Meminta maaf bukan berarti semua telah usai.
_○●○●○
"Kamu di mana, Disa?" Tanya Ainun pada seseorang yang sedang dalam sambungan telpon. Baru saja ia sampai di depan gedung universitasnya dan langsung menghubungi temannya--Disa.
"Di kantin fakultas kita. Ke sini aja, lagi sarapan nih."
"Iya, aku ke sana."
Ainun menutup sambungan telponnya, lalu memasukan kembali benda pipih itu ke kantung cardigan yang di kenakannya kini. Kemudian, ia melangkahkan kakinya ke area gedung fakultasnya dan menelusuli koridor menuju kantin.
Tempat itu biasanya tidak terlalu ramai di datangi jika pagi hari, karena rata-rata mahasiswa di sini lebih memilih sarapan di warung-warung pinggir kampus yang lebih murah. Biasalah, mereka harus hemat.
Ketika sampai di pintu kantin, Ainun menyebarkan pandangannya ke sepenjuru kantin yang hanya ada beberapa mahasiswa saja dan salah satunya adalah Disa. Tepat di salah satu bangku gadis itu tengah menikmati hidangan seraya sesekali melihat ke laptop. Ainun tersenyum picik, lalu ia mendekati teman kampusnya itu.
"Assalamualaikum!" Salamnya seraya duduk di kursi yang ada di hadapan Disa.
"Waalaikumsalam."
"Tumben kamu sarapan di kampus." Tutur Ainun, kemudian ia mengeluarkan ponselnya kembali dan mengetik sesuatu di sana.
"Iya lumayan dapat wifi gratis di sini." Disa tertawa singkat setelah menyedot minumannya. "Oh iya, gimana lamaran kamu sama Wiliam?"
Seketika Ainun mengalihkan pandangannya ke arah gadis di hadapannya. Ia menyimpan ponsel itu di meja seraya menghembuskan nafas lirih. Hanya kepada Disa mungkin Ainun bisa bercerita, ia mempercayai Disa.
"Ayah menolak Wiliam, Dis."
Uhuk!
Disa sampai tersedak mendengar hal itu, dia melebarkan matanya--menatap tak percaya pada Ainun. "Serius kamu? Ko bisa?"
"Entah. Ayah malah menerima lamaran orang lain yang sama sekali aku gak kenal. Menyebalkan, bukan?"
"Tunggu deh! Bisa ceritain secara lengkap gak? Aku gak paham nih." Ucap Disa seraya menggeser piringnya yang sudah kosong, lalu menutup laptop. Ia bersiap mendengarkan.
Ainun mendengkus pelan, jika masalah seperti ini Disa memang paling gencar. Apalagi Disa lah yang mengenalkan Ainun pada Wiliam.
Detik berikutnya, dengan sabar Ainun menceritakan semua rentetan kejadian yang membuat gadis itu purustasi. Sedangkan Disa sendiri mendengarkan dengan sesekali berdecak karena ikut merasa kesal.
Memang apa yang terjadi pada Ainun sulit untuk di percaya. Namun, itu benar-benar terjadi dan hampir saja membuat Ainun gila sendiri.
"Ihh ko Ayahmu tega sih!" Komentar Disa di kala cerita itu telah usai. "Sayang banget, kamu sama Wiliam sudah sangat cocok."
"Aku sudah beberapa kali menolak tapi Ayah tetaplah Ayah, tidak bisa diganggu gugat dan egois. Aku merasa bersalah juga sama Wiliam, dia rela tebang dari Australia ke Indonesia hanya untuk menemui Ayahku, tapi hasilnya malah mengecewakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional Love
SpiritualIni tentang dia yang mengajarkanku arti kesempurnaan sesungguhnya, yaitu kesempurnaan cinta. Dia pun membawaku pada sebuah fakta, bahwa cinta tidak membutuhkan akan syarat. Karena cinta itu hadir karena hati bukan rupa. Ketanpabersyaratan cinta itu...