Chapter 1

8.5K 583 105
                                    

Hermione Granger kembali ke Hogwarts untuk melanjutkan tahun terakhirnya. Dia kembali dengan bermodalkan surat serta lencana ketua murid putri yang diantarkan oleh burung hantu milik Hogwarts. Gadis itu amat senang, namun dia juga ingin mengumpat ketika membaca kelanjutan kalimat yang tertulis di surat jika partnernya adalah Draco-fucking-Malfoy.

Hermione ingin mengundurkan diri dari jabatan ini, namun ada satu alasan yang membuat dia tidak jadi mengundurkan diri dan memilih untuk tetap menerima jabatan ini. Jabatan ketua murid putri adalah satu dari goalsnya selama dia masih berada di Hogwarts.

Kini Ia memasuki salah satu kompartemen di Hogwarts Express yang berisikan kedua sahabatnya, Harry dan Ron.

Gadis itu duduk di hadapan kedua pemuda itu, lalu langsung membuka buku Astronomi.

Ron menganga tidak percaya, "Bloody hell, Mione! Kita lama tak bertemu selama sebulan ini, dan ketika bertemu kau langsung berpacaran dengan buku laknat itu?"

Gadis itu memutar bolamatanya, "Aku sudah mengucapkan selamat natal dan tahun baru untuk kalian berdua, dan tidak ada ucapan untuk yang kedua kalinya!" ucapnya, lalu melanjutkan bacaannya.

Harry menggeleng pelan, "Sudahlah, Ron. Lebih baik kita menonton film. Aku membawa laptop."

Ron langsung menyetujui ajakan Harry. Ron tidak terlalu buta mengenai hal-hal yang berbau muggle. Berterima kasihlah pada ayahnya yang sangat menyukai hal-hal baru dari dunia muggle.

Keduanya langsung menonton film yang sangat tidak asing di kalangan orang biasa, High School Musical.

Hermione membiarkan keduanya menonton, dia sedang tidak ingin marah kali ini.
.
.
.

Draco Malfoy terus menerus mengulum senyum sejak awal masuk ke kompartemen kereta bersama dengan beberapa temannya. Theo yang sejak tadi melihatnya, sudah tidak tahan lagi dengan sikap gila temannya.

"Mate! What's wrong with you?! Sejak tadi kau terus tersenyum seperti orang gila!" pemuda Nott itu membentak.

Draco menatapnya dengan senyum yang dikulum, "Kalian pasti akan iri padaku jika aku mengatakannya."

Theo, Blaise, dan Pansy memutar bolamata mereka masing-masing.

Pemuda Malfoy itu menyeringai, "Aku menjadi ketua murid putra," ucapnya santai.

Theo, Blaise, dan Pansy yang sedari tadi mengira jika akan ada sesuatu yang wow, mendesah kecewa, "Lalu? Apa hanya itu yang membuatmu senang? Dasar gila!" ucap Pansy kesal.

"Si sexy Granger yang menjadi partnerku."

"Oh.."

"Wait. What??!!"

"Astaga, kau beruntung sekali, Mate. Ingat ucapanku, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan emas ini," Blaise berucap dengan menampilkan wajah mesumnya.

Draco mengangguk-angguk dengan semangat, "Pastinya!"

Pansy memutar bolamatanya, "Dasar laki-laki," gumamnya.

Theo mendesah pelan, "Kenapa tidak aku saja yang jadi partnernya? Aku ingin selalu melihatnya di pagi hariku," ucapnya dengan wajah mesum, sama seperti Blaise.

Blaise langsung memukul kepala Theo, "Kau kira dia mau dengan pemuda cungkring sepertimu? Ha ha, enyahlah!"

Draco melipat tangannya di depan dada, "Mulai detik ini tidak ada yang boleh menjadikan Granger sebagai objek fantasi liar kalian dan tidak ada yang boleh menggoda Granger, karena mulai saat ini dia milikku!"

Pansy menggeleng tak percaya, "Kau pikir dia akan menerimamu, Drake? Kau lihat saja si super tampan Oliver Wood dulu. Dia menyatakan cinta dengan hadiah puluhan buku, tetap saja ditolak. Kusarankan, siapkan hatimu," ujarnya dengan nada lirih di dua kata terakhir.

Draco mendengus kesal.

Sedangkan ketiga temannya hanya terbahak setelah menerima reaksi pria pirang tersebut.

Haaahh..

What a good friends🙂
.
.
.

Hermione berjalan sendirian dengan santai sambil menggeret koper miliknya menuju asramanya yang baru, yang tentunya berada di lantai teratas Hogwarts. Gadis itu menyenandungkan lagu Location Unknow-Honne, yang mana lagu itu adalah lagu kesukaannya.

Tiba di depan asrama, dia langsung menyebutkan password yang sudah diberitahu di surat yang Ia terima, "Rose Brand," ucapnya.

Lukisan besar di hadapannya terbuka lebar. Di dalam sana, terlihat seorang Draco Malfoy yang terlelap di atas sofa panjang berwarna hijau.

Hermione menahan diri untuk tidak memutar bolamatanya. Gadis itu langsung memasuki sebuah kamar, yang pintu depannya telah terukir namanya, serta jabatannya.

Gadis itu lumayan menyukai bentuk kamarnya, dengan kasur berukuran queen, serta banyak ornamen menarik yang membuat gadis itu semakin menyukai kamarnya.

Segera saja Ia menghempaskan tubuhnya di kasur yang empuk itu, "Biarkan aku beristirahat sejenak," bisiknya pada dirinya sendiri.

Tak sampai 5 menit dia memejamkan matanya, seseorang menggedor pintu kamarnya yang membuat Hermione kembali terjaga.

Brak... Brak... Brak... Brak!!!

"Granger!! Kita disuruh ke ruang kepala sekolah untuk merundingkan program kita tahun ini!!"

Gadis itu menatap pintu kamarnya dengan datar. Rasanya Ia ingin membunuh orang yang ada di baliknya.

Dengan langkah gontai, Ia berjalan menuju pintu dan membukanya dengan tidak santai, "Ayo berangkat," ucapnya lesu.

Draco menaikkan sebelah alisnya, "Wow, Granger. Aku tahu aku seksi dan tampan. Tapi kau tidak perlu menggodaku untuk mendapatkan perhatianku," ucapnya seraya bersiul.

Mata gadis itu memicing, "Apa maksudmu, bajingan?"

Pemuda Malfoy itu menunjuk kancing baju Hermione yang terbuka 2 kancing dengan menggunakan dagu runcingnya.

Wajah Hermione memerah, "SIALAN KAU MALFOY!!!" pekiknya seraya membalikkan tubuhnya untuk segera mengancing kembali bajunya.

Draco mengerutkan alisnya, "Di mana letak kesalahanku, Granger? Aku bahkan tidak membukanya. Kau lah yang ingin mencari perhatianku. Tenang saja, love, kita akan menghabiskan malam berdua nanti setelah kembali dari ruangan si tua bangka Dumbledore itu," ucapnya santai sambil melewati gadis galak di hadapannya.

Hermione yakin, jika saat ini Ia berada di dunia kartun, pasti kepala, telinga, serta hidungnya keluar asap saking marahnya gadis itu pada pemuda pirang kurang ajar yang mirisnya menjadi partnernya selama setahun.
.
.
.

Sekian EHE

eh naon?

Sexy Brunette | DRAMIONE PROJECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang