." sahut Arfan teman sebangku Nando.
"Ya yakinlah" jawabku kepada Arfan dengan percaya diri.
"Kalian belum liat sama sekali siapa yg berantem?" Arfan bertanya kembali.
Aku dan Kiara menggeleng menandakan ketidaktahuan kami.
"Waduhhh. Maaf ni ya bukan mau ngasih kabar duka, tapi yg berantem di sana itu...."
"Siapa?" ucap Nando karna Arfan berhenti bicara.
"ARKA nad." jawab Arfan dengan wajah serius.
....
-
-
-
-
-
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
When Everything Changes
Teen FictionKenapa aku mendapatkan kakak serese kak Galih dan pacar segesrek Arka? Ntah apa yg telah ku perbuat di kehidupanku sebelumnya, hingga di kehidupanku yg sekarang semua penuh dengan kegilaan humor mereka.