Terungkap

213 24 3
                                    

Pertempuran nestapa terjadi dan aku semakin jatuh tak terkendali.
-

○●○●○

Semenjak pernyataan keegoisan itu membuat Ainun kembali pada sosoknya yang dulu, pendiam dan lebih jauh lagi untuk Ahsan gapai.

Kadang Ahsan berpikir, apa ia salah mengungkapkan seperti itu? Tapi terlepas dari semua, tidak ada yang tahu apa yang diinginkan Ainun sekarang.

Mereka sudah kembali ke tanah air, tepat kemarin sore. Dan yang pasti sekarang, Ainun maupun Ahsan harus kembali pada aktivitas biasa. Semenjak saat itu juga, Ahsan tak pernah melihat sekecil pun senyuman di bibir Ainun. Ahsan merindukannya.

"Nanti hubungi supir untuk jemput ya!" wanti Ahsan, ketika mobil mereka sudah berhenti di halaman kampus Ainun.

Ainun mengangguk, lalu mencium punggung tangan sang suami. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab Ahsan sembari memperhatikan Ainun yang keluar dari mobil, lalu perlahan punggung itu semakin menjauh. Ia benar-benar ingin mengulang waktu kembali. Apa bisa?

Sementara itu, di tempat berbeda, Ainun menelisik sekitar penuh tanda tanya. Pasalnya beberapa mahasiswi terdengar berbisik-bisik tentangnya.

Itu cewek yang menikah sama pengusaha disabilitas tapi tampan itu kan?

Cantik sih, tapi matre!

Jahat banget, di mana kali hatinya!

Pinter banget memanfaatkan kekurangan orang!

Pantes dianterin mobil mewah mulu, ternyata oh ternyata

Kurang lebih seperti demikianlah ungkapan para mahasiswi yang tak sengaja terdengar oleh telinga Ainun. Gadis itu menundukan kepalanya, ia bingung dengan situasi ini. Mereka semua menatap Ainun seolah gadis itu adalah pelaku yang tertangkap basah.

Apa yang terjadi? Ainun terus bertanya-tanya. Ia tak mungkin salah menduga, karena mahasiswi tersebut berucap demikian sembari menatap ke arah Ainun secara terang-terangan.

Apa ketakutan Ainun benar-benar akan dimulai?!

Lantas saja Ainun berlari kecil, ia harus menemui teman-temannya yang pasti ada di kantin fakultas. Gerak tubuhnya sangat memperlihatkan kekehawatiran dan rasa takut yang sendari dulu Ainun cegah.

Menit berikutnya--tepat di pintu kantin--Ainun menghentikan langkahnya. Gadis dengan balutan gamis merah maroon itu bernafas lega, karena pasalnya di kantin teman-temannya tengah asik menikmati sarapan dan satu hal lagi bahwa kantin ini sepi. Ainun harap Fera dan Rere belum mendengar desas-desus tersebut, walau itu terdengar mustahil.

Ainun kembali melangkah, mendekati meja yang di tempati ketiga temannya tersebut. "Assalamualaikum."

Ia duduk sembari melebarkan senyuman. Tapi, senyuman itu perlahan redup di kala Fera dan Rere mengabaikannya. Kecuali Disa--wanita yang sudah tahu semua dari awal-- "Waalaikumsalam."

Ainun menatap penuh tanya pada Disa, namun wanita itu malah mengendikan bahu. Detik berikutnya, ketika Ainun ingin bertanya sendiri, tiba-tiba saja Fera bersuara.

"Kamu nggak mau jujur sama kita, Nun?"

Perasaan Ainun mulai tidak enak. Ia bergerak gusar di bangkunya. "Ju--jur apa ya?"

Tampak Rere memicingkan matanya, lalu berdecak sembari menyudahi kegiatan makannya. "Aku tidak tahu apa yang membuatmu berbohong sama kita."

Ainun beralih menoleh ke arah Rere dan Fera secara bergantian, "kalian sudah tahu?"

Unconditional LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang