TUJUH

1.1K 154 38
                                    

Tak dapat menahan air matanya namun tak ingin ada yang tahu, Gia berlutut memunguti pecahan gelas. Sasa yang ikut mendengar apa yang suami dan Abangnya katakan, berdiri di belakang Gia. Sasa berbalik dan memanggil Bik Sumi.

" Bawain sapu Bik! Udah Gia, biarin aja! Biar Bik Sumi yang beresin. " Sasa menarik tangan Gia untuk membantunya berdiri. Dan akhirnya air mata Gia yang sedikit menetes di ujung matanya tampak oleh Sasa.

" Masuk aja Gia, siapin makanan aja dulu sama Ibuk, biar aku panggilin mereka sekalian es tehnya buat di meja makan aja. " Sasa mendorong Gia melewati pintu ke ruang makan, lalu berbalik ke arah suaminya berada.

" Heh.. Bisa nggak sih gak usah sebut-sebut nama perempuan itu disini! Abang juga nih! Gia nangis tau nggak! "

Nangis? Hafiz membatin.

Suasana ramai di meja makan seolah tak didengar Gia. Sedari tadi makanan yang di masaknya hanya di aduk aduk, tak berselera untuk memakannya. Masih terngiang jelas apa yang dikatakan Hafiz di halaman belakang dalam telinga Gia, seperti kaset rusak yang di putar berulang.

Janda? Rumi? Mantan Istri?

Gia tahu Hafiz duda, hanya itu. Lalu mengapa kini dirinya merasakan sesak? Apa salah kalau Gia merasa cemburu? Terlebih saat mendengar Dimas berkata jika Hafiz belum bisa melupakan mantan isrtrinya.

Sasa memperhatikan Gia yang murung sedari tadi menyenggol lengan Hafiz, matanya memelototi Abangnya, dagunya menunjuk ke arah Gia. Dan Hafiz hanya mengangkat bahunya seakan tak peduli.

Sudah tahu aku duda, masih saja dikejar! kata Hafiz dalam hati.
Begitulah Hafiz, semudah itu menyepelekan perasaan seseorang.
Yang terjadi tempo hari tak berarti apa apa kan? Itu hanya nafsu! selalu Hafiz berkata begitu, meyakinkan diri bahwa apa yang mereka lakukan di bengkel hanya karena terbawa suasana.

" Ibu, saya pulang dulu ya. " Gia merasa sudah tak nyaman berada dekat dengan Hafiz, memutuskan untuk cepat pulang.
" Lho kenapa kok pulang Sayang? Kamu sakit? Wajahmu pucat sekali. " Gia menggeleng.
Kepalanya memang terasa berputar, tapi Gia coba bertahan. Tak ingin merepotkan keluarga Hafiz.

" Abang, antar Gia pulang! " perintah Ibunya pada si sulung.
" Nggak usah Bu, Bang Hafiz pasti capek baru pulang dari Jogja. " tolak Gia.

Sekali lagi, saat berdiri dari sofa di ruang tamu, denyut di kepala Gia menyerang hebat. Tubuhnya hampir ambruk jika Hafiz tak segera merengkuh tubuh Gia.

" Gia! " teriak semuanya. Dan akhirnya Gia pingsan dalam rengkuhan Hafiz.

" Bang, bawa ke kamar kamu! Kamar tamunya belum dibersihkan, pake kamar kamu aja Bang! " Titah Bu Laila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Bang, bawa ke kamar kamu! Kamar tamunya belum dibersihkan, pake kamar kamu aja Bang! " Titah Bu Laila.

***

Kemarahan Sasa pada Hafiz mengganggu Gia yang tertidur nyaman.
Namun karena ingin tahu, Gia pura pura masih terlelap.

" Ngapain sih pakek acara bahas Rumi pas ada Gia? Ini lagi mulut kamu nggak bisa di jaga ya Mas! " Sasa juga mengomel pada suaminya.
" Ya sorry sayang, habis Abang kamu ini nih belum bisa lupa sama mantan istrinya itu. Masih cinta kali, biarpun dia talak sendiri. "
" Hah? Cinta? Ogah Gue cinta sama tukang selingkuh ya! Enak aja Lo ngomong! "
" Heh!! Udah udah!! Nggak usah bahas Rumi disini! Sekarang Bang, ada rasa nggak Abangku sama Gia? " cecar Sasa pada Abangnya, dan Hafiz mengangkat bahunya.
" Jadi sekarang kalo Abang nggak punya rasa, ngapain Gia di biarin berharap? Bisa kan Abang nolak ke Ibuk? "

Gia meremas seprai mendengar Sasa berkata agar Hafiz menolak perjodohan ini. Dan tangan Gia yang bergerak tak luput dari perhatian Sasa yang berdiri menghadap ke arah Gia.
Maka diteruskanlah permainan Safitri Aditama untuk membuat Abangnya yang bodoh itu bisa bahagia bersama Gia.

" Sekarang kalian laki-laki nggak berguna, keluar dari sini! Biar aku yang urus Gia! " bentak Sasa mengusir suami dan Abangnya.

***

Sasa mengingat kekhawatiran Ibunya pada Hafiz yang selalu dicurahkan Ibunya. Berkali kali Ibunya sudah berusaha menjodohkan Hafiz agar mau menikah lagi, nyatanya Ibunya harus selalu kecewa karena penolakan Hafiz.
Dan baru kali ini Hafiz mau mencoba mengenal calon yang dikenalkan Ibunya.

Bagi Sasa, Gia adalah wanita yang sempurna untuk Hafiz. Gia bisa melakukan apapun tugas seorang istri nantinya, tidak seperti Rumi yang sedari awal tak disukai keluarga Hafiz.
Rumi orang yang egois dan sangat keras kepala. Sementara Gia ceria dan penuh kesabaran.

Usia Gia lebih muda tiga tahun dari Sasa. Saat ini Sasa berusia 30 tahun, dan Abangnya 33 tahun. Biarpun usianya lebih muda dari Sasa, namun Sasa merasa kelembutan Gia bisa meruntuhkan gunung es dalam hati Hafiz. Gunung es yang disebabkan pengkhianatan mantan istri Hafiz.

Diusapnya lengan Gia saat kedua pria yang dimarahi Sasa telah pergi meninggalkan kamar Hafiz.
" Gia, udah sadar? " pelan Sasa duduk Gia yang berbaring memunggungi Sasa.
" Gia suka sama Abang kan? " Gia mengangguk tanpa menoleh pada Sasa. Air matanya mengalir deras tak bisa do tahan.
" Sini aku kasih tau gimana caranya dapetin Abangku yang bodoh itu! " ucap Sasa lembut.

***

Sasa menceritakan semua tentang masa lalu Hafiz bersama Rumi.

Hafiz dan Rumi berpacaran selama tujuh tahun. Mereka bertemu di kampus saat ospek dan Hafiz langsung jatuh hati pada Rumi yang cantik dan supel. Namun aslinya, Rumi bukan gadis yang baik. Di tahun ketujuh hubungan mereka, keegoisan Rumi semakin nampak. Rumi mengancam jika Hafiz tak segera menikahinya, maka hubungan mereka akan benar benar berakhir, meskipun dulu hubungan mereka putus nyambung.
Di saat tahu Sasa akan menikah dengan Dimas, Rumi mengamuk, tak terima jika dilangkahi adik Hafiz.
Sesungguhnya, meskipun mencintai Rumi, tapi hati Hafiz tak tenang karena orang tuanya terlebih adiknya tak menyukai Rumi.
Kala itu Sasa sudah mengingatkan Hafiz seperti apa Rumi sesungguhnya, namun Hafiz di butakan cinta.
Rumi cinta pertamanya, satu satunya wanita yang pernah menempati singgasana hati Hafiz saat itu.
Tak mendengarkan lagi nasehat keluarganya, maka terjadilah dua pernikahan di hari yang sama antara Hafiz dengan Rumi dan Safitri dengan Dimas.

Sasa menceritakan pula tentang pengkhianatan Rumi. Bukan hanya tentang yang Hafiz lihat sendiri istrinya berselingkuh dengan mantan kekasihnya saat Rumi masih SMA hingga Hafiz mentalak iblis betina itu, tapi Sasa juga menceritakan apa yang sampai saat ini Hafiz tidak ketahui.

" Ya selingkuhannya itu yang perawanin Rumi pas SMA, sampe Rumi hamil dan digugurin kandungannya. Bahkan waktu pacaran sama Abang aja dia masih berhubungan sama mantannya. " Gia terkejut dengan cerita Sasa.
" Tapi soal ini cuma kita sama Ibuk aja ya yang tau! " Sasa meminta Gia untuk tak memberitahu siapapun seperti apa sesungguhnya Rumi terutama tidak pada Hafiz.
" Jadi, kamu masih mau lanjutin kan maunya Ibuk buat jadiin kamu menantu? " Gia mengangguk.
" Oke, udah siap yah buat ngedapetin hatinya Abangku? " Angguk Gia lagi.

" Besok kita mulai permainannya!"
Sasa mengerling pada Gia, namun Gia bingung.

Permainan? Permainan apa??

"Tenang aja Gia Sayang, calon kakak ipar aku yang cantik. Ibuk ngedukung kok semua rencana aku. Jadi kamu nggak boleh nyerah loh yah. "





Up up lagi. .

Kira2 Bang Hafiz bakal di apain yah sama adeknya yang usil??

He he he

Makasih udah baca KAMU
Aku harap nggak cuma votenya, tapi komentar pembaca sekalian bakal membuat aku semakin semangat mengkhayalkan kelanjutan kisah ini.

Jayapura, 11 Juni 2020

Salam sayang
-ghee-

Kamu (PDF Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang