LIMA

1.1K 157 54
                                    

Hafiz menatap Gia yang menyebrang kearahnya. Dress selutut yang Gia kenakan memperlihatkan kaki Gia yang indah, membuat dada Hafiz bergemuruh saat melihatnya. Gia merasakan tatapan aneh Hafiz, membuang muka jengah dan langsung masuk ke dalam mobil tanpa menunggu Hafiz.

" Jadi, kita mau kemana Bang? " Gia menatap jalanan yang sepertinya bukan ke arah rumahnya.
" Bengkelku, ada tukang sate kambing yang enak di sebelah bengkel. "
" Ooh jadi masih ingat aku suka makan apa yah? Hemmm.. " kata Gia sambil menganggukkan kepalanya. Itu beberapa waktu lalu saat tak sengaja mereka bertemu di warung sate dekat taman kota, Bu Laila yang saat itu melihat Gia berteriak memanggilnya. Hafiz jelas di sana mengantar Ibunya. 

" Mana mungkin lupa sama Ibuk  yang heboh memanggilmu. " jawab Hafiz.


Warung sate itu semakin malam semakin padat pengunjungnya, meskipun masih ada sate dan gulai kambing yang bisa dipesan, namun meja untuk pengunjung sudah tidak ada sama sekali, bahkan beberapa orang terlihat berdiri menunggu meja kosong.

" Kita bungkus saja, makan di bengkel. Kamu pesankan aku gulai kambing satu dan sate kambing satu, nasinya dua porsi. Nih uangnya, aku masukkan mobil dulu ke bengkel. " menatap Hafiz sebal, Gia tetap mengulurkan tangannya untuk menerima dua lembar seratus ribuan. 

" Dasar tukang perintah! " maki Gia sambil berbisik.

Menunggu antrian sate cukup lama, lima belas menit kemudian Hafiz datang sambil berjalan kaki. Ya warung sate itu tepat di sebelah bengkel Hafiz. Gia berdiri menunggu memunggungi Hafiz, dia tidak tahu jika Hafiz sudah berdiri di belakangnya, sangat dekat. Hingga saat ada pelanggan yang akan keluar dari warung sate, Gia memundurkan tubuhnya dan punggungnya menempel dada Hafiz yang bidang. Reflek Gia berbalik, namun karena Hafiz tak menggeser tubuhnya sama sekali, mengakibatkan kening Gia menempel lumayan keras dengan dagu Hafiz.

" Aduh... " Gia akan menyentuh keningnya yang terasa nyeri, namun tangan Hafiz lebih dulu mengusap kening Gia dan meniupinya. Pipi Gia merona.

" Aku ke bengkel dulu deh, panas, capek! Abang aja nih yang tunggu!" Gia mengembalikan uang yang diserahkan Hafiz, tak menunggu jawaban Hafiz, Gia berlari ke arah bengkel. 

***

Gia menunggu Hafiz sambil meluruskan kakinya di atas sofa ruangan Hafiz. Lelah karena kesibukan hari ini membuat Gia mengantuk dan tanpa sadar terlelap di sofa. Merasa nyaman dalam lelapnya, Gia tak menyadari jika Hafiz telah kembali ke bengkel. Pelan Hafiz membuka pintu ruang kerjanya, saat melihat Gia yang terlelap Hafiz terpana menatap dress Gia yang lumayan terangkat hingga pahanya.

" Damn it! " 

Meletakkan makanan di atas mejanya, lalu Hafiz mendekati sofa tempat Gia terlelap. Seperti maling yang takut ketahuan, pelan di usapnya pipi Gia yang lembut. Bibir Gia ditekan sedikit dengan jempol tangan Hafiz. Merendahkan tubuhnya ke lantai sambil berlutut di depan wajah Gia, Hafiz menempelkan bibirnya perlahan. Gairah membakar diri Hafiz, mundur sejenak hanya untuk melepaskan kemeja santai yang tadi dikenakannya lalu kembali tangan Hafiz bergerilya perlahan tapi pasti melepaskan kancing dress Gia, satu dua tiga. 

" Sial dadanya begitu indah! " Frustasi karena kerepotan dengan dress Gia yang telah kehabisan kancing pada baris ke tiga, Hafiz kembali mencium bibir Gia. Sementara tangannya yang nakal meremas lembut dada Gia.

Merasakan mimpi yang aneh, karena seolah hal ini nyata, Gia mengerang. Seperti ada yang menciumnya, menjilat lehernya dan ... Oh oh.. Apa ini? Rasa perih hinggap di lehernya seperti perasaan tercubit. Dan kenapa... kenapa Dadanya seolah diremas? Bukan! Ini bukan mimpi!

Gia mengerjapkan matanya, melihat kepala Hafiz ada di antara kedua dadanya, sementara tangannya masih sibuk meremas milik Gia.

" Bang! " jeritan Gia malah terdengar seperti desahan di telinga Hafiz. Karena Hafiz masih di butakan gairahnya, tangan Gia mendorong kepala Hafiz menjauh.

" Gia, maaf! Maaf!" Hafiz tersadar. Hendak mengancingkan dress Gia, tangan Hafiz di tampik oleh Gia.

" Aku pulang sendiri Bang! " Gia mencoba berdiri dan merapikan dressnya. Namun karena baru tersadar dari tidurnya, Gia limbung, hampir terjatuh jika Hafiz tak menangkapnnya. Dengan posisi memunggungi Hafiz, Gia merasakan ada yang mengeras dari bagian tubuh Hafiz. Bagai terhipnotis, Gia berbalik badan, matanya mengarah ke bagian tubuh Hafiz yang mengeras. 

" Apa.. apa ini sakit? " Bodohnya pertanyaan Gia mengundang senyuman Hafiz. Dan Hafiz pun menarik lembut tangan Gia ke arah bukti Gairahnya. 

" Iya ini sakit kalau nggak di tuntaskan. " Bisik Hafiz di telinga Gia, lalu mencium bibir ranum Gia. 




Oh no... selamatkan Gia dari Abang mesum..

he he he.. aku cut sampe di sini dulu yah.

Please vote n comment
Bantu koreksi kalau ada salah salah kata

Makasih buat yang sudah baca.

Jayapura, 10 Juni 2020

Salam sayang dariku untuk Abang mesum

-ghee-

Kamu (PDF Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang