Keputusan Kak Galih

14 4 4
                                    

Cukup lama berkendara, sampailah kami di depan gerbang hitam yg berdiri menjulang, dengan rumah besar dua lantai, didominasi warna putih berada di belakangnya. Agak lebay ya, hehehe. Yah itulah rumahku, tempat aku dan kak Galih tinggal. Baru saja aku turun dari motor, kami malah berpapasan dengan kak Galih dan kak Lisa, yg kebetulan baru pulang dari acara konvoi kelulusannya.

"Cieeee yg pulangnya pake dianter." ledek kak Galih kepadaku.

"Cieee yg pulangnya barengan." balasku.

"Siapa yg pulang bareng? 'Kan rumah kakak bukan di komplek ini." ucap kak Lisa membela kak Galih.

"Yeeee ok. Yaudah replay aja kalo gitu. Cieee yg mau mampir kerumah kak Galih sambil pacaran." kataku tidak ingin kalah meledek kakakku dan pacarnya.

"Cyak ila, pake acara replay. Pause sama stopnya nggak ada? Biar kaya berasa nonton drakor." ucap kak Lisa sambil tertawa.

"Lho dek pacarmu kenapa?" tanya kak Galih sambil menunjuk Arka.

"Biasa kak." jawab Arka sambil tersenyum.

"Berantem lu yak?"

"Iya kak." jawab Arka dengan cengengesan.

"Nggak papa kakak dulu juga kaya gitu, lebih malah."

"Widiiihh panutan dongk, kalo gitu."

"Ya iyalah kamu harus banyak belajar dari kakak."

"Gitu ya, yaudah kapan mulai belajarnya?"

"Sekarang bisa kalau mau, ehh lu berantem karna apa?"

"Yaa nggak tau. Pengen aja nonjok pala orang."

"Wah gila sih kalo bener, sang penerus gua kalo gitu."

Kepalaku menoleh ke kanan dan kiri, udah berasa nonton bola, kemana bola matanya ngikutin. Kak Lisa malah hanya bisa mengerutkan keningnya, mendengar asiknya perbincangan itu. Sampe-sampe mereka nggak sadar kita para cewe berjemur sekarang. Skin care kan mahal yak. Hehehe

"Udah ayok ini kapan masuknya? Apa mau ngobrol di gerbang trus? Panas ni panas." ucap kak Lisa memecah perbincangan.

Saat sampai di ruang tamu, kak Galih langsung duduk di sofa begitu pula dengan kak Lisa sedangkan Arka, tadinya ia ingin pulang tapi karna desakan kak Galih akhirnya ia main sebentar di rumahku. Arka berdiri di depan lemari pajangan untuk melihat lukanya, dan aku pergi ke ruang tengah untuk mengambil kotak P3K.

Aku kembali dari ruang tengah bersama mbak Eli, asisten rumah tangga yg membawa minuman dan cemilan dari dapur.

"Sini gua obatin." kataku sambil membuka kotak P3K.

"Sshhh," desis Arka menahan sakit saat kapas menyentuh luka di pelipisnya

"Sakit banget yak?"

"Nggak kok nggak sama sekali."

Mendengar itu, aku pun iseng dengan menekan lukanya.

"ARRRGGHH!" pelan-pelan kek" pekik Arka.

"Katanya nggak sakit? Kok teriak?" sindirku.

"Ssshh nggak asik lu Nad, sakit beneran tau."

"Makanya kalau sakit tuh ngomong, pake sok-sok an kuat lagi."

"Eh, dimana-mana tu yak, ngobatin tu pelan-pelan. Nggak diteken somplak. Udah kaya mo ngajak ribut lagi lu."

"Besok-besok ulangin lagi, berantem lagi. Kalo perlu berantem noh sama kak Rogi, sang brandal di SMA Perdana. Belum lagi nih baju, kotornya udah kaya ngebajak sawah. Belun scors tiga hari, banyak mapel yg tinggal. Nih tampang lu, mirip korban tabrak lari, babak belur semua. Di rumah ntar pasti dimarahin juga 'kan? Jadi gimana nyesel kagak lu berantem?" dengan reflek aku mengomel, nggak tau kesambet apaan.

"Sshhhh sakitnya." kelit Arka dengan langsung bersandar di sofa sambil memegang dadanya.

"Nggak usah acting, bangun. Jangan manja."

Arka langsung buru-buru duduk dengan tegap sambil menaruh tangannya seolah sedang hormat.

"Siap boss."

"Ckckck, lucu banget sih gaya pacaran kalian." decak kak Lisa yg ternyata memperhatikan kami.

"Eh lu bedua. Tanggung jawab, Lisa meratiin lu pada sampe gua dicuekin nih." sungut kak Galih sebal.

"Kak, berhubung gua lagi luka, ngomelnya ke Nada aja yak?"

"Etdah, maksudnya gua perisai lu Ka? Iiiisshhh ogah ah. Lagian kak Lisa jangan liat kemana-mana, pandangin aja kak Galih. Awaass jangan sampe loh suka sama Arka." ucapku memberi peringatan kepada kak Lisa.

"Hahaha, tenang aja nggak bakalan kakak suka sama Arka, 'kan kakak udah punya raja kingkong. Iiiihhh gemessnyaaa" balas kak Lisa sambil mencubit kedua pipi kak Galih yg nggak ada cuby-cuby nya. Tapi iyain aja deh, namanya juga orang lagi prasmanan. Eh salah kasmaran maksudnya. Ditambah cara kak Lisa yg merapikan rambut kak Galih, kemudian mencuil hidungnya. Dan jangan lupakan kak Galih yg mencium punggung tangan kak Lisa.

Dasar kakak dan calon kakak ipar nggak ada akhlak emang. Dikira disini cuma ada mereka berdua doangk apa ya, apa kabarnya adikmu ini kak? Aku dan arka hanya bisa saling menatap bingung memperhatikan dengan mata yg berkedip beberapa kali. Ntah hanya aku yg merasa canggung atau arka merasakan hal yg sama, saat para kakak-kakak menunjukkan cara pacaran mereka.

Untung hal ini tidak terjadi lama. Kak Lisa segera pamit kepada kak Galih untuk pulang setelah mendapat telfon, katanya ada acara perkumpulan dengan teman-temannya dalam perayaan hari kelulusan, tidak lama dari kak Lisa pulang Arka pun pamit pula untuk pulang.

Saat kak Lisa dan Arka sudah pulang aku berjalan ke lantai atas menuju kamar, sebelum sampai di kamarku aku nelewati kamar kak Galih, tanpa banyak berfikir aku langsung masuk ke kamar kak Galih, dengan tujuan bertanya mengenai hal yg membuat aku hampir di telan hidup-hidup oleh pak Hamid karna memikirkannya.

"Kak," sapaku sambil duduk disebelahnya yg sedang duduk bermain hanfone diranjang kamarnya.

"Hmmm apa?" tanya kak Galih.

"Gimm... Gimana rencana sellllllanjutnya... Kakak habissss... Kelulusan. Setelahnya?" kataku dengan gugup. "Eh ini gimana sih? Yaa pokoknya gitu la."

"Haha ... Kenapa sih dek? Ngomong aja belepotan, udah to the point aja." ucap kak Galih sambil tertawa.

"Yaaaah, susah kalo mau ngomong to the point."

"Apaan yg susah coba?"

"Banyak! Banyak banget susahnya."

"Yah tinggal omongin aja kamu itu maunya apa? Nggak usah pake mukhadimah sama kata pengantar." ledek kak Galih.

"Kakak beneran pengen hidup sendirian!" jelasku dengan ketus.

"Santai boss, ngomongnya to the point tapi nggak usah ngegas segala, pahamm"

"Yayayaya." ucapku dengan memutar bola mata kesal.

"Ok mengenai pertanyaanmu jawabannya, iya"

....

-
-
-
-
-
-
-

When Everything ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang