DUA

1.4K 172 25
                                    

Hafiz Aditama, 33 tahun. Meneruskan usaha bengkel Ayahnya. Bengkel itu mempunya beberapa cabang di kota kota besar. Di kota tempat ia lahir pun ada dua bengkel yang salah satunya dikelola langsung oleh Hafiz, sedangkan satu bengkel lainnya dikelola oleh suami adik Hafiz. Safitri, adik Hafiz lebih memilih fokus menjadi ibu rumah tangga dan hanya sesekali membantu Dimas suaminya di bengkel.
Bengkel usaha keluarga Hafiz tak hanya bengkel biasa, tempat itu menjual pula otomotif lainnya.

Saat sedang menikmati kopinya di ruang kerjanya, pintu diketuk oleh salah satu pekerjanya.
" Pak Bos, ada yang anter kue. Katanya mau ketemu langsung sama Pak Bos. " Ifah, kasir bengkel Hafiz menyampaikan pesan dari pengantar kue.
" Suruh masuk aja Fah! "

Pasti Ibunya yang menyuruh wanita itu datang ke bengkelnya. Setelah menduda hampir delapan tahun lamanya, selalu saja Ibunya mencoba mendekatkan dirinya dengan wanita yang dikenalnya. Dan kali ini dengan si pemilik toko kue yang datang membawa cake ulang tahun untuk Alfa anak sang adik yang berusia 7 tahun. Beruntungnya Safitri, pernikahannya bahagia tidak seperti pernikahan Hafiz yang hancur berantakan.
Kakak beradik itu menikah di hari yang sama, dan memang pepatah mengatakan bahwa tidak baik saudara menikah bersamaan. Jika itu terjadi salah satu pernikahan itu akan hancur berantakan. Itulah yang terjadi pada Hafiz.

Hafiz menyaksikan sendiri Rumi mantan istrinya bercumbu dengan pria lain di atas tempat tidurnya. Mereka baru menikah empat bulan saat Hafiz harus ke luar kota untuk mengurus salah satu cabang bengkelnya yang bermasalah. Butuh waktu dua minggu untuk menyelesaikan masalah penyelewengan uang penjualan bengkel yang dilakukan kasir di cabang bengkelnya.
Rumi istri yang begitu Hafiz cintai tidak tahu bahwa suaminya saat itu akan pulang, malah mengundang mantan kekasihnya kerumah Hafiz.

" Dasar wanita laknat! Saat ini juga aku talak tiga dirimu Rumi Olivia! Haram bagiku untuk menyentuhmu! Pergi dari rumah ini dan jangan tampakkan wajahmu dihadapanku lagi! " Murka Hafiz saat itu.

Hafiz dan Rumi berpacaran selama tujuh tahun. Mereka bertemu di kampus saat ospek dan Hafiz langsung jatuh hati pada Rumi yang cantik dan supel. Rumi pun terlena pada ketampanan Hafiz. Meski sempat putus nyambung tapi akhirnya mereka menikah. Dan dari pernikahan itulah Hafiz tahu bahwa Rumi bukan perawan. Tetapi Hafiz hanya diam. Murka Hafiz saat menceraikan Rumi adalah puncak kediaman lelaki itu.
Baginya semua wanita menjijikan dan tidak bisa dipercaya.

" H.. Hai Hafiz. " Gia masuk ke ruang kerja Hafiz yang cukup luas dengan kotak cake d tangannya. Gia menyapa Hafiz dengan canggung.

Meskipun sudah tiga tahun mengenal lelaki itu, tetapi Gia hanya bertemu saat di Sweet, saat Hafiz menemani Ibunya membeli kue kue favoritnya di Sweet.
Pertemuan mereka tiga tahun lalu adalah saat Hafiz diminta ibunya membeli cake ulang tahun untuk cucu kesayangan Ibunya, Alfa. Dan sejak itu Ibunya selalu menyuruhnya untuk menemani membeli kue di Sweet. Tidak ada komunikasi lebih antara Gia dan Hafiz. Namun setengah tahun lalu, Ibunya mulai sering membicarakan tentang Gia. Gia begini Gia begitu. Laila akan menjodohkan Gia dengannya. Itu yang pasti.

" Maaf Ibu sudah memaksamu kemari. Seharusnya kau suruh saja kurirmu datang. " Kata Hafiz dengan nada datar.
" Tak masalah. Lagipula kurirku sedang cuti, dan hanya tersisa aku yang bisa kemari. " Setelah meletakkan cake di atas meja yang mana memang kejutan ulang tahun keponakannya akan dilakukan disini, Gia meletakkan pula sekotak kado di samping cake ulang tahun.

Gia mengibaskan rambut panjangnya karena kepanasan. Udara di luar sana sedang panas panasnya, tadi dia sempatkan membeli kado untuk Alfa. Biar bagaimanapun Gia merasa dekat dengan Bu Laila karena Beliau menjadi langganan tetapnya selama ini, dan belakangan ini Bu Laila terang – terangan pada Gia bahwa ingin menjodohkan dirinya dengan anaknya.

" Menurut Nak Gia, Hafiz tampan gak? Mau gak Ibu jodohkan dengan anak ibu? Tapi Hafiz ini duda, Nak?" Bu Laila menggoda Gia yang saat itu tampak memperhatikan anaknya yang sibuk memainkan ponselnya sembari menunggu Ibunya membayar kue di kasir.

" Ha ha ha Ibu ih, Gia jadi malu nih. " pipi Gia merona

" Eh Ibu sungguh – sungguh nih, nanti kita ngobrol lagi yah. Ini mamahnya Alfa sudah nelfon. " kata Bu Laila meninggalkan Gia yang merasa malu dan senang karena Bu Laila memberinya kesempatan untuk mengenal Hafiz lebih jauh.

Hafiz memperhatikan Gia yang mengibaskan rambutnya, mengernyitkan dahinya saat tangan Gia menarik bagian depan dressnya karena kepanasan. Bukan, bukan karena Gia kepanasan tapi karena ada sesuatu yang menegang pada tubuhnya karena gerakan Gia.

" Sial! " rutuk Hafiz dalam hatinya. " Bagaimana bisa aku merasa seperti ABG yang terbakar gairah melihat tingkah kecil wanita itu. Hhhhhh. " Geram Hafiz dihatinya.

Gia yang merasa diperhatikan membalikkan wajahnya ke arah meja Hafiz dan mengomel.

" Aku gak di tawarin minum gitu? Panas banget di luar sana sih. " Gia masih mengibaskan tangannya di depan wajahnya. Kesal pada sikap Hafiz yang kaku dan seenaknya memandangi Gia sedari tadi.

" Ambil saja di kulkas itu. " Telunjuk Hafiz pada sebuah kulkas minuman yang berada di dekat pintu.

Semenjak Ibunya mulai mendekatkannya dengan Gia, setelah semua wanita yang ditawarkan Ibunya tak menarik minat Hafiz, semakin Gia bersikap sok dekat dengan dirinya terlebih pada Ibunya. Kali ini Hafiz berusaha menuruti mau Ibunya dan mau mencoba mengenal Gia. Ingat!! Mengenal bukan berarti menyetujui untuk menikah dengan Gia. Namun Gia begitu antusias saat Ibunya mengundang makan malam tiga bulan yang lalu. Sikap Gia yang ramah dan ceria mengundang perhatian semua orang di rumahnya, bahkan Ayahnya yang cuek terlihat mau menimpali kelakar Gia dan menikmati masakan yang di masak Gia di dapur rumah orang tuanya setelah pertemuan makan malam itu.

" Kenapa sih dari tadi ngeliatin aku begitu? Ada yang salah ya sama dandananku? " Kata Gia, risih karena diperhatikan.

" Untuk apa kamu masih di sini? Sudah di antar kan cakenya? " jawab Hafiz mengalihkan pembicaraan.

" Ibu kamu juga ngundang aku kali, kalau gak di undang juga aku malas nunggu di sini bareng cowok kaku macam kamu! Ini kapan sih Bu Laila datang? " Gia menatap jam tangannya. Sudah lewat jam satu siang tapi yang punya acara belum datang juga.

" Hallo Bu? Lho kok ke restoran? Iya iya Bu, ini Gia nya di sini, iya nanti kita nyusul kesana. " Hafiz menjawab telepon dari Ibunya. Merasa kesal karena harus mengajak Gia ke restoran yang disebutkan Ibunya tadi.

" Gak jadi acaranya disini, Alfa ngotot mau makan di restoran steak dan ngundang teman – teman sekolahnya. Kamu gak bawa mobil kan? Ibu suruh kamu ikut aku. " kata Hafiz sembari membereskan barang – barangnya.

" Oohh.... Oke. " Jantung Gia berdetak cepat, ini pertama kalinya mereka pergi berduaan saja.

Oke segini dulu yah..

Please vote and comment yah, biar aku tambah semangat nulisnya.

Dan masih perlu banyak koreksi dari pembaca semua.

Jayapura, 8 Juni 2020

Salam sayang
-ghee-

Kamu (PDF Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang