ENAM BELAS

1.9K 154 54
                                    

Beneran nih Gia sama Hafiz nikah? Cepet banget nggak sih?? Menurut kalian gimana? Nggak ada konflik donk?

Gia menatap cermin, dirinya sedang dirias oleh Bu Astuti lagi. Pening di kepalanya kemarin sudah menghilang setelah puas terlelap sejak sore kemarin. Ayu yang juga dirias di sampingnya menatap putrinya dari cermin, mendoakan putrinya dalam hati agar berbahagia selamanya.

Ayu yakin, Hafiz tak akan membuat putri kesayangannya tersakiti. Laila dan Safitri menjamin hal itu. Dan Ayu merasa tenang. Setidaknya jika Ayu harus pergi-pergi mengikuti suaminya nanti, ia tak akan cemas lagi meninggalkan Gia.

Ah, rasanya baru kemarin dia melahirkan Gia di ruang tamu rumahnya di bantu Mbok Yah. Namun kini putrinya akan menjadi milik suaminya. Ayu menghapus air mata di sudut matanya, air mata bahagia untuk putrinya.

Penghulu telah siap di ruang tamu untuk acara akad nikah. Acara akad nikah hanya dihadiri keluarga inti pagi itu, sementara untuk pesta akan dilangsungkan jam tujuh malam.

Gia menunggu di kamarnya bersama Ayu dan Alina, sementara di ruang tamu berlangsung akad nikah, Danu menyerahkan putrinya kepada Hafiz. Usai dinyatakan sah, doa dilantunkan.

Laila menjemput Gia di kamarnya, menyampaikan jika Hafiz telah sah menjadi suaminya.

"Sekarang kamu anak Ibuk juga, semoga kamu berbahagia selalu dengan putra Ibuk ya Nak." Laila mencium kening Gia dengan penuh kasih sayang. Gia membalas mencium punggung tangan Ibu mertuanya.

"Sekarang kita ke bawah ya." ajakan Laila dijawab dengan anggukan Gia.

Ayu dan Laila menggandeng Gia, membawanya ke ruang tamu dan mendudukkan Gia di samping Hafiz di kursi pengantin mereka.

Hafiz memasangkan cincin kawin di jari manis Gia, begitupun Gia memasangkan cincin di jari Hafiz.

Usai menandatangani buku nikah, mereka berfoto bersama.

🌺🌺🌺

"Istirahatlah kalian, mumpung pesta masih malam nanti. Masuklah ke kamar kalian." Ayu menyuruh Gia dan menantunya untuk beristirahat.

"Buatkan aku ponakan ya Sayang!" Sasa berbisik ditelinga Gia, dan wajah Gia langsung memerah.

Sampai di kamarnya, Gia dibantu Hafiz melepas gaun pernikahannya. Sementara Hafiz lebih dulu melepaskan jas dan kemeja putihnya, menggantinya dengan kaus berwarna putih dan celana pendek.

"Kamu cantik." bisik Hafiz memuji Gia. dan Pipi Gia yang sudah merona karena bisikan Sasa tadi menjadi semakin merah.

"Bang, ini lepaskan dulu!" Gia menepis lengan Hafiz karena suaminya menggodanya dengan kecupan di leher Gia, sementara gaun pengantinnya masih menggantung di pinggang Gia.

Begitu gaun Gia terlepas, Hafiz langsung mengangkat tubuh Gia dan membaringkannya di atas ranjang pengantin mereka. Menciumi bibir Gia hingga bengkak, tangan Hafiz menggoda bagian sensitif Gia, kewanitaan istrinya.

Gia mengerang menikmati sentuhan suaminya. Merasakan Gia telah siap, Hafiz menyatukan diri dengan istrinya. Memberikan Gia kelembutan dalam meraih pelepasan.

"Abang... " tangan Gia mencengkram pinggang Hafiz, Gia menjerit mencapai klimaksny, di sambut dengan pelepasan Hafiz dalam tubuh istrinya.

Berbaring kelelahan di samping suaminya, Gia menanyakan sesuatu untuk meyakinkan hatinya.

"Abang merasa terpaksa menikah denganku?" tanya Gia sambil memainkan jemarinya di dada telanjang Hafiz.

"Entahlah." jawaban Hafiz membuat hati Gia bagai di sayat selembar silet. Jemari yang semula bermain di dada suaminya, ditarik dan dikepalkan. Tubuh Gia beringsut memunggungi Hafiz.

"Aku sudah berusaha bertanggung jawab padamu, jangan mencoba meminta lebih dari itu, karena aku tak bisa menjanjikannya." lanjut Hafiz.

Mencoba tegar, Gia berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi tanpa menoleh kepada suaminya.

Luruhlah tubuh Gia usai menutup pintu kamar mandi. Menangis kesakitan karena perkataan suaminya.

Menyelesaikan mandinya, Gia memilih sweater longgar dan rok santai yang biasa dia kenakan di dalam rumah. Sementara Hafiz masih terlelap di ranjang, Gia memutuskan turun ke ruang makan.

Saat ini jam satu siang dan Gia merasa sangat lapar. Di ruang makan ramai dengan keluarganya dan kedua mertuanya, serta Sasa, Dimas dan Alfa.

"Hai, mana Abang?" tanya Sasa.

"Masih tidur." Gia menarik kursi dan menyendok makanan yang tersedia.

"Wow, Abang pasti kecapaian yah." goda Sasa membuat pipi Gia memanas, malu.

"Hust.. Sasa jangan goda kakak iparmu yah!" bela Laila kepada menantunya.

"Iih Ibuk nggak seru! Sekarang Sasa punya saingan dong! Ibuk nggak sayang Sasa lagi." Sasa pura-pura ngambek.

"Sudah-sudah! Gia makan terus istirahat lagi ya! Sore nanti Mamah bangunkan untuk siap-siap acara nanti malam." Ayu menengahi, sementara Gia mengangguk menjawab perintah Ayu.

Di dalam kamar mereka, Hafiz sebenarnya tak tidur. Dia pura-pura tidur saat Gia keluar dari kamar mandi. Hingga istrinya pergi meninggalkan kamar mereka, Hafiz terduduk di atas ranjang memikirkan pertanyaan Gia.

Terpaksakah? Entahlah! Aku hanya tak ingin menyakiti Ibuk. Lagipula aku sudah menikahinya. Apalagi yang harus kulakukan? Mencintainya?




Hujat Abang, Dek!!!!

Wkwkkwkwkw.....

Baru tadi bilang nulis dikit. Tiba2 jari otomatis ngetik2 lagi. Hihi..

Selamat melanjutkan emosi yah.. 🤭🤭🤭

Jayapura, 19 Juni 2020
13.26 WIT

Salam sayang
-ghee-

Hi readers.. PDF  KAMU sudah ready yah. Jadi hanya sampai part 16 yg aku publish. Yg mau tau kelanjutan cerita Gia dan Hafiz bisa beli pdf nya melalui putrikami WA 082213778824

Kamu (PDF Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang