Part 11

17K 1.4K 364
                                    

^_^ Happy Reading ^_^

.

.

.

Warning : Saya tidak memaksa kalian suka tulisan yang saya buat. Adegan per adegan dan juga beberapa karakter yang ada di cerita ini. Kalau memang ada karakter yang tidak kalian sukai, skip saja atau kalian tinggal tekan tombol close.

.

.

.

Beberapa minggu kemudian.

Sehun cukup kaget saat satu cup americano, tiba-tiba ada di samping tangannya. Dia langsung mengangkat kepalanya dan mendapati Luhan berdiri disampingnya.

"Kau sepertinya sibuk?"

"Euhm. Saya sedang menyusun tesis. Anda tidak sibuk?"

"Cukup longgar sekarang."

Sehun mengangguk-angguk. "Terima kasih." ujar Sehun sambil mengangkat americano pemberian Luhan.

Luhan menatap Sehun. Ada yang mau dia tanyakan, tapi pria itu sepertinya sedang sibuk.

"Gyosunim!"

"Nde?"

"Anda menyukai saya?"

Luhan membulatkan matanya. "A-apa maksudmu? S-suka? B-b..." Luhan bingung merangkai kalimat. Kenapa begitu? Bukankah kalau tidak suka dia tinggal jawab, tidak suka? Apakah...

Luhan meneguk americanonya, hingga nyaris tandas. Dia lalu duduk di kursi dekat Sehun. Dadanya berdegup sangat cepat. Saat ini, dia sedang berusaha menenangkan hatinya.

"Jeongmal jeosonghamnida gyosunim. Kalau benar anda menyukai saya, maaf. Saya tidak bisa membalas perasaan anda saat ini."

Luhan meneguk ludahnya. Dia ingin pergi dari tempat itu sekarang. Tapi, kenapa rasanya enggan.

"Saya... Sudah punya kekasih." Sehun menatap Luhan, lalu tersenyum kecil.

Satu sisi hati Luhan, seperti di hantam palu besar.

"Ah. Chukkae. Ya! Jangan salah paham. Aku... Aku hanya ingin berbuat baik pada setiap orang." Luhan tertawa, tawa yang dia sunggingkan untuk menutupi hatinya yang terluka. "Aku pergi dulu! Ehm... Chukkae."

Luhan langsung keluar dari ruang residen bedah jantung.

Dia berjalan cepat, mengabaikan tatapan orang-orang yang berpapasan dengannya. Air matanya, tak bisa dia tahan lagi. Dia...

"Eoh. Luhanie!" seru Suho dari kejauhan.

Luhan langsung berlari menghampiri Suho dan terisak di pelukan pria itu. Tanpa perduli saat ino, Suho sedang dengan siapa.

"Ya! Wae guerae?"

Luhan masih terisak.

"Kalian pergi saja, aku ke ruang rapat satu jam lagi."

Bawahan Suho mengangguk, membungkuk, lalu pergi meninggalkan Suho dan Luhan.

Suho membimbing Luhan hingga ke ruangannya. Dia menundukkan Luhan di kursi kerjanya. Dia biarkan gadis itu menangis. Dia hanya mengambilkan tisu dan menunggu sampai Luhan sedikit tenang.

Sepuluh menit kemudian.

Luhan masih terisak, tapi dia jauh lebih tenang.

"Ada apa?"

Hospital In Love [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang