Chapter 09: A Small Gift

7.8K 265 1
                                    

***

Keadaan rumah yang sepi, jauh berbeda saat empat orang masih.

Soraru terbangun subuh sekitar jam 4pagi, meminjam dapur Mafu untuk membuat minuman hangat lalu membuka balkon, seketika udara dingin sekaligus segar memenuhi ruangan. Ia memeriksa ponsel, seperti biasa banyak pesan dan telepon tak terjawab masuk setelah mode pesawat dimatikan.

Orang itu menyuruhnya pulang, kembali, dan tak henti meminta maaf.
Soraru mulai risih kembali mematikan ponsel berusaha menikmati pagi ini namun sebuah telepon masuk.

Dari kakak laki-lakinya.

Berpikir beberapa saat sebelum memutuskan mengangkat, Soraru mencoba sebaik mungkin saat bicara dengannya, "halo?"

"Kau itu kaya. Beli banyak kuota internet atau ganti ponsel kalau sudah jelek, atau minta padaku. Bisa-bisanya tak bisa dihubungi selama ini!!"

Seperti orang tua tengah mengomel karena anak perempuan satu-satunya tak kunjung membuka ponsel saat pergi dari rumah, Soraru merasa seperti ini sekarang. Ia hanya tersenyum ketus sebelum menyahut,
"Aku cuma istirahat dari ponsel-"

"Terserah. Kembalilah sekarang, menginap beberapa hari. Kunjungi aku."

Mulut Soraru sepenuhnya terbuka sekarang, ujung bibirnya berkedut kesal.

"Jangan bersikap seperti orang tua yang ditinggal anaknya pergi!! Ahh, kumohon kak, kita bisa janjian bertemu atau kau datang kemari-"

"Itu berbeda. Aku merindukanmu dirumah ini. Ibu tak ada disini, tenanglah." Pada kalimat terakhir, nada bicara sang kakak merendah. Ia tau pasti alasan Soraru enggan kembali hanya karena ibunya yang menjadikan adiknya objek pelampiasan amarah.

"Dia kemana?" Bukan peduli. Tentu tidak. Soraru hanya memastikan ia benar-benar tak akan berpapasan dengan wanita brengsek itu.

"Aku tidak tau. Semalam temannya menjemput dengan mobil dan tak kembali. Tak bisa dihubungi. Kupikir ia berlibur atau apapun itu."

Berlibur?

Yah, mungkin saja.

Setiap bulan sang ibu akan menghabiskan sekian persen uangnya untuk pergi bersama teman. Kebiasaan buruk ini terus terulang semenjak bercerai beberapa tahun lalu.

Sebenarnya sang ayah tau nasib malang Soraru kecil yang tersiksa namun ia tak peduli. Urat kemanusiaannya seakan terputus. Bukannya mengambil alih adopsi, ia justru menyerahkan kedua putranya pada mantan istri karena tak mau repot. Hanya mentransfer uang ke rekening mereka setiap bulan, ini lebih cukup namun kasih sayang tak didapatkan.

"Ada orang yang harus kujaga disini." Ujar Soraru dalam. Ia menarik napas, melirik kearah kamar mengingat Mafu yang masih demam tinggi.

"Oh, adikku sudah memiliki pacar dan lupa kakaknya sendiri?"

"Tch. Bukan begitu, sialan. Dia sedang sakit. Aku akan kesana setelah ia sembuh. Bagaimana?"

"Ya boleh, ajak dia kesini juga tak masalah. Oh, satu lagi. Kapan itu pihak modelling menghubungiku, katanya kau menghilang cukup lama. Kemari dan urus itu jika masih ingin pekerjaan ini."

"Iya, aku tau."

Telepon dimatikan.

Soraru mendesah pelan, bersandar di kursi balkon lalu menghirup aroma teh sambil menatap view perkotaan dari atas. Masih gelap dan sedikit berkabut, lampu kecil jalanan tampak seperti bintang. Udara dingin masih terasa namun sedikit berkurang, badai juga sepertinya sudah jinak sejak kemarin malam.

CAN I BE YOUR SWEET OMEGA? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang