SEPULUH

1.3K 165 39
                                    

Maap yah Abang udah bikin Neng sedih.. He he he

Gia masih bergelung di ranjangnya, merasakan pening yang sedari tadi tak menghilang di kepalanya. Perih di kewanitaannya pun semakin membuatnya sakit kepala mengingatkan akan dirinya yang menyerah pada rayuan sesaat Hafiz.

Usai membersihkan seprei yang menandakan hilangnya kesuciannya, Gia menangis kembali di kamar mandinya, tubuhnya merosot di lantai kamar mandi. Kesadarannya hilang di bawah guyuran sower.

Jika Mbok Yah tidak datang untuk mengambil jemuran yang tadi pagi di cucinya, Gia pasti sudah terserang hipotermia. Dibawanya tubuh Gia yang sangat dingin keluar dari kamar mandi. Setelah mengeringkan tubuh Gia lalu menyelimuti Gia dengan selimut yang tebal, Mbok Yah menghubungi Alina sahabat Gia.

Dengan membawa bayi kecilnya, Alina datang ke rumah Gia bersama suaminya, Andre.
Mbok Yah sengaja menghubungi Alina karena majikannya tak mungkin dapat segera pulang. Dan pikirannya hanya mengatakan Alina yang siap membantu.

"Gia.. ya ampun Mbok, ini badan Gia malah jadi panas. Gia belum sadar dari tadi Mbok?" Alina panik saat menyentuh tubuh Gia. Apalagi gelengan Mbok Yah yang menjawab pertanyaan Alina.

"Sayang, kamu tenang dulu, aku cek kondisi Gia dulu." Andre menenangkan istrinya.

Andre yang berprofesi sebagai dokter dengan cekatan memeriksa kondisi Gia. Dikoreknya keterangan dari Mbok Yah tentang kondisi Gia yang ditemukan pingsan di bawah guyuran sower. Setelah Mbok Yah keluar untuk membuatkan minuman di dapur, Andre menunjukkan beberapa bekas gigitan yang telah membiru di leher Gia pada Alina.

"Apa Gia sedang berhubungan dengan seseorang?" tanya Andre pada istrinya.

"Setahuku Gia sedang menjalani pendekatan dengan Hafiz, anak pelanggan Gia. Dan Mbok Yah tadi bilang, pagi tadi ada seorang pria yang datang.

"Aku pikir Gia telah melalui sesuatu yang membuatnya tak sadarkan diri. Sebaiknya kita bawa saja ke rumah sakit." kata Andre.

"Baiklah, nanti kita hubungi orang tuanya."

***

Aroma rumah sakit mengganggu tidur lelap Gia. Tersadar dan mengerjapkan matanya sembari berfikir dimana dirinya, suara Alina terdengar di telinga Gia.

"Gia, kamu sadar? Jangan bangun dulu, aku panggil Andre dulu." Alina mencegah Gia yang ingin duduk di atas ranjanganya.

"Alin, nggak usah! Aku baik-baik aja kok." Gia tak mau Alina memanggil suaminya, Gia butuh berbicara pada Alina.

"Gimana bisa kamu baik-baik aja! Kamu udah dua hari nggak sadar!"

"Dua hari? Ka.. Kamu nggak hubungin Mamah sama Papa kan?" Gia tak ingin orang tuanya tahu apa yang terjadi.

"Aku nunggu kamu sadar! Aku nggak mau orang tua kamu syok kalau anaknya diperkosa di rumahnya sendiri! Aku juga udah larang Mbok Yah buka mulut soal kamu yang pingsan di kamar mandi."

Alina meminta seluruh badan Gia diperiksa termasuk visum. Dibantu perawat, Alina menemukan bekas kiss mark di tubuh Gia.

"A.. Aku bukan diperkosa Al!!" Gia mengatakan yang sebenarnya.

"Ini perbuatan Hafiz kan! Dia harus tanggung jawab Gia!"

"Please, jangan kasih tau siapapun!"

Inilah kenapa Alina belum menghubungi orang tua Gia. Dia tak ingin salah bicara.

"Oke. Tapi kalau kamu kenapa-napa dan si brengsek itu nggak mau tanggung jawab, aku sudah siapkan semua bukti yang akan membuatnya menebus kesalahannya." tegas Alina.

"Bukan cuma Dia yang salah Alin! Aku juga." air mata Gia kembali terjatuh.

Sebegitu mudahnya dirinya menyerahkan diri pada pria yang dicintainya. Menyesalkah Gia?

***

Sasa berkali kali menghubungi Gia semenjak Gia memutuskan sambungan teleponnya dua hari lalu, namun handphone Gia masih belum aktif. Selalu kotak pesan yang menjawab panggilan Sasa, membuat Sasa khawatir.

Datang ke toko kue Gia, disana dia mendapatkan informasi jika Gia masuk rumah sakit. Maka pergilah Sasa ke rumah sakit tempat Gia dirawat.

"Ya ampun Gia Sayang, kamu sakit. Aku khawatir sama kamu karena dari dua hari lalu handphone kamu nggak bisa di hubungin. Kamu sakit apa?" Sasa yang cerewet memberondong Gia dengan berbagai pertanyaan.

"Cuma kecapean mbak Sa. Nggak jaga makan jadi deh pingsan." dusta Gia.

Yang Gia takutkan setelah kedatangan Sasa adalah Hafiz akan datang menjenguknya. Dan benar Hafiz datang, sayang Damar lebih dulu datang menjenguk Gia, dan masih disana saat Hafiz tiba.

Damar duduk di samping Gia sambil mengobrol biasa. Saat akan berpamitan tangan Damar menyentuh jemari Gia dan membawanya ke bibir untuk di kecup. Semua itu tepat saat Hafiz masuk. Tahu siapa yang datang, Damar berpamitan dengan kemesraan yang dibuat-buat.

"Cepat sembuh ya Sayang! Aku tak sabar memasakkan pasta untukmu."

Damar tak tahu jika sebenarnya Gia ingin mengakhiri sandiwara di antara mereka. Namun ketidaktahuan Damar sekarang membuat Hafiz semakin membenci Gia. Dirinya merasa terlempar ke masa lalu, saat melihat mantan istrinya berselingkuh.

"Ternyata percuma Ibuk memaksaku datang menjengukmu! Mudah sekali hatimu berpindah ke pria lain setelah apa yang terjadi di antara kita."

Desis Hafiz dan berbalik pergi dari kamar rawat Gia. Gia merasa dunia di bawahnya runtuh, menenggelamkannya pada rasa sakit yang menyesakkan dada.

Kini, bisakah semua diperbaiki? jerit batin Gia.



menunggu Abang yah..

Sabar dulu yah.. Abang yang bodoh ini lagi dibutakan cemburu.

Jadi dek Gia sabar dulu

He he he

Jayapura, 14 Juni 2020

Salam sayang
-ghee-

Kamu (PDF Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang