"MAAA GIMANA SIH? KAN GHALIH BERANGKAT BESOK, TRUSS KENAPA MAMA PULANG BESOK?"
"TRUUS NASIB GHALIH GIMANA NIH?"
"ADUHHH NGGAK KEKEJAR PASTI."
Aku memperhatikan kak Galih yg mengomel di telfon, karna baru tau ternyata mama dan papa memundurkan jadwal pulangnya. Ya! Hari ini tepat satu bulan sejak kejadian bentakan itu, dan hari ini pula rumah pengusaha sukses Rama Triantara gaduh, karna putra sulungnya sedang bersiap pindah ke rumah baru yg dekat dengan universitasnya.
"MBAA RAPI DIKIT DONG NYUSUN BAJUNYA, MASA BISA NGGAK MUAT SIH DALAM KOPER?" omelnya ketika selesai menelfon.
"KAOS ITEM UDAH BERAPA BANYAK?"
"NGGAK GITU MBAK, AAAHH MBAK NIH,"
"LIPET KECIL LAGI, NGGAK MUAT NTAR."
"MBAK, SALAH ITU."
Aku menggaruk kening melihat tingkahnya "ribet banget dah sumpah."
"NADAAA, BANTUIN DONG DEK. NIH RAMBUT KAKAK BERASA RONTOK DAH AH." Cerocosnya lagi karna melihat aku santai, tak memperdulikan para ART yg sibuk mempacking keperluan kak Galih.
Kak Galih melempar kuat handfonenya ke kasur hingga benda itu memantul beberapa kali "ASTAGAAAA INI LISA KEMANA SIH? GUA CHAT NGGK DI RESPON, NELFON NGGAK DI ANGKAT."
"den ini jaketnya mau dimasukin di koper atau di tas aja?" tanya mbak Eli kepada kak Galih yg masih sibuk mengoreksi smua barang yg dikemas.
"DUUUUHHH, MBAK GALIH PERGINYA PAGI,YA MAU GALIH PAKELAH JAKETNYA BESOK." Balasnya tanpa menoleh.
"bukannya besok pake jaket item den? Yg ada gambar tengkorak itu 'kan?" kini mbok Darmi ikut menyaut.
"lha yg ditunjuk mbak Eli tadi jaket yg mana?" tanyanya mulai bingung.
Mbak Eli membongkar kembali lipatan jaket yg telah rapi untuk menunjukkannya pada kakakku itu, "YAAA AMPUN ITU MAH TINGGAL AJA, UDAH SERING DIPAKE, BOSAN. YG BARU-BARU AJA MBAK YG GHALIH BAWA, PERASAAN UDAH DI SIAPIN DAH." Nada bicaranya mulai memanas kembali.
"KOK KAOS PUTIH GALIH CUMA SEGINI?"
"AAAARRRRGH, KAN UDAH DISIAPIN, JANGAN-JANGAN SEPATU JUGA?"
"NGGAK GITUUUU,"
"PARFUM DI MANA?" kini, semua kena imbas omelannya. Apa yg dilakukan, salah. Apa yg dikerjakan, salah. Semua, salah.
Aku yg jengah dengan semua sikap kakakku itu lantas mengambil tindakan. "baiklah. Mbak Eli masakin cemilan gih, apa aja. Mbatin beresin rumah yaa, mau nyapu ngepel terserah deh. Mbok juga terserah mau ngapain. Pokoknya kosongkan ruangan ini SEKARANG." Ucapku memberi perintah dengan senyum dan seolah menjadi kapten tim.
Satu-persatu dari mereka mulai keluar dan menuruni tangga, aku pun menutup pintu kamar kak Galih agar bisa fokus. Ku sobek selembar kertas di atas meja belajar, dan sebuah pulpen. Sementara kak Galih hanya diam kebingungan.
Aku mulai melihat dan menghitung apa-apa saja yg ada di koper. "di koper item yg gede, kaos polos ada lima, dua yg putih panjang sama pendek, tiga item dua pendek satu panjang." Ku serukan agar dicatat oleh kak Galih begitu terus sampai ke ransel hitam. Biar kak Galih tau apa saja barang bawaan yg telah siap dan biar memastikan tidak ada yg ketinggalan.
**
Malamnya kak Galih mengetuk pintu kamarku, mengejutkanku yg sedang belajar persiapan ulangan semester.
"KISI-KISI ULANGAN MATEMATIKA," ucapnya lantang seolah membacakan proklamasi.
Ku toleh kak Galih yg berdiri memeluk guling. "ngapain? AC mati lagi?" tanyaku, lalu lanjut pada pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Everything Changes
Novela JuvenilKenapa aku mendapatkan kakak serese kak Galih dan pacar segesrek Arka? Ntah apa yg telah ku perbuat di kehidupanku sebelumnya, hingga di kehidupanku yg sekarang semua penuh dengan kegilaan humor mereka.