"Waduh, maaf ni ya bukan maksud kasih kabar duka, tapi yg berantem disana itu...."
"Siapa?" ucap Nando karna Arfan berhenti bicara.
"Arka Nad." jawab Arfan dengan wajah serius.
"Ouhhh."
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Dan...."HA!"
"Bisa aja lu rengginang nge-prank gua." ucapku berusaha mengelak sambil memberikan senyum merekah.
"Gua serius lho Nad."
"Eh yg bener lu Fan?" desak Nando dan hanya diangguki oleh Arfan.
"GILA! TEMEN GUA TUH." teriak Nando yg membuat seluruh kelas melihatnya heran. "NAPA PADA NGELIATIN GUA?". " yuk Nad kita ambil buku paket SBK biar pada nggak ribut."
"Huuuuu." sorak anak-anak di kelas karna kesal.
"Pinter banget lu Ndo, bisa aja cari celah buat cari tau." bisik Kiara dan diancungkan jempol oleh Arfan.
"Bentar-bentar ini beneran Arka yg berantem?" tanyaku sekali lagi.
"IYA BEGO." jawab Nando, Arfan dan Kiara kompak.
"Njirr! Cowo gua ituuu."
"Berantem sama siapa?, karna apa?, truss sekarang gimana?"
"Buset ni bocah. Lu mau jadi wartawan apa petugas kepolisian? Nanya mulu kaya guru BK. Kapan nih liat cowo lu, keburu babak belur ntar dianya. Gini-gini gua mau bantu dia tau." gerutu Nando.
"Semua aja lu sebut. Wartawan, polisi, guru BK, dokter, bidan, pengusaha. Apa lagi?" sindirku kepada Nando.
"Tukang parkir, tukang bangunan, tukang buku, tukang koran, tukang cangcimen." celetuk Arfan dengan cekikikan.
"Lanjut trussss, smua tukang aja lu sebut. Liat cowo guanya kapan?"
"Gih sono keburu kenapa-napa entar." sahut Kiara kesal.
Satu langkah, dua langkah, tiga langkah. Uuuuuuhhh makin mendebarkan saja. Dag! Dug! Dag! Dug! Jantungku berpacu sangat cepat seperti ingin keluar dan berlari menuju pintu. Tapi senyum manis tak boleh hilang dari wajah, tak boleh sedikitpun.
"NADA, SAMPE KAPAN LU MAU JALAN KAYA BEKICOT SAWAH? LAMA BEUT DAH."
Oh ya aku lupa, aku hanya melangkah sedikit demi sedikit ya gays. Aku takut soalnya, hehehe. Mendengar pekikan Nando aku langsung berlari mendekat ke posisinya yg sekarang telah berada di depan pintu kelas.
"Silahkan buka gerbangnya tuan putri." ejek Nando kepadaku agar aku membuka pintu.
Aku angkat kedua tanganku dan sedikit berdoa, baru kemudian membukanya
Ternyata benar yg dikatakan Arfan, Arka yg berkelahi. Ia dengan Viko, sang ketua di kelasnya Arka. Aku hanya melihat punggung Arka yg berjalan mengikuti dua orang guru BK, sepertinya mereka baru saja dipisahkan.
"Yaaahhh telat Nad, kaduluan guru BK kita. Gagal deh gua mau jadi sohib yg baik." ejek Nando seperti kehilangan gairah hidupnya.
"Dih, bilang aja lu mau ikut berantem. Syukur deh kalo gua liatnya pas udah kelar."
"Kalo liatnya pas lagi berantem, dedek nangis ntar bang. Haha...." bisik Nando dengan tertawa lebar.
"Bacot lu. Jadi nggak ambil bukunya?"
"Eh Nad, liat baju Arka kotor banget."
"Teruuuusssss?" sungutku pada Nando.
"Kasih tau sama Arka kalo mau ngajak ribut, cari waktu yg tepat, jangan pas ujan. Kalo kaya gini tuh baju putih kotor dongk yaa, hahaha. Tapi seru juga sih pas ujan biar lamaaa berantemnya. Yakan Nad?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When Everything Changes
Fiksi RemajaKenapa aku mendapatkan kakak serese kak Galih dan pacar segesrek Arka? Ntah apa yg telah ku perbuat di kehidupanku sebelumnya, hingga di kehidupanku yg sekarang semua penuh dengan kegilaan humor mereka.