"Apa kamu merasakan debaran itu?"
_○●○●○
"Ai, bangun sayang."
Suara seseorang itu berhasil membangunkan sang gadis, tidurnya yang nyaman di atas lengan kekar tersebut seketika terganggu. Gadis itu melengguh, lalu dengan perlahan membuka kelopak matanya.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
"Astagfirullah!" Serunya, dengan repleks menjauh.
"Kenapa, Ainun?" Tanya Ahsan keheranan.
Ainun hanya berdeham, seraya mengatur jantungnya yang seperti ingin melompat tadi ketika mengetahui ia memeluk lengan Ahsan.
Memang, tadi malam--setelah pulang dari rumah sakit dan restoran--Ainun berbaik hati pada Ahsan untuk pria itu tidur di ranjang bersamanya. Karena sebuah alasan, yaitu Ainun hanya iba terhadap kondisi Ahsan yang sebenarnya dan ia tak ingin menjadi istri yang di laknat Allah. Anggap saja Ainun mulai sadar secara perlahan dan tanpa sadar.
Namun, yang ia kagetkan sekarang adalah posisinya yang seperti agresip itu. Seketika pipi Ainun memanas karena malu, dia berlari ke kamar mandi tanpa menyahuti ucapan Ahsan. Ia malu.
"Kamu gadis aneh, Ainun. Tapi aku suka, sangat menyukainya," gumam Ahsan. Jujur, Ahsan pun sama seperti Ainun. Jantungnya berdebar sangat kencang.
Ahsan menyingkap selimutnya, kemudian berpindah duduk ke kursi roda dengan berpegangan pada nakas. Setelah itu, dia menggerakan kursi roda tersebut ke arah jendela untuk membuka gorden dan membiarkan cahaya mentari masuk ke dalam kamar.
Di tengah kegiatannya, Ahsan mengangkat sebelah alisnya ketika melihat handuk Ainun masih ada penyanggah khusus. Apa dia lupa?
"Ainun, handukmu masih ada di luar! Apa kamu lupa?" Ujar Ahsan, sedikit keras.
Di dalam kamar mandi Ainun meringis, badannya sudah terlanjur basah mana mungkin keluar. Ainun menggeram kesal pada dirinya yang bodoh ini.
Gadis itu kemudian berinisitif membuka sedikit cela ke pintu kamar mandi, dan mengeluarkan tangannya. "Minto tolong ambilkan, boleh?"
Tak ada jawaban, tapi Ainun tetap mengeluarkan satu tangannya ke cela pintu tersebut. Detik berikutnya, tangannya mulai merasakan sebuah handuk tergapai, lantas Ainun berniat menariknya segera. Namun, tertahan ketika ada tangan lain yang mengelus pelan punggung tangan Ainun.
Nafas Ainun tersekat, ia menelan salivanya. Ada apa dengan Ahsan? Hatinya bertanya-tanya.
"Lain kali jangan kelupaan ya." ucap Ahsan, yang membuat Ainun segera menarik tangannnya kembali ke dalam bersama handuk yang ia genggam.
○●○●○
"Ah iya, aku mau mengajukan agenda baru kita!"
Ketiga gadis yang tengah sibuk dengan kegiataannya masing-masing itu, lantas terlaihkan pada gadis berkacamata yang berujar tadi.
"Apa, Re?" Tanya Fera mewakili pertanyaan Ainun dan Disa.
"Nanti kan setelah akhir pekan banyak tanggal merah tuh, dan pasti bakal libur panjang. Gimana kalau kita liburan ke Bur Gayo Highland yuk? Kita menginap di Villa," jelas Rere.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional Love
SpiritualIni tentang dia yang mengajarkanku arti kesempurnaan sesungguhnya, yaitu kesempurnaan cinta. Dia pun membawaku pada sebuah fakta, bahwa cinta tidak membutuhkan akan syarat. Karena cinta itu hadir karena hati bukan rupa. Ketanpabersyaratan cinta itu...