"Maka, akan aku sia-siakan kesempatan itu."
-○●○●○
Prancis tepatnya di kota Paris yang sangat ikonik dengan menara eiffelnya itu, kini menjadi tempat terpilih Ahsan untuk berlibur berdua bersama sang istri. Walaupun, kerja menjadi bagian alasan lain.
Waktu sudah menunjukan sore hari, tapi jalanan kota Paris masih saja ramai, entah itu oleh para pesepeda, kendaraan beroda empat, ataupun para pejalan kaki yang baru saja menyelesaikan aktivitas kerjanya. Mereka berdominasi memakai jaket tebal, sama seperti halnya Ainun dan Ahsan kini. Semua pasal angin yang terus berdebur dari segala arah.Tapi, keadaan alam tersebut tak membuat sepasang suami istri itu membatalkan list perjalanan di kota yang terkenal romantis ini.
"Mau berfoto? Biar aku yang mengambil fotonya," tawar Ahsan, ketika Ainun merasa tertarik dengan seorang badut dari gerai makanan.
"Boleh, boleh!" Ainun memberikan camera yang tergantung di kepalanya pada Ahsan.
Lalu gadis itu meminta izin pada sang badut untuk berfoto, dan akhirnya Ainun mulai berfose manis dengan rok nya yang mengembang karena angin.
Cantik, batin Ahsan bersuara.
Setelah mendapatkan hasil gambar yang bagus, Ainun melanjutkan perjalanannya sembari mendorong kursi roda sang suami dengan perlahan.
"Kita foto berdua yuk, belakangnya ada menara eiffel pasti bagus!" Ujar Ainun dengan menggebu-gebu. Karena memang di tempat mereka berdiri sekarang sangat cocok untuk mengambil enggel dengan background manara khas di kota tersebut.
Ahsan menurutinya. Pria itu meminta salah seorang pejalan kaki untuk sekedar mengambil foto mereka berdua. Lalu Ainun menggerakan kursi roda Ahsan untuk berada di sampingnya, dan mereka pun berfose.
Cekrek
Satu gambar tertangkap. Itu sudah cukup rupaya, terlihat Ainun yang meminta camera tersebut dan berterima kasih pada orang baik tadi yang mau mengambil gambar.
"Kita ke sana ya?" Pinta Ainun kembali seraya menghampiri. Ahsan mengangguk, apapun yang Ainun minta sekarang dan selagi mampu pria itu akan menurutinya. Asal bahagia menjadi penggantinya.
Mereka berdua pun menghampiri seorang penyanyi jalanan yang memainkan biola sebagai pengiring lagu. Ainun lebih melepas pegangannya pada kursi roda Ahsan, lalu menari-nari tanpa sadar di samping sang penyanyi. Gadis itu tersenyum lepas dan sesekali tertawa.
Ahsan yang melihat satu meter dari Ainun tersebut sama ikut tersenyum. Sebuah keberuntungan baginya melihat senyuman dan tawa lepas gadis yang sangat ia cintai itu.
Seketika Ahsan mempunyai ide, dia mengeluarkan ponselnya dan mengabadikan dalam video sosok Ainun yang jarang ia temui. Jika saja gadis itu tahu kalau Ahsan memvideokan tanpa izin, sudah pasti Ainun akan merajuk untuk Ahsan menghapus. Namun, kali ini Ahsan akan simpan baik-baik di ponsel.
Kegiatannya itu harus terhenti ketika Ainun menghentikan tariannya, dan memberikan selembar uang di wadah biola yang di jadikan wadah uang bagi penyanyi jalanan itu. Kemudian Ainun menghampiri Ahsan dengan senyuman lebar dan nafas tersengal. Mungkin saking bahagianya.
Ahsan tersenyum menyambut, "cape?"
"Iya," jawab Ainun, diakhiri kekehan.
"Kita mampir ke Cafe dulu kalau begitu, untuk minum."
"Ide bagus!"
Ainun kembali mendorong kursi roda Ahsan, mereka mencari Cafe yang tidak terlalu ramai pengunjung. Karena keduanya menginginkan ketenangan sembari menikmati senja di kota dengan sejuta kisah cinta ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional Love
SpiritualIni tentang dia yang mengajarkanku arti kesempurnaan sesungguhnya, yaitu kesempurnaan cinta. Dia pun membawaku pada sebuah fakta, bahwa cinta tidak membutuhkan akan syarat. Karena cinta itu hadir karena hati bukan rupa. Ketanpabersyaratan cinta itu...