Chapter 3 | Di Sekolah

50 14 3
                                    

Kali ini Adel sudah rapi dengan seragam yang ia kenakan. Liburan telah usai dan pertanda kegiatan belajar mengajar sudah mulai dilaksanakan. Tapi, berbeda dengan Adel yang malah terus bersolek dikamarnya tanpa memperhatikan sudah berapa lama ia mengagumi dirinya didepan cermin.

"Kira-kira kalau Adel pakai Bando Purple ini Juan bakalan ngelirik Adel nggak, ya?" gumam Adel sambil tersipu malu didepan cermin.

Tak lama kemudian pintu kamarnya pun terbuka,menampilkan sesosok anak laki-laki yang tentu Adel kenali. Ya dia adalah Aarav adik yang paling baik menurutnya. Eh

Adel menatap Aarav sesekali lalu kemudian kembali memoleskan liptint ke bibir ranumnya.

"Aarav ngapain disini? Mau bawa Pussy kesekolah, kan?" tanya Adel sambil menatap Adik bungsunya. Entah apa yang sedang bergulat dipikirannya sekarang ini. Sejujurnya, siapa manusia waras yang pernah berpikir bahwa boleh mengajak hewan piaraan ke sekolah? Siapa juga yang gak malas bertanya dengan pertanyaan se- uselesss itu?
Adel memang orang yang luar biasa.

Aarav memutar kedua bola matanya malas. Sebenarnya, ia tak ingin mengajak kakaknya yang benar-benar bodoh ini untuk ikut makan bersama. Tapi, karena ancaman Mama, mau tak mau Aarav terpaksa melakukannya. Gak papa, yang penting uang PS aman.

"Ngapain juga bawa kucing ke sekolah, gak berguna banget. Nanti yang ada, tas aku kena ompolnya lagi. Lagian, kan, mana boleh bawa hewan peliharaan ke sekolah. Mau ditaruh mana coba?" ucap Aarav sambil bersandar di dinding kamar Adel.

"Jadi? Aarav mau masukin Pussy ke tas Aarav? Jangan!!! Mending dia sama kakak aja ikut sekolah. Biar pinter, gak kayak Aarav yang suka gak jelas."

Aarav tak mau ambil pusing dengan ucapan kakaknya itu, ia memutuskan untuk beranjak dari tempatnya. Jika di ladeni terus, maka Aarav yang akan tertular virus Adel. Virus apa lagi? Ya virus telmi, lah!

Adel menatap sayu ke arah Pussy yang sedang tertidur dengan pulasnya di kasur mini yang telah diberikan oleh Papa-nya. Khusus untuk Pussy seorang, seorang apa se-hewan pak?

"Pussy." Adel menarik napasnya gusar. "Pussy nanti jangan nakal ya dirumah. Jangan suka mencuri ikan di atas meja. Jangan jadi kucing nakal kayak Aarav."

"Aku disini kak kalau kakak gak tahu!" cerca Aarav yang tiba-tiba muncul tepat dibelakang Adel.

Adel hanya mengangguk pasrah tanpa rasa berdosa sedikitpun. Padahal tadi tanpa ia sadari, ia telah menerbitkan gejolak amarah dari dalam diri Aarav.

"Ngapain kakak sama-samain Aarav sama Pussy jelek itu? Padahal Aarav kan keturunan ke1212-nya Sasuke!" Aarav merajuk kepada Adel. Yang membuat ulah hanya mengerjap beberapa kali menatap adiknya.

"Pussy nggak salah. Kamu kok jahat sih sama Pussy? Nanti kakak laporin ke Psikiater baru tahu rasa kamu!"

Aarav salah berucap rupanya. Ia berjanji akan lebih berhati-hati jika berkontak mata secara langsung dengan Adel,kakaknya.

"Terserah kak! Terserah! Mau sekolah apa nggak juga terserah! Terserah pokoknya aku gak peduli! Terserah kakak terserah ! Terserah! Terserah! Terserahmu Wedus Gibas!"

"Iya, kakak akuin kakak emang cantik. Aarav gak perlu sampai teriak-teriak kayak gitu kali," kata Adel kemudian melayangkan tangannya hendak menyentuh pundak Aarav.

Aarav memutar badannya 360 derajat untuk berbalik dan ia akan berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan terus dan terus menjahili kakaknya mulai sekarang. Bendera peperangan udah berkibar tinggi kayaknya.

Keluarga Salah ServerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang