Sepasang manusia paruh baya menatap sekeliling dengan pandangan angkuh mereka. Jubah hitam mereka yang terlihat mahal berkibar ketika mereka mulai berjalan. Kini tujuan utama mereka adalah ruang ketua murid setelah tadi sudah meminta izin pada Prof. Dumbledore sesaat setelah mereka tiba di sekolah sihir tersebut.
Tiba di depan pintu asrama, pria paruh baya tadi langsung mengetuk pintu itu menggunakan ujung tongkat sihirnya yang berbentuk ular kobra.
Setelah menunggu sekitar 5 menit, akhirnya seorang pemuda dengan rambut pirang platina membuka dengan malas.
Mata Draco melebar ketika melihat ayah dan ibunya berada tepat di depan pintu asrama ketua murid, "Apa yang kalian lakukan?" tanyanya kaget.
Narcissa Malfoy berdecak, lalu menggeplak kepala putranya sambil masuk ke dalam asrama itu diikuti oleh suaminya, "Anak kurang ajar! Orang tua bukannya disambut dengan baik, malah bertanya dengan nada mengusir!" sentak wanita cantik itu.
Rasa sakit di kepala Draco membuat pemuda itu meringis terus menerus dan ikut duduk di sofa yang ada di ruang rekreasi, "Aku tidak mengusir, hanya saja kalian terlalu tiba-tiba datang ke sini," ucapnya dengan nada pembelaan.
"Ibumu bilang padaku bahwa kau ditolak Ms. Granger?" tanya Lucius dengan nada meremehkan, "Kau membuatku malu saja. Saat aku seusiamu, tidak ada yang menolak pesonaku, termasuk yang terpintar sekalipun," lanjutnya sambil berdecih.
Draco memutar bolamatanya, "Itu karena mereka semua punya jiwa bitch, dan Granger berbeda dengan mereka semua."
Draco mengaduh ketika tangan Narcissa mendarat di pahanya yang tertutup kain satin, "Kau sebut Mother juga pelacur?! Memang anak durhaka!"
"Bukan itu yang ku maksud," rengek Draco.
Lucius menahan tawanya melihat penderitaan putranya yang dianiaya oleh istrinya.
"Mana Ms. Granger? Dia ada di luar?"
Pemuda Malfoy itu berdecak kesal, "Aku sudah mengirimi kalian surat agar kalian tidak usah ke sini. Aku bisa mengurus gadis itu sendirian. Jika kalian ikut campur, nanti dia malah akan menganggapku sebagai anak yang tak bisa lepas dari campur tangan orang tuanya," protesnya.
Narcissa mendelikkan matanya dengan tatapan jijik, "Siapa juga yang ingin membantumu mendapatkannya? Toh kami senang jika Ms. Granger tidak berpacaran denganmu," jawab wanita itu santai.
Iris abu-abu Draco memutar tanpa bisa dihentikan yang membuat Lucius geram, "Bisa kau sopan sedikit? Rasanya ingin ku cungkil matamu!"
Draco tak menjawab dan hanya menghela napas. Inilah salah satu alasan yang Draco kesalkan ketika bertemu dengan orang tuanya. Pertama, mereka akan bermesraan tanpa tau tempat dan waktu, kedua mereka akan mengurusi urusan pribadinya, dan yang terakhir mereka akan menganggu ketenanga jiwa dan raga Draco.
.
.
.Jam makan siang di Aula Besar, Draco hanya diam mengaduk-aduk makanannya dengan kesal. Matanya sesekali melihat orang tuanya yang tengah berbincang McGonagall.
Dan dengan tak sengaja ujung matanya melihat Hermione yang baru saja masuk ke dalam Aula Besar bersama dengan.. Goldenstain?!
Hell! Gadis itu, apakah tidak pernah merasa bersalah barang sedikit saja atas apa yang telah Ia lakukan?
Draco semakin kesal. Ia menusuk nusuk makanannya dengan keras. Pemuda itu melirik ke meja para guru dan melihat orang tuanya terbahak saat berbicara dengan Profesor Kucing itu. Tapi entah mengapa dia merasa jika kedua orang tua bangka itu tengah menertawakan dirinya.
Akhirnya dengan emosi yang meluap, dia berdiri dari duduknya dan menggebrak meja makan sehingga menimbulkan suara yang menyebabkan satu aula hening dan memberikan atensi pada Draco. Napasnya tak beraturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Brunette | DRAMIONE PROJECT
Fanfiction1. Bookworm paling cerdas diangkatannya 2. Ketua murid putri paling berkualitas 3. Objek fantasi liar pria diangkatannya 4. Paling galak diangkatannya 5. Paling sexy bagi seorang Draco Malfoy Hermione tidak menikmati 3 point terakhir. Dia merasa itu...